News

Stabilitas Kawasan ASEAN Bergantung pada Kerukunan Indonesia dan Malaysia

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) Semiarto Aji Purwanto menegaskan penting bagi Indonesia dan Malaysia untuk terus menjaga kerukunan. Sebab, kedua negara tersebut berperan besar bagi keseimbangan dan kedamaian di wilayah Asia Tenggara.

Demikian ia sampaikan dalam seminar FISIP UI yang bertajuk “Enhancing Indonesia–Malaysia Relations in Recent Regional Dynamics: A Perspective from Academia” di Depok, Selasa (4/7/2023).

“Indonesia dan Malaysia merupakan founder dari ASEAN. Penting untuk diingat bahwa hubungan antara Indonesia dan Malaysia bukan sekadar hubungan pemerintahan, melainkan juga relationship between people to people,” kata Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto di UI Depok, Selasa (4/7/2023).

Pembicara lainnya, Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional UI, Evi Fitriyani, mengaku bersyukur di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) segala permasalahan antara Indonesia dan Malaysia terselesaikan. Salah satunya, sambung dia mencontohkan, perjanjian mengenai Selat Malaka dan Laut Sulawesi dengan Perdana Menteri Malaysia, Dato Seri Anwar Ibrahim.

Hubungan baik antara dua negara tentu berdampak bagi stabilitas kawasan Asia Tenggara. Untuk menjaganya, sambung Evi, perlu dibina lebih dalam lagi hubungan people to people melalu pendekata sosial dan budaya. “Mengelola kejahatan transnasional serta melestarikan sumber daya alam di daerah perbatasan, juga menjadi tantangan lain bagi pemerintah dan masyarakat,” katanya.

Sementara itu Dekan Faculty of Arts and Social Sciences, University Malaya, Danny Wong, menyebutkan bahwa Indonesia dan Malaysia mempunyai kesamaan sejarah. Menurutnya, kedua negara perlu memastikan dan mengubah hubungan dengan memperhatikan berbagai masalah, mulai dari yang sangat politis – seperti kasus perbatasan dan pengawasan maritim, hingga masalah non-negara sentris seperti kabut lintas batas, perlindungan migran dan perselisihan budaya.

“Kami menyadari kesamaan sejarah itu menjadi penting. Namun, seiring berjalannya waktu, kedua negara mempunyai perbedaan seperti ide-ide pembangunan pondasi kenegaraan. Maka, Indonesia dan Malaysia perlu membangun pendekatan yang lebih komprehensif,” tegas dia.

Back to top button