Kanal

Mahasiswi UI Loncat dari Apartemen, Nyeri pada Jiwa Picu Bunuh Diri

Seorang mahasiswi Universitas Indonesia (UI) berinisial MPD (21) ditemukan meninggal dunia setelah meloncat dari sebuah apartemen di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sudah sedemikian parahkah penyakit mental yang menyerang anak muda sehingga memilih bunuh diri?

Korban ditemukan setelah seorang saksi yang merupakan sekuriti apartemen mendengar suara benturan yang keras seperti benda terjatuh di sekitar lokasi. Setelah dicek, saksi melihat korban sudah dalam posisi tergeletak di lantai.

Mungkin anda suka

“Benar kita dari Polsek membenarkan bahwa benar ada TKP orang loncat dari apartemen. kemudian kejadiannya benar di Kebayoran Baru,” kata Kapolsek Kebayoran Baru Kompol Tribuana Roseno, Senin (13/3/2023).

Sebelum ditemukan meninggal, korban disebut sempat mengunggah permohonan maaf di akun media sosial miliknya. “Almarhum sebelum lompat sempat menyampaikan story intinya menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga dan juga teman-temannya,” ucap Tribuana.

Angka bunuh diri jauh lebih besar

Kasus bunuh diri seperti yang dilakukan MPD ini bukan yang pertama. Sudah banyak anak muda yang memilih mengakhiri hidup secara sia-sia dengan bunuh diri. Mengutip laman resmi Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia (INASP), terdapat 670 jumlah kasus bunuh diri yang resmi dilaporkan.

Selain itu, terdapat lebih dari 303 persen kasus bunuh diri yang tidak dilaporkan, data tersebut diperoleh berdasarkan perbandingan data kepolisian dan Sample Registry System (SRS) di Kementerian Kesehatan.

SRS adalah survei yang bertujuan mengetahui angka dan penyebab kematian secara mendetail. Survei ini dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, yang sekarang sudah berganti nama menjadi Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan.

Merujuk data SRS pada 2018, yang sudah disesuaikan dengan estimasi kelengkapan survei 55 persen, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia sebesar 1,12 per 100.000 penduduk. Kalau melihat data Bank Dunia, jumlah penduduk Indonesia pada 2018 adalah 267,1 juta jiwa. Ini berarti ada 2.992 kematian akibat bunuh diri di tahun tersebut.

Studi pada tahun 2022 itu menemukan bahwa angka bunuh diri di Indonesia mungkin empat kali lebih besar daripada data resmi. Kurangnya data telah menyembunyikan skala sebenarnya dari persoalan bunuh diri di Indonesia, menurut sejumlah pakar.

Jadi angka sebenarnya bisa jauh lebih besar. “Berdasarkan penelitian terbaru, kami menemukan bahwa setidaknya kasus bunuh diri di Indonesia sejumlah empat kali lipat lebih tinggi dari angka yang dilaporkan,” sebut Presiden dan Pendiri EHFA, Sandersan Onie dalam sebuah seminar. “Sedangkan, jumlah percobaan bunuh diri setidaknya tujuh kali lipat dari jumlah tersebut.”

Bunuh diri juga menjadi fenomena global, yang sudah menjadi perhatian World Health Organization (WHO). WHO mengumumkan bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar keempat di antara orang-orang berusia 15-29 tahun di seluruh dunia pada 2019.

Pada 2009, sebuah makalah tesis yang diajukan oleh aktris Korea Park Jin Hee menunjukkan bahwa sekitar 40 persen aktor Korea berpikir untuk mati karena hidup terlalu melelahkan. Sementara 30 persen lainnya mengatakan bahwa mereka secara serius mempertimbangkan untuk bunuh diri sebelumnya.

Di Jepang, pemerintahnya tengah berjuang mengatasi krisis kesehatan mental. Bayangkan saja, ketika virus corona merajalela, lebih banyak orang meninggal dalam satu bulan karena bunuh diri ketimbang COVID-19 sepanjang tahun. Badan Kepolisian Nasional Jepang mengatakan angka bunuh diri melonjak menjadi 2.153 pada Oktober 2021 saja, dengan lebih dari 17.000 orang bunuh diri sepanjang tahun ini.

Menurut Suicide.org, kasus bunuh diri pada remaja terus meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Menurut catatan situs tersebut, bunuh diri adalah penyebab kematian ketiga terbesar bagi kaum muda berusia 15 hingga 24 tahun. Setiap 100 menit seorang remaja bunuh diri.

Selain itu beberapa remaja lebih berisiko mengalami depresi dan bunuh diri dibandingkan yang lain. Sekitar 20 persen dari remaja mengalami depresi sebelum mereka mencapai usia dewasa. Hanya 30 persen remaja yang depresi yang dirawat karenanya.

Masalah kesehatan global

Masalah bunuh diri bukan hal sederhana, tidak akan selesai dengan hanya menyuruh orang untuk bersyukur atau positive thinking. Perlu mendorong untuk mencari pertolongan profesional kesehatan mental untuk mendapatkan kebahagiaannya kembali.

Di negara kita, kejadian ini masih dipenuhi dengan stigma. Alih alih mendorong dalam pencarian pertolongan, mereka mendapat hinaan, penghakiman, dan tuduhan dari lingkungan. Tentu saja hal ini memperburuk keluhan yang sedang dirasakan.

“Pikiran bunuh diri adalah sebuah skeptrum perjalanan, bukan aksi mendadak. Pikiran bunuh diri merupakan sebuah spektrum dimulai dari pikiran bunuh diri pasif, pikiran bunuh diri aktif dan perencanaan bunuh diri,” ungkap dr Jiemi Ardian, psikiater yang bekerja di RS Siloam Bogor di kanal YouTube-nya.

Lalu apa yang mendorong keinginan bunuh diri? Sebenarnya sangat banyak. Tema besar dari bunuh diri menurut Shneidman adalah Psychache, atau gampangnya, ‘nyeri pada jiwa’. Nyeri ini baru terungkap jika korban bicara secara terbuka, jika kita mendengarkan tanpa penghakiman, lepas dari asumsi, lepas dari stigma.

Nyeri ini tidak akan nampak dalam penerawangan biasa, kecuali jika nyeri ini sudah begitu mengganggu. “Pernah lihat kan orang yang nyeri kepala tapi sedikit, hidupnya pasti biasa saja. Masih bisa aktivitas, masih bisa senyum, tapi begitu nyeri ini berat maka semua aktivitasnya akan terganggu,” tambah dr Jiemi.

Begitupun dengan nyeri pada jiwa, awalnya mungkin tidak terlihat. Namun seiring waktu, nyeri pada jiwa ini membesar, menguat, menetap dan tidak mau pergi, kehidupan pun menjadi taruhannya.

Pemahaman akan adanya rasa sakit di balik pikiran/tindakan bunuh diri ini penting. Seseorang tidak serta merta ingin mengakhiri hidupnya, kecuali jika rasa sakitnya terlalu dalam. Artinya sebenarnya dia ingin mengakhiri rasa sakitnya bukan ingin mengakhiri hidupnya.

Akibat depresi

Kasus bunuh diri biasanya akibat depresi. Mungkin sulit untuk mengetahui dengan tepat bagaimana membantu teman atau anak remaja yang mengalami depresi atau kecemasan. Termasuk apa yang harus dikatakan kepada seseorang yang mengalami masa sulit. Ingatlah bahwa setiap orang berbeda, penting untuk berbicara tentang apa yang mereka butuhkan.

Cobalah untuk mencari tahu lebih banyak tentang depresi, kecemasan, atau hal lain yang dialami sang remaja. Ini akan membantu lebih memahami apa yang terjadi dan bagaimana perasaannya. Memang sulit untuk mengetahui perbedaan antara suka dan duka dalam hidup, dan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Seseorang yang mengalami masalah kesehatan mental mungkin merasa malu, dan khawatir tentang bagaimana reaksi teman mereka jika membicarakannya.

Beberapa psikolog memberikan beberapa petunjuk untuk mendeteksi apakah seseorang mengalami depresi. Misalnya sering kali tampak sedih atau menangis, atau lebih sering marah. Juga melewatkan kegiatan sekolah, pekerjaan atau kegiatan rutin mereka atau melewatkan hangout atau sering membatalkannya di saat-saat terakhir.

Cek juga apakah ia minum alkohol atau menggunakan obat-obatan lebih dari biasanya. Atau sering berbicara tentang perasaan kosong, lelah, atau tidak berharga. Kadang kala mereka yang depresi lebih pesimis dan putus asa. Biasanya pula diikuti dengan sulit tidur, badan terlihat loyo, tatapan mata sering tidak fokus dan kondisi kesehatan lainnya.

Jika seseorang hidup dengan masalah kesehatan mental, tidak mungkin bagi mereka dengan mudah menyingkirkan beban yang dialaminya. Jangan menganggap enteng perasaan mereka dan menganggapnya aneh atau tidak berdasar.

Jika Anda tidak yakin bagaimana membantu seseorang yang mengalami depresi atau kecemasan, tanyakan kepada mereka. Anda juga dapat menawarkan mereka beberapa opsi dan membiarkan mereka memilih yang paling cocok untuk mereka. Termasuk menawarkan opsi untuk mendapatkan bantuan dari para profesional kesehatan jiwa.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button