Market

Mahalnya Minyak Goreng Mendekati Rp20 Ribu/Liter, Ekonom PKR Singgung Kinerja Mendag Lutfi

Harga minyak goreng bak kuda liar, sulit dikendalikan lantaran naiknya tak kira-kira. Kini per liter minyak goreng kemasan hampir Rp20 ribu per liter.

Analis ekonomi dari Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), Gede Sandra bilang, Kementerian Perdagangan harus bertanggung jawab atas instabilitas harga minyak goreng yang meresahkan masyarakat. “Kemendag seharusnya lebih fokus menjaga harga minyak goreng di pasar tetap stabil. Kemendag punya segala instrument kebijakannya, tinggal mau menggunakan atau tidak,” paparnya kepada Inilah.com, Jakarta, Jumat (26/11/2021).

Selanjutnya Gede mempertanyakan komitmen Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam menjaga persediaan minyak goreng di pasaran. “Sebagai Mendag, M Lutfi kan tinggal panggil seluruh taipan sawit di Indonesia. Minta mereka menambah supply CPO dalam negeri, jangan seluruhnya diekspor,” ungkapnya.

“Toh, untung bisnis mereka sudah sangat banyak sejak kenaikan harga CPO dunia belakangan ini. Bila para taipan sawit ini tidak mau nurut, tinggal ancam saja untuk uber pajaknya. Pasti mau nurut. Tetapi kembali lagi ke menterinya. Pertanyaannya bukan bisa atau enggak. Karena pasti bisa. Tinggal, berani atau nggak. kalau benar enggak berani ya diganti saja,” tegas Gede.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan mengatakan, masih mahalnya harga minyak goreng disebabkan kenaikan harga crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit di seluruh dunia.

Dia bilang, saat ini terjadi penurunan pasokan bahan baku minyak nabati karena adanya penurunan produksi CPO, dan hal ini membuat harganya bisa meroket tajam.

“Terjadi penurunan produksi CPO dari Malaysia 8 persen. Kemungkinan produksi CPO di Indonesia akan turun dari target 49 juta ton mungkin hanya akan hasilkan 47 juta ton,” ujar Oke dalam webinar INDEF, Rabu (24/11/2021).

Selain itu, produksi CPO dari Kanada sebagai pemasok minyak nabati untuk canola oil turun 6 persen. Belum lagi, ada krisis energi di beberapa negara seperti Cina, India dan negara-negara di Eropa.

Selain faktor eksternal, Oke menyebut, terdapat faktor internal yang menyebabkan kenaikan harga minyak goreng. Menurutnya, produsen minyak goreng di Indonesia kebanyakan belum terafiliasi dengan kebun sawit penghasil CPO, sehingga produsen minyak goreng tergantung pada harga CPO global.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button