News

Media AS Ungkap Penyiksaan Sistematis Warga Palestina yang Ditahan di Pangkalan Militer Israel


Israel melakukan penyiksaan dan pelecehan secara sistematis terhadap warga Palestina yang ditahan di pangkalan militer Sde Teiman, Gurun Negev, berjarak sekitar 29 km dari perbatasan Gaza.

Hal ini terungkap dari laporan dua wartawan New York Times yang menghabiskan waktu tiga bulan mewawancarai tentara Israel di Sde Teiman dan warga Palestina yang ditahan di sana.

Laporan New York Times ini menguatkan laporan serupa yang diturunkan oleh CNN sebulan lalu. Kala itu, CNN mengungkap kondisi mengenaskan para tahanan dari whistleblower yang bekerja di pangkalan militer tersebut, yang sebagian areanya digunakan sebagai kamp penahanan bagi warga Palestina dari Jalur Gaza.

Laporan-laporan mengenai penyiksaan di Sde Teiman sebelumnya juga telah muncul di media Israel dan Arab. Protes dari kelompok-kelompok hak asasi manusia lokal dan internasional mengenai kondisi mengerikan di sana juga sudah banyak.

Salah satu jurnalis yang mengunjungi lokasi tersebut memberikan gambaran mengerikan mengenai kebijakan penyiksaan dan pelecehan sistematis oleh Israel sejak 7 Oktober 2023. Laporan ini menggugurkan klaim berulang kali dari pemerintah Israel bahwa mereka beroperasi sesuai dengan praktik dan hukum internasional yang berlaku.

Sde Teiman dinyatakan sebagai ‘pusat interogasi sementara’. Namun pada kenyataannya, tempat ini lebih seperti pemuas nafsu personel militer Israel menyiksa warga Palestina ketimbang mengumpulkan data intelijen.

Mereka memperlakukan para tahanan dengan kejam, termasuk orang-orang yang kemudian diketahui tidak memiliki hubungan dengan Hamas atau kelompok-kelompok bersenjata lainnya yang menjadi incaran Israel.

Penyiksaan Sistematis

Dilaporkan, sejumlah warga Gaza duduk berbaris, diborgol, dan ditutup matanya. Mereka tidak dapat melihat tentara Israel yang berdiri mengawasi mereka dari sisi lain ruangan berpagar jala tempat mereka dtahan.

Mereka dilarang berbicara lebih keras dari gumaman, tak boleh mengintip dari penutup mata, dan dilarang berdiri atau tidur kecuali jika diizinkan.

“Rekan-rekan saya tidak tahu apakah saya masih hidup atau sudah meninggal,” kata laporan New York Times, mengutip pernyataan Muhammad al-Kurdi, 38 tahun, seorang supir ambulans yang telah dikonfirmasi oleh pihak militer bahwa ia ditahan di Sde Teiman pada akhir tahun lalu.

“Saya dipenjara selama 32 hari,” kata al-Kurdi, yang ditangkap pada November tahun lalu setelah konvoi ambulansnya mencoba melewati pos pemeriksaan militer Israel di selatan Kota Gaza. “Tapi rasanya seperti 32 tahun,” tambah dia.

Investigasi tersebut mengungkapkan 1.200 warga sipil Palestina yang ditahan di Sde Teiman berada dalam kondisi direndahkan, Mereka tak bisa mengajukan kasus ke hakim hingga 75 hari. Selain itu, para tahanan juga tidak diberi akses ke pengacara sampai 90 hari.

“Delapan mantan tahanan, yang semuanya telah dikonfirmasi oleh pihak militer bahwa mereka ditahan di tempat tersebut dan berbicara dalam rekaman, mengatakan bahwa mereka telah ditinju, ditendang, dan dipukuli dengan tongkat, popor senapan, dan detektor logam genggam selama berada dalam tahanan,” ungkap laporan tersebut.

Yang lain dilaporkan menyatakan bahwa mereka dipaksa hanya mengenakan popok saat diinterogasi. Mirisnya, mereka juga menerima sengatan listrik selama ditanya-tanya oleh petugas.

Menurut New York Times, sebagian besar kesaksian ini diperkuat oleh wawancara yang dilakukan oleh pejabat dari UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina. Badan tersebut mewawancarai ratusan tahanan yang kembali yang melaporkan penyiksaan yang meluas di Sde Teiman dan fasilitas-fasilitas penahanan Israel lainnya, termasuk pemukulan dan penggunaan alat kejut listrik.

‘Ruang Disko’

Para tahanan mengatakan kepada New York Times bahwa beberapa hari setelah kedatangan mereka, mereka digiring ke sebuah ruangan terpisah. Para tahanan menyebutnya sebagai ‘ruang disko’. Menurut mereka, para tahanan dipaksa mendengarkan musik yang sangat keras yang membuat mereka tidak bisa tidur.

Bakr, salah satu tahanan yang diwawancarai, menganggapnya sebagai bentuk penyiksaan lain yang mengerikan. Ia mengatakan hal itu sangat menyakitkan sampai-sampai darah menetes dari dalam telinganya.

Barang-barang pribadi Bakr, termasuk telepon genggam dan uang senilai US$2.000 dirampas oleh tentara Israel.

Dalam beberapa pekan terakhir, pangkalan tersebut telah mendapat sorotan tajam dari media, termasuk laporan CNN yang kemudian dirujuk oleh Gedung Putih, serta dari Mahkamah Agung Israel, yang mulai mendengar petisi dari kelompok-kelompok hak asasi manusia pada Rabu (5/6/2024) lalu untuk menutup tempat tersebut.
 

Back to top button