Kanal

Memahami Bonetski dan Memaknai Ondel-ondel

Sabtu, 25 Jun 2022 – 15:40 WIB

Ondel-ondel - inilah.com

Foto ist

Percayalah untuk memahami karya Bonetski kita harus menyimak profil, perjalanan berkeseniannya, metode berkarya, dan hal-hal yang bersifat psiko-biografi.

Karena karyanya kerap hadir begitu saja, secara ekspresif, dan kerap tak terduga. Ia pernah hadir di depan gedung KPK saat cicak-buaya, ia pernah hadir di gang-gang sempit, gorong-gorong museum, di bantaran kali, klenteng, masjid, galeri, apartemen, bahkan lemari baju anda.

Dengan bahasa lain, saya ingin menyampaikan bahwa Bonetski adalah seniman yang merekam peristiwa, merekam bunyi, merekam gerak.

Edi yang dikenal dengan latar belakang musisi yang tumbuh di bantaran kali dan pasar, memiliki kepekaan lebih terhadap bunyi, dan problematika isu sosial. Ia seakan mampu menangkap hal tersebut untuk divisualkan ke atas kanvas, dinding, kertas, kayu, atau kaleng rombeng.

1656146508 Picsay - inilah.com

Tumbuh sebagai salah satu pendiri komunitas anak langit yang kemudian kini menjadi Lingkar Semanggi Tangerang, Edi akrab dengan metode kerja kolektif, semangat Do It Yourself ala komunitas, dan keberpihakan terhadap idealisme.

Pameran tunggalnya kali ini yang berjudul Ondel-ondel yang Rural dan yang Urban adalah peristiwa lain bagaimana kita bisa melihat hal-hal itu. Sekaligus menyimak pencapaian pemikiran dia atas isu sosial di masyarakat.

Menurut Heru Joni Putra pada pidato pembukaan pameran, Tema Ondel-ondel adalah bagaimana Edi membaca fenomena paradoks kebudayaan era hari ini. Sebagai salah satu ikon kebudayaan Betawi, ondel-ondel memiliki berbagai dimensi untuk kita baca, ia bukan sekedar benda, ia digerakan oleh manusia, ia merupakan lapisan struktur sosial di masyarakat, ia adalah cerminan bagaimana kita selalu menderukan: jagalah kesenian tradisi namun aparat kerap mengusir ondel-ondel di jalanan. Ia juga merupakan cerminan kebudayaan yang tercampur aduk dengan hegemoni lagu-laguan ala Barat.

Dengan premis-premis itu, pada pameran ini Edi menghadirkan beragam karya berbasis cat dan tinta. Ada mural di dinding berwarna kuning hitam dengan tulisan “investasi kebut-dayaan” yang dirangkai dengan gambar di atas kertas film, ada respon object radio yang kerap dibawa oleh pawai ondel-ondel, ada instalasi tergantung berbentuk seperti kostum ondel-ondel dengan aneka kata-kata unik seperti sebuah doa, ada juga jejeran mainan dan ondel-ondel mini yang ditata berbaris seakan menunggu giliran untuk di-pentaskan.

Lantai 1 galeri kertas di studio hanafi pun terasa meriah, persis seperti nuansa hajatan ondel-ondel yang meriah. Karya antar karya terhubung dengan goresan khas Edi. Aneka warna. Kata-kata. Dan instalasi yang setengah tampak selesai setengah tampak belum.

Sementara di lantai 2, kita bisa menyimak aneka karya berbasis kertas, tumpukan buku dan artikel yang digambar, aneka benda memorabilia yang dilapisi kotak akrilik bening. Tampaknya itu semua adalah jejak studi penciptaan karya Edi, dan ini keren untuk disajikan kepada publik.

Keluar dari galeri saya merasakan sensasi dan pengalaman visual yang baru seperti menyimak bagaimana ondel-ondel bisa direspon sedemikian kontemplatif. Walaupun, tetap saja, saya butuh waktu lebih intens, lebih banyak lagi, dalam memahami karya-karya Edi Bonetski. Hingga kemudian saya menyadari, bahwa ternyata Edi adalah ondel-ondel itu sendiri.

Hilmi Fabeta, Akademisi, pegiat kesenian.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button