Market

Pakar UGM: Indonesia Sudah Waktunya Garap Nuklir untuk Listrik

Pengamat ekonomi energi UGM, Fahmy Radhi mendukung pengembangan nuklir untuk energi listrik. Begini alasannya.

Kata dia, nuklir sebagai bahan baku produksi listrik, sangatlah ramah lingkungan. Selain itu, Indonesia yang memiliki pulau-pulau besar, sangat membutuhkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Lantaran PLTN menghasilkan listrik energi bersih yang masif.

“Lebih-lebih Indonesia mempunyai urainium, salah satu material PLTN, sehingga memungkinkan listrik yang dihasilkan PLTN bisa lebih murah dibanding energi fosil,” papar Fahmy kepada Inilah.com, Selasa (18/1/2022).

Terkait perbandingan harga, kata mantan anggota tim reformasi tata kelola migas ini, listrik yang dihasilkan dari nuklir, memang lebih mahal sedikit. Misalnya, listrik dari PLTU (batu bara) harganya $3-$4 sen per KwH, listrik dari PLTS (surya) $5-6 sen per KwH.

“Sedangkan listrik dari PLTN (nuklir) bisa $6hingga US$7 sen per KwH. Namun, PLTN merupakan energi bersih dan tidak intermetent, seperti PLTS,” terangnya.

Soal keamanan, lanjut Fahmy, tidak perlu khawatir berlebihan. Tragedi meledaknya reaktor nuklir di Fukushima (Jepang) dan Chernobyl (Uni Soviet), terjadi saat masih menggunakan teknologi PLTN generasi pertama. “Kini, teknologi terbaru PLTN menggunakan safety instrument dg tingkat kehadalan tinggi, bahkan bisa mencapai zero accidents,” paparnya.

Direktur jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menyatakan, pemerintah mulai menjalankan peta jalan untuk mencapai net zero carbon. Salah satu strateginya adalah menghembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir 5 Gigawatt (GW). “Kami memang mulai melakukan kajian dan pengembangan nuklir setelah 2040 mendatang,” ujar Dadan di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (17/1/2022).

Kata Dadan, dari studi yang sudah dilakukan pemerintah, proyek uji coba nuklir akan dilakukan di Bangka Belitung dan Kalimantan untuk pembangunan PLTN. “Studi untuk PLTN leading sektor kajiannya ada di Batan. Badan Litbang ESDM juga melakukan kajian, termasuk yang ada di Bangka Belitung dan Kalimantan,” jelas Dadan.

Adapun, besaran investasi yang dibutuhkan dalam membangun PLTN, kata Dadan, akan bervariasi tergantung dari kelas pembangkitnya, teknologi yang digunakan, dan kapasitasnya. Dari sisi harga listrik misalnya, yang diproduksi dari PLTN, berdasarkan studi yang pernah dilakukan akan mencapai 9 sen dolar AS hingga 10 sen dolar AS per kilo Watt hour (kWh). Ada pula yang menyebut 7 sen dolar AS per kWh.

 

 

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button