Market

Mundur dari IKN, SoftBank Diduga Kesulitan Uang Gegara Saham Alibaba

Banyak analisa yang mencoba menguak alasan SoftBank, lembaga keuangan asal Jepang, mundur dari proyek IKN Nusantara. Tersiar kabar, SoftBank tengah dilanda kesulitan keuangan.

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, SoftBank memang telah memiliki masalah keuangan. “SoftBank telah memiliki masalah keuangan internal, bahkan sebelum masa pandemi COVID-19. Kerugian Softbank dari Wework pada 2020, Alibaba pada 2021. Nilainya cukup besar, belum bisa tergantikan hingga saat ini,” papar Bhima kepada Inilahcom, Jakarta, Sabtu (12//3/2022).

Bhima benar. Kemungkinan masalah keuangan yang mendera SoftBank ada kaitannya dengan memanasnya hubungan Konglomerat Jack Ma dengan Pemerintah China.

Asal tahu saja, SoftBank adalah penggenggam saham terbesar di AliBaba, perusahaan e-commerce milik Jack Ma. Pada 9 Februari 2022, kapitalisasi pasar Alibaba tergerus dari US$479 miliar menjadi US$344 miliar, atau sebesar US$135 miliar.

Angka yang kalau dirupiahkan setara Rp1.939 triliun (kurs Rp14.350/US$), merupakan kerugian yang harus ditanggang investor akibat terjun bebasnya saham Alibaba.

Pada 9 Februari 2022, kapitalisasi pasar perusahaan tergerus dari US$479 miliar menjadi US$344 miliar atau sebanyak US$135 miliar. Maka diperkirakan kerugian para investor akibat saham Alibaba yang terus menurun mencapai Rp1.939 triliun (kurs rupiah Rp14.350).

Salah satu nama besar di jajaran pemegang saham Alibaba adalah Softbank Group Corp milik Masayoshi Son. Perusahaan itu menggenggam 673,76 juta saham, atau hampir 25% dari total saham outstanding. Bisa jadi, sejak saat itu keuangan SoftBank mulai goyang.

Selain itu, lanjut Bhima, faktor perang Rusia-Ukraina menambah deretan ketidakpastian global. Investor juga membaca risiko inflasi yang tinggi di negara maju akan membuat biaya pembangunan IKN naik signifikan.

“Biaya besi baja, barang material konstruksi pun akan mengalami kenaikan imbas dari terganggu nya rantai pasok global. Hal ini pernah terjadi saat pembangunan ibu kota negara di Putrajaya-Malaysia saat krisis moneter 1998, membuat biaya pembangunan naik signifikan,” paparnya.

Naiknya suku bunga di berbagai negara, lanjut Bhima, turut meningkatkan biaya dana (cost of fund) khususnya bagi investor yang memiliki rasio utang tinggi.

Mengingatkan saja, SoftBank, perusahaan keuangan asal Jepang, batal membenamkan dananya ke dalam proyek IKN Nusantara. Padahal, Presiden Jokowi telah menunjuk CEO SoftBank Masayoshi Son, sebagai komite pengarah di proyek IKN.

Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Padjaitan sempat sumringah, lantaran SoftBank siap investasi US$100 miliar di proyek IKN Nusantara.

Keputusan SoftBank mundur dari IKN cukup mengejutkan. Berita ini bahkan menjadi Breaking News di media terkemuka Jepang, Nikkei. Tak ada alasan resmi dari SoftBank mengenai hal ini.

“Kami tak akan investasi di proyek ini (IKN), tapi kami akan melanjutkan investasi di Indonesia melalui portofolio perusahaan SoftBank Vision Fund,” tulis pernyataan resmi SoftBank.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button