Hangout

Mengenal Festival Peh Cun, Tradisi Makan Bakcang di Tiongkok

Festival Peh Cun atau lebih dikenal dengan nama Festival Perahu Naga jatuh pada hari kelima bulan kelima pada kalender lunar. Ajang ini disiapkan untuk memperingati kematian Qu Yuan, seorang penyair dan menteri Tiongkok yang dikenal karena patriotisme dan kontribusinya pada puisi klasik dan yang akhirnya menjadi pahlawan nasional.

Qu Yuan hidup pada masa dinasti feodal pertama Tiongkok dan mendukung keputusan untuk melawan negara yang lebih kuat. Meskipun tindakannya menyebabkan pengasingannya, ia menulis untuk menunjukkan cintanya pada negara kelahirannya tersebut.

Legenda mengatakan bahwa Qu Yuan merasa sangat menyesal setelah merebut ibu kota negaranya sehingga, setelah menyelesaikan puisi terakhirnya, dia mengarungi Sungai Mi Lo di provinsi Hunan sebagai bentuk protes dan rasa putus asa terhadap korupsi yang terjadi di sekitarnya.

Setelah mendengar berita tentang upaya tragis ini, penduduk desa mengambil perahu dan membawa pangsit ke tengah sungai untuk mencoba menyelamatkan Qu Yuan, tetapi upaya mereka sia-sia. Mereka beralih ke menabuh genderang, memercikkan air dengan dayung mereka dan melemparkan kue beras ke dalam air – berfungsi sebagai persembahan untuk roh Qu Yuan, serta sarana untuk menjauhkan ikan dan roh jahat dari tubuhnya.

Pangsit beras ini menjadi zongzi atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai bakcang yang kita kenal sekarang, sedangkan pencarian tubuh Qu Yuan menjadi perlombaan perahu naga yang biasanya berlangsung intens.

Kegiatan & Tradisi Budaya Festival Peh Cun

Selain makanannya, kegiatan yang dilakukan dalam event ini adalah highlight utama dari festival ini. Dengan perahu yang diukir dengan hiasan dan kepala serta ekor ‘naga’ yang dicat dengan garang, balapanan perahu naga adalah tontonan yang semarak yang terdiri dari permainan tabuhan drum dan pembalap yang intens saat mereka berlomba untuk mencapai garis finis.

Mengenakan Tas Dupa

Di masa lalu, banyak penyakit dan wabah yang merembes ke tanah selama waktu yang sama tahun dengan festival ini berlangsung. Kondisi ini membuat orang-orang membuat tas dupa untuk digantung di leher mereka. Mereka percaya ini tidak hanya akan melindungi mereka dari penyakit tetapi juga dari roh jahat.

Menggantung Potongan Kayu di Pintu atau Jendela

Ini adalah tradisi lain yang diyakini dapat membantu mengusir roh jahat, menjauhkan kejahatan dan membawa kesehatan bagi keluarga, serta penggunaan yang lebih praktis untuk mengusir berbagai serangga dari rumah.

Festival Peh Cun dan Budaya Tiongkok

Budaya Tiongkok berisi banyak festival-festival unik lainnya yang membuatnya menjadi negara dengan keberagaman tradisi yang sangat kaya. Perkembangan ke arah industrial yang diadopsi Tiongkok bahkan tidak berpengaruh pada budaya, tradisi dan identitas bangsa mereka. Salah satunya adalah bahasa Mandarin. Bahasa yang digunakan lebih dari 1 miliar orang di dunia masih merupakan salah satu identitas Tiongkok yang sangat kuat.

Dengan perkembangan skala bisnis Tiongkok yang semakin besar, maka tidak salah rasanya untuk mulai memperkenalkan bahasa Mandarin ke si buah hati. Layaknya bahasa Inggris yang jadi subjek tambahan rutin dalam pelajaran dasar, posisi bahasa Mandarin juga sangat mungkin untuk berada di level kepentingan yang sama.

Atas dasar ini, Lingoace, startup EdTEch kelas dunia, telah resmi hadir di Indonesia. Perusahaan rintisan yang bergerak di teknologi pendidikan ini menawarkan pengalaman kelas bahasa Mandarin yang mudah dan efektif. Track record LingoAce juga telah terbukti secara dunia dengan catatan lebih dari 300 ribu murid yang telah memilih platform ini untuk belajar bahasa Mandarin.

Diajarkan langsung oleh para guru native speaker dengan akreditasi global, LingoAce memadukan kemahiran tenaga pengajar mereka dengan teknologi ajar yang disiapkan khusus untuk generasi digital.

Jadi, jangan tunda lagi dan langsung gunakan kelas free trial gratis untuk mendaftar ke LingoAce!

Back to top button