Hangout

Orang Tua Milenial Pilih Mendidik Anak dengan Pola Soft Skill

Orang tua milenial dengan rentang usia 25 hingga 42 tahun, lebih memilih soft skill untuk mendidik buah hatinya. Seiring transformasi digital yang begitu pesatnya.

Hal itu ditemukan HP dalam New Asian Learning Experience (NALE) Study yang merupakan survei pada akhir 2021 dengan responden sekitar lima ratus peserta dari lima kota besar di Indonesia. “Dari hasil studi ini kami rangkumkan bahwa 97 persen orang tua milenial setuju bahwa pendidikan terbaik untuk anaknya adalah pendidikan komprehensif. Pendidikan komprehensif ini adalah pendidikan yang tidak hanya akademis tapi melibatkan aspek lain yang lebih dalam seperti keterampilan soft skill, critical thinking, dan problem solving,” kata Head of Commercial Personal System HP Indonesia, Frans Adiredja dalam acara daring bersama awak media, Rabu (9/2/2022).

Frans menyebutkan, berdasarkan survei yang dilakukan HP kepada para orang tua milenial, ditemukan fakta bahwa kebahagiaan, stabilitas emosi anak, dan kreativitas anak, menjadi faktor penting yang berperan besar dalam proses edukasi. Dibandingkan besaran nilai yang diraih anak setelah mengikuti ujian.

Ada pun soft skill yang dilihat orang tua dalam melihat kesuksesan proses pembelajaran sang buah hati, diantaranya adalah ide kreatif dan orisinal dalam pengambilan keputusan, kemampuan anak menyelesaikan sebuah masalah, kemampuan beradaptasi terhadap hal baru, kemampuan komunikasi yang baik, dan kemampuan teknologi.

Bertepatan dengan masa pandemi yang mendorong pembelajaran mau tak mau dilakukan dari rumah dan memanfaatkan teknologi, orang tua milenial pun menilai kemampuan anak memaksimalkan akses dengan teknologi dan ruang digital juga menjadi salah satu hal penting dalam kesuksesan pendidikan sang buah hati.

“Di samping kemampuan memecahkan masalah, orang tua milenial juga sepakat bahwa sekolah bisa mengembangkan lebih banyak pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan keterampilan anak di masa depan,” kata Frans.

Dalam survei NALE 2021 di Indonesia, sebanyak 89 persen responden menyepakati hal tersebut, untuk itu banyak juga orang tua yang mendukung pembelajaran dengan metode blended learing (pembelajaran campuran antara digital dan fisik) sehingga anak bisa mendapatkan edukasi yang maksimal untuk menjadi bekal di masa depan.

Preferensi kedua metode pembelajaran dengan metode fisik atau cetak serta digital yang digabungkan dinilai dapat memberi manfaat pendidikan yang komprehensif bagi anak- anak.

Dengan hasil itu tentunya diharapkan akan makin banyak sekolah- sekolah yang bisa mengadaptasi pendidikan blended learning dengan lebih maksimal dan tidak hanya terpaku pada kurikulum berbasis hafalan.

Untuk dapat mendukung para orang tua milenial mendorong buah hatinya mendapatkan pendidikan yang maksimal di Tanah Air, HP juga telah mengambil bagian dari sektor teknologi untuk menjadi jembatan bagi dunia pendidikan.

Misalnya seperti gerakan “Semangat Guru Virtual Learning Series” yang mengajak para guru di Indonesia mengikuti pelatihan untuk dapat memanfaatkan teknologi dan tidak gagap menggunakan gadget saat harus mengajar para murid- muridnya.

Ada juga layanan HP Printables yang bisa dimanfaatkan dan diakses secara daring oleh orang tua untuk mendapatkan materi edukasi bagi buah hatinya dan materi itu bisa diunduh dan dicetak untuk kemudian dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.

HP juga terus mengupayakan untuk bisa menyediakan akses teknologi bagi para pelajar di Indonesia agar pendidikan merata bisa dirasakan oleh masyarakat secara merata.

“HP memiliki semangat luar biasa dalam mendukung pendidikan generasi baru, pembelajaran itu merupakan perjalanan seumur hidup. Kami berkomitmen untuk terus dapat membangun industri khususnya menyediakan akses pendidik dari segi teknologi sehingga dapat kesenjangan pendidikan tidak semakin melebar,” ujar Frans.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button