Hangout

Main Gawai vs Lato-lato, Mana yang Lebih Berfaedah?

Belakangan jagat maya ramai dengan permainan tradisional, yakni lato-lato. Bahkan Presiden Joko Widodo dalam kunjungan ke Subang, menjajal permainan tersebut bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Lato-lato adalah permainan sederhana yang terbuat dari sepasang bola kecil yang terikat di tali. Permainan ini cukup ramai dimainkan oleh anak-anak. Benturannya menimbulkan bunyi unik.

Disampaikan Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Cabang Sumenep, Kiai Zamzami Sabiq Hamid, lato-lato bisa mengalihkan dan mengurangi dampak kecanduan gawai yang saat ini banyak dialami oleh anak-anak.

“Permainan lato-lato bisa menstimulus kemampuan motorik anak. Permainan itu juga dapat meningkatkan fungsi koordinasi antara kemampuan kognitif dan motorik,” katanya mengutip NU online, Rabu (4/1/2023).

Sementara menurut ahli lainnya, bermain game di gawai adalah pengalaman visual yang terlihat besar dan bagus di layar, sedangkan di dunia nyata hanya dengan menekan tombol di perangkat. Dibandingkan dengan bermain lato-lato, tentunya secara fisik anak akan lebih aktif saat bermain lato-lato.

“Suara yang dihasilkan saat pendulum dipukul, meski sederhana, menjadi sensasi pendengaran yang nyata dan alami,” kata psikolog Viera Adella dalam keterangannya, Rabu (4/1/2023).

Gawai menurutnya di satu sisi berdampak positif. Namun, di sisi lain jika penggunaannya tidak terkontrol bisa berbahaya bagi perkembangan anak. Pada akhir pekan alangkah baiknya mencoba suasana baru dengan bermain permainan tradisional seperti lato-lato Selain seru, tak perlu biaya mahal, juga melatih kecerdasan anak.

Memang, bermain adalah salah satu kunci pembelajaran, perkembangan, kepercayaan diri, berkembang, dan kesehatan mental (well-being) anak.

Membangun karakter anak

Menjadi sangat penting untuk memperhatikan variasi mainan jika ingin mengembangkan semua bidang perkembangan anak. Bentuk permainan anak ada yang terstruktur dan tidak terstruktur. Permainan terstruktur dimainkan dalam kondisi tertib dan diatur waktunya. Baik untuk membangun karakter disiplin dan taat pada prosedur (menunggu giliran).

Sementara itu, permainan tidak terstruktur memberi anak lebih banyak kesempatan untuk mencoba hal-hal baru dengan cara mengalir bebas yang mereka nikmati. Ada baiknya mencoba membangun kreativitas dan keberanian mental.

“Kalau ada hubungannya dengan fenomena lato-lato, bisa jadi hal baru bagi anak-anak yang sudah terbiasa bermain gadget. Bagi anak-anak yang sudah mencobanya, mereka tertarik untuk mengubah permainan sesuai dengan keinginannya,” ujar psikolog Recovering at the Peak tersebut.

Namun perlu ditekankan juga bahwa keefektifan ini bersifat sementara untuk saat ini, karena lato-lato merupakan hal yang langka. Dengan kata lain, satu kali menjadi viral, tetapi kemudian menyebar, dan kemudian berubah menjadi fenomena lain.

Tidak dapat dipungkiri bahwa tampilan media sosial memiliki dampak yang besar bagi masyarakat karena kecepatan berbagi informasi (sharing) dan keterusterangan (expressing) kepada publik. Oleh karena itu pengaruhnya tidak dapat dianalisis secara mendalam dan lebih luas, sehingga dapat dikatakan fenomena ini bersifat sementara.

Untuk bermain tidak perlu selalu dengan gawai yang mungkin memerlukan biaya mahal yang hanya bisa dijangkau keluarga yang mampu. Dengan permainan tradisional semua bisa menjangkaunya dan anak-anak semuanya senang.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button