Friday, 11 July 2025

Mendes Yandri: 65 Persen Masyarakat Desa Buta Huruf Alquran, Perlu Metode Pembelajaran yang Tepat

Mendes Yandri: 65 Persen Masyarakat Desa Buta Huruf Alquran, Perlu Metode Pembelajaran yang Tepat

Basuki Medium.jpeg

Jumat, 11 Juli 2025 – 09:15 WIB

Mendes PDT Yandri Susanto saat memberikan sambutan dalam pembukaan pelatihan dan pembekalan 10.000 Mualim Alquran Majlis Taklim yang diselenggarakan oleh Lembaga Pembelajaran Qiroatil Qur’an (LPQW) Indonesia di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis (10/7/2025). (Foto: Humas Kemendes PDT)

Mendes PDT Yandri Susanto saat memberikan sambutan dalam pembukaan pelatihan dan pembekalan 10.000 Mualim Alquran Majlis Taklim yang diselenggarakan oleh Lembaga Pembelajaran Qiroatil Qur’an (LPQW) Indonesia di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis (10/7/2025). (Foto: Humas Kemendes PDT)

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Inilah.com

+ Gabung

Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT), Yandri Susanto menekankan komitmennya untuk memberantas buta huruf Alquran di Indonesia, khususnya di desa-desa di Tanah Air.

“Kami lihat fakta di lapangan, sekarang yang buta huruf Alquran itu sangat banyak, sekitar 65 persen,” tutur Yandri dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (11/7/2025).

Hal tersebut dia sampaikan saat memberikan sambutan dalam pembukaan pelatihan dan pembekalan 10.000 Mualim Alquran Majlis Taklim yang diselenggarakan oleh Lembaga Pembelajaran Qiroatil Quran (LPQW) Indonesia di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis (10/7/2025).

Menurut Yandri, terdapat kemungkinan masyarakat tidak bisa membaca huruf Alquran karena keterbatasan dalam memperoleh pendidikan atau pengajaran terkait hal tersebut.

“Bisa jadi, bukan mau mereka tidak bisa baca Quran, bukan maunya mereka. Tapi, kita mungkin belum mengajarkannya, belum memberikan pelatihan cara belajar yang benar atau kalau pun mereka sudah belajar mungkin metode cara pembelajarannya belum tepat,” kata Yandri.

Oleh karena itu, menurut dia, diperlukan metode pembelajaran serta pengajar yang tepat.

“Dua-duanya mesti ketemu antara yang mengajar dan yang belajar, mesti ada simbiosis mutualisme, harus saling menguntungkan, harus saling memahami,” kata Yandri.

Yandri menyampaikan bahwa pada beberapa waktu lalu, Kemendes PDT bersama Kementerian Agama (Kemenag) melakukan penandatanganan nota kesepahaman untuk pemberantasan buta huruf Alquran di Indonesia.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa program pelatihan 10.000 mualim atau guru membaca Alquran itu akan menjadi solusi dan tindak lanjut dari kerja sama antara Kemendes PDT dan Kemenag.

Ia mengatakan dengan berjalannya program itu, pemberantasan buta huruf Alquran akan bisa diatasi melalui para guru yang sudah dilatih dengan baik.

“Oleh karena itu, pelatihan ini bagian dari tindak lanjut kami bersama Kementerian Agama. Insya Allah menjadi kenyataan di lapangan, sehingga nanti satu desa satu majelis taklim, kemudian pemberantasan buta huruf Alquran. Kita juga menghidupkan kembali masjid-masjid dan mushalla,” ujar mantan Wakil Ketua MPR itu.

Yandri mengatakan bahwa keberhasilan program pelatihan 10.000 mualim dan mualimah tersebut merupakan bagian dari upaya untuk menyukseskan Asta Cita ke-6 Presiden Prabowo Subianto, yaitu membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.

Ia mengatakan pembangunan desa dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan langkah membangun infrastrukturnya, tetapi juga sumber daya manusia (SDM) di desa.

“Asta Cita ke-6 itu, artinya juga membangun manusianya, bukan hanya membangun desa dalam artian membangun jalan membangun lain-lain, tapi membangun manusianya juga penting, yaitu membangun karakter, membangun moral dengan landasan agama yang kuat,” jelas dia.

Topik
Komentar

Basuki Rahmat N.