Market

Menko Airlangga Dorong Peningkatan Kualitas Ikan Asin dari Industri Rumahan

Indonesia memiliki kekayaan biota laut yang melimpah, termasuk komoditas ikan. Fakta ini tak terbantahkan lantaran RI merupakan negara maritim.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, komoditas hasil laut tersebut, selain bisa menjadi berbagai jenis makanan dari olahan ikan segar, juga dapat diolah menjadi ikan asin.

“Saya harap usaha pengolahan ikan asin di Pulau Pasaran ini akan semakin berkembang, sehingga akan berkontribusi lebih besar kepada produksi ikan asin di Indonesia. Untuk kualitas sebaiknya juga dapat semakin ditingkatkan agar menjadi pilihan ikan asin utama di negara ini,” kata Menko Airlangga dalam salah satu agenda kunjungan kerja di Provinsi Lampung, Sabtu (12/2/2022).

Peningkatan Kualitas Ikan Asin dari Industri Rumahan- inilah.com
Foto: Kemenko Perekonomian

Badan Pusat Statistik mencatat volume ekspor ikan asin nasional pada periode Januari hingga November 2021 sebanyak 8,96 juta kg. Nilanya mencapai US$ 93,17 juta. Angka tersebut meningkat 0,69% dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 92,53 juta.

Dalam kunjungan kerja tersebut, Menko Airlangga mengunjungi Pulau Pasaran, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung. Sebagian populasi penduduk di Pulau Pasaran berprofesi sebagai nelayan dan pengolah ikan asin, khususnya ikan teri asin.

Penduduk Pulau Pasaran berjumlah kurang lebih 1.900 penduduk dan 342 Kepala Keluarga. Jumlah ini terbagi atas beberapa kelompok masyarakat, yakni 5 kelompok pengolah dengan 48 pengolah, 2 kelompok nelayan rajungan, 2 kelompok pembudidaya ikan, dan 10 kelompok kerang hijau.

Ibu Rumah Tangga sebagai Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang menekuni industri rumahan ikan asin di pulau tersebut berjumlah sekitar 765 orang. Kebanyakan dari mereka adalah ibu rumah tangga yang berasal dari luar Pulau Pasaran. Menko Airlangga juga menyampaikan mengapresiasi kepada ibu-ibu pengolah ikan asin tersebut.

Rata-rata produksi ikan teri asin di wilayah tersebut yakni kurang lebih sebanyak 3 ton per bulan untuk setiap pengolah. Alhasil, perkiraan produksi totalnya sebanyak 120-150 ton/bulan atau sekitar 1.140 ton/tahun.

Terdapat beberapa jenis produksi ikan teri asin. Di antaranya, teri nasi super, teri nasi biasa, teri buntiau, teri rc, teri jengki, dan teri katak. Rentang harga jual per kilogram dari yang termahal yaitu ikan teri nasi super senilai Rp120 ribu/kg sampai termurah yakni ikan teri katak senilai Rp50 ribu/kg. Produk tambahannya adalah cumi asin dan ikan tanjan.

Dalam hal pemasaran ikan teri asin tersebut, sebanyak 50% pemasaran hasil produksi ke DKI Jakarta. Selebihnya, sebanyak 30% ke wilayah di Medan, Padang, Jambi, dan sekitarnya. Kemudian, sebanyak 10% ke wilayah di Karawang, Cianjur, Bandung, dan sekitarnya, serta 10% ke pasar lokal di Lampung.

Keunggulan ikan teri nasi Pulau Pasaran bisa terlihat dari sistem pengolahan perebusan ikan teri di atas kapal setelah penangkapan, dengan tujuan menjaga kualitas ikan.

“Bagus sekali usaha ibu-ibu untuk mengolah ikan asin, jadi bisa membangkitkan perekonomian lokal di sini. Ikan asin juga menjadi salah satu makanan yang masyarakat Indonesia sukai. Tidak hanya untuk konsumsi lokal, tapi juga ekspor,” imbuh Menko Airlangga.

Back to top button