Market

Pasca Lebaran, Harga Daging Sapi di Palangka Raya Jadi Rp160.000 per Kilogram

Harga daging sapi di pasar tradisional di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah mengalami kenaikan setelah libur Lebaran 1443 Hijriah menjadi Rp160.000 per kilogram.

“Harga daging sapi murni di Pasar Kahayan, per 9 Mei ini naik Rp10.000 dari Rp150.000 menjadi Rp160.000 per kilogram,” kata Kabid Perdagangan, Dinas Perdagangan, Koperasi UMKM dan Perindustrian (DPKUMKMP) Palangka Raya, Hadriansyah di Palangka Raya, Senin (9/5/2022).

Selain daging sapi murni, kenaikan harga juga terjadi pada bawang merah dari Rp36.000 menjadi Rp48.000 per kilogram.

Kenaikan harga terjadi karena terjadinya peningkatan permintaan di pasaran. Namun kondisi ini masih bisa dikatakan dalam batas wajar.

Nilai bahan pangan yang tercatat di DPKUMKMP “Kota Cantik” itu merupakan harga rata-rata di kalangan pedagang di Pasar Kahayan yang berkonsep tradisional modern.

Meski untuk dua bahan pangan itu terjadi kenaikan harga, namun untuk bahan pangan lain yang dijual para pedagang di pasar tersebut masih dalam kondisi stabil.

Harga beras yang dijual di pasar tradisional berkonsep modern itu berada di kisaran Rp10.000-Rp16.000 tergantung jenis. Gula pasir Rp15.000 per kilogram, minyak goreng curah Rp14.000 dan minyak goreng merk bimoli dan sejenisnya mulai Rp23.000 sampai Rp26.000 per liter.

Daging ayam broiler Rp45.000 per kilogram dan ayam kampung Rp75.000 per kilogram dan telur ayam kampung Rp2.500 per biji.

“Meski terjadi fluktuasi harga, namun untuk stok ditingkat pedagang maupun distributor masih aman. Untuk itu, masyarakat jangan berlebihan dalam berbelanja,” katanya.

Dia menambahkan, dalam rangka menjaga ketersediaan bahan pangan, pihaknya secara rutin melakukan pemantauan di lapangan. Termasuk koordinasi dengan Perum Bulog dan para distributor.

Sebelumnya, Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin mengatakan terus berupaya mengantisipasi kenaikan inflasi selama Ramadhan hingga Idul Fitri 1443 Hijriah.

“Kenaikan harga menjelang dan saat hari besar keagamaan terus menjadi perhatian pemerintah. Kita, melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus lakukan pemantauan dan pengawasan di lapangan,” kata Fairid.

Dia mengatakan, kenaikan itu sering kali bukan karena ketersediaan stok tetapi ulah sejumlah pedagang atau pelaku usaha yang mencoba mencari keuntungan saat momen besar tersebut.

“Untuk itu saya mendorong TPID setempat memberikan perhatian lebih terhadap ketersediaan pasokan dan stabilitas harga,” katanya

Back to top button