Kanal

Operation Fortune: Ruse de Guerre; Saat Guy Ritchie Menyia-nyiakan Hugh Grant dan Josh Harnett

Jumat, 27 Jan 2023 – 16:30 WIB

Penulis : DSY

Maxresdefault (1) - inilah.com

Ilustrasi: foto dari IMDB

Generasi muda yang hanya menonton “Operation Fortune…” (OF) sangat mungkin tak akan membayangkan besarnya Ritchie di jagad perfilman dunia.  OF terlampau ringan untuk dikunyah, nyaris seperti mengudap Chiki Balls di saat perut memerlukan kalori lebih. Dan tentu demikian, karena tak terhitung pula moviegoers yang rela antre—bila belum punya M-Tix–, membayar dan masuk bioskop karena tahu bahwa yang akan mereka tonton adalah film yang disutradarai dan ditulis skenarionya oleh nama sebesar Guy Ritchie.

Oleh   : Darmawan Sepriyossa

Jika sebuah situs berita menyatakan bahwa “Menonton film-film Guy Ritchie selalu memberikan pengalaman sinematik yang menyenangkan…”, mungkin yang ia maksudkan bukanlah menonton “Operation Fortune: Ruse de Guerre”, film terbaru mantan suami diva mondial, Madonna, itu. Padahal, yang tengah diulas justru film tersebut.

Pasalnya, generasi muda yang hanya menonton “Operation Fortune…” (OF) sangat mungkin tak akan membayangkan besarnya Ritchie di jagad perfilman dunia.  OF terlampau ringan untuk dikunyah, nyaris seperti mengudap Chiki Balls di saat perut memerlukan kalori lebih. Dan tentu demikian, karena tak terhitung pula moviegoers yang rela antre—bila belum punya M-Tix–, membayar dan masuk bioskop karena tahu bahwa yang akan mereka tonton adalah film yang disutradarai dan ditulis skenarionya oleh nama sebesar Guy Ritchie.

Barangkali tidak terlalu adil untuk menilai film ini dengan perbandingan karya Ritchie di masa-masa emasnya, “Snatch” (2000), atau terlebih lagi “Lock, Stock and Two Smoking Barrels” (1998), film yang telah berusia seperempat abad, ternyata. Bahkan, kalau pun dibandingkan dengan dua karya terakhir sebelum OF,” “Wrath of Man” dan “The Gentlemen”, dua film itu masih menyisakan ‘cita rasa Ritchie’ yang khas. Sementara di “OF” bumbu Ritchie yang unik itu sama sekali tak lagi terasa.  Di layar, yang kita saksikan hanya film keras ala Hollywood yang “biasa-biasa saja”. Memang ada komedi, tapi kehadirannya pun terkesan dipaksakan, hingga yang hadir hanya humor garing. Padahal, siapa bilang “Snatch” dan “Lock, Stock..” kering dari bumbu komedi, tanpa harus dipaksakan hadir dan hanya sekadar tempelan  seperti pada “OF”?

Tak ada lagi cerita yang berjalan paralel, khas Ritchie pada setiap filmnya, yang bahkan masih bisa disaksikan penonton Ritchie pada “The Gentlemen”. Dengan hanya ada satu plot, jalinan cerita yang dialirkan di “OF” gampang ditebak, membuat orang menjadi tak merasa tengah menonton karya Ritchie.

Kalaupun mau dibilang sisi plus, yang lebih di film ini hanyalah suguhan lanskap indah Turkiye selain Istanbul, serta eksotisnya panorama Qatar, Spanyol dan pantai Cannes, Prancis.

Yang lebih membuat perih, film ini wajar bikin sesak dada para fans berat Hugh Grant dan Josh Harnett. Peran kedua aktor besar tersebut—Hugh antara lain memenangkan aktor terbaik BAFTA Award 1994 dan Grammy 1995 untuk “Four Weddings and A Funeral”, sementara Harnett pun meraih sekian banyak nominasi dan peraih Bravo Otto Award untuk actor terbaik 2001—menjadi sangat tidak optimal. Di mata saya yang lupa bawa kacamata baca, saya melihat Grant memerankan lakonnya dengan begitu cangggung.

Pemilihan aktris untuk pemeran Sarah Fidel (diperankan Aubrey Plaza), seorang ahli komputer jagoan hacking, sekaligus gadis penggoda untuk memikat pengusaha senjata kelas dunia, Greg Simmonds (Hugh Grant) pun menurut saya masih membuka ruang kritik. Dibanding para aktris Hollywood untuk peran-peran penggoda—misalnya Megan Fox dan Paula Patton pada masanya— Plaza, selain kurang memiliki sex appeal, juga kurang ‘binal’. Peran itu, menurut saya, masih akan lebih pas diberikan kepada aktris Kanada, Katheryn Winnick (“The Big Sky”, “Polar”, dan “The Marksman”), yang lebih mungkin membuat para penonton pria salah tingkah di dekat pasangan mereka.

Namun bagaimanapun “OF” cukup menjanjikan para pembuatnya. Di mata para kritikus film ini mendapat review bagus dari para kritikus, dengan rating IMDB 6,8 dan Rotten Tomatoes 68 persen. Sebagai hiburan, tidak ada salahnya menyaksikan otot-otot Statham yang semakin tua justru terlihat makin mengkal. [ ]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button