Hangout

Merasa Bersalah kalau Bersantai di Waktu Luang? Mungkin Kamu Lagi Kena Toxic Productivity!

Toxic productivity jadi salah satu hal yang sedang banyak dialami oleh masyarakat, terutama oleh generasi muda. Menurut psikolog Fayza Fariz toxic productivity adalah sebuah keinginan yang tidak normal untuk terus menerus melakukan sesuatu hal, bahkan di saat seseorang tersebut memiliki waktu luang.

“Kalau dilakukan terus setiap saat, kalau misalnya berlebihan bisa bikin burn out dan malah bikin sakit sendiri, kalau mungkin sudah mulai di komplain keluarga, teman, orang terdekat itu artinya bisa jadi salah satu ciri toxic productivity,” jelas Fayza Fariz saat webinar NoDokter bekerja sama dengan Inilah.com, ditulis di Jakarta, Minggu (09/10/2022).

Bahkan ketika Anda berada pada tahap toxic productivity ini, Anda akan merasa bersalah jika sedang tidak melakukan apa-apa. Tidak hanya itu, Anda akan merasa lebih rendah diri, membandingkan diri dengan teman, hingga merasa hampa.

Nah, sebenarnya seperti apa sih ciri-ciri seseorang yang telah mengalami toxic productivity ini? Yuk kita cari tahu!

1. Merasa bersalah di waktu luang

Jika orang normal akan berhenti ketika pekerjaannya sudah selesai, maka tidak dengan orang yang memiliki toxic productivity. Ia akan berusaha untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sebanyak-banyaknya dan ingin selalu di atas rata-rata.

“Lagi tiduran, terus scrolling, dan ngerasa ngapain ya saya Instagram-an bahkan justru jadi enggak update dengan lingkungan sekitar. Jadi biasanya orang yang dengan toxic productivity itu badan sudah capek, tapi malas beristirahat dan menganggap hal seperti itu membuang waktu,” kata Fayza.

2. Terlalu memforsir diri

“Jadi ngerasa capek dan sayang ninggalin pekerjaan. Jadi semuanya tuh harus perfect. Dan sering banget ngerasa lelah, jadi bawaannya tuh lelah terus-terusan. Ini juga bisa mengakibatkan konflik dengan keluarga, bahkan juga dengan pasangan,” terangnya.

3. Ekspektasi yang terlalu tinggi

Jika Anda terlalu sering menetapkan target yang terlalu tinggi, hal ini akan menyebabkan Anda tidak pernah puas dengan apapun yang telah Anda capai walau telah mendapatkan sesuatu yang berharga.

“Kita harus sadar diri, kira-kira kalau kita mau memulai bisnis tuh biasanya dapatnya berapa sih sebulan. Jangan muluk-muluk dulu, tidak apa-apa karena semua butuh proses,” kata Fayza.

Efek Toxic Productivity:

1. Kondisi kesehatan menurun

“Yang pertama, turun nih kondisi kesehatan 24 jam tuh kayaknya kurang nih. Makan itu kurang dilakukan, apalagi kalau terjadi dalam body image yang tidak baik. Artinya sekalian saja nih bekerja sekaligus makan juga,” kata Fayza.

Tidak hanya kurang makan, jika Anda kurang olahraga juga akan menyebabkan otak tidak dapat memproduksi hormon bahagia, seperti dopamin, serotonin, oksitosin, dan endorfin.

“Sebabnya kenapa kok ada beberapa orang yang sering galau, sering sedih, oh ternyata jarang olahraga. Jadi ada efeknya juga enggak olahraga. Itu hormon bahagia, tidak dihasilkan, tidak diproduksi oleh otak,” terangnya.

Kemudian toxic productivity juga dapat membuat sosialisasi menjadi hal yang tidak diprioritaskan. Walaupun Anda merasa seorang yang berkepribadian introvert, tetap saja Anda harus bersosialisasi.

“Kenapa, karena kita itu adalah makhluk sosial, kita perlu orang lain untuk berbicara, untuk saling membantu, untuk recharge. Manusia itu charger-nya dari orang lain. Jadi kalau misalnya kayak zaman pandemi kemarin kita tidak bertemu orang dan itu banyak yang stres dan depresi,” jelas Fayza.

2. Stres

Ketika Anda stres, maka Anda akan mengalihkan pikiran dan diri Anda ke hal-hal negatif seperti minum alkohol, merokok, minum kopi, hingga menonton pornografi.

“Ini bahaya banget. Itu bisa berujung ke sakit psikis yang lain. Beberapa klien psikologi saya, itu sampai mental breakdown. Dia merusak-rusak barang, kemudian dia sampai menyakiti pasangannya, seperti itu bahaya banget. Jadi ini seperti efek bola salju, tambah berat tambah berat kalau dibiarin,” terangnya.

3. Burn out

Fayza mengibaratkan burn out dengan handphone (hp) yang sudah benar-benar habis baterai, sehingga tidak bisa menyala dan digunakan. “Ini tuh sudah hilang semangat, negatif terus-terusan, marah-marah, benci pekerjaan, ditegur enggak peduli lagi, menarik diri, dan gampang sakit. Bolak balik kena penyakit lambung, berefeknya juga bisa ke sakit jantung, bahkan sampai pada kematian ya,” ungkapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button