Ototekno

Literasi Digital Indonesia Masih Hadapi Tantangan di Tahun Politik

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan, indeks literasi digital meningkat 0,5 poin pada 2022. Kenaikan ini tentu menjadi kabar baik. Akan tetapi, kerja lebih keras diperlukan agar platform makin ramah dan nyaman di tahun politik. Indeks Literasi Digital Nasional pada 2022 meningkat menjadi 3,54 poin (dalam skala 5). Kenaikan 0,05 poin dibandingkan dengan tahun 2021 itu belum signifikan dan menghadapi sejumlah tantangan besar.

Pencapaian ini diungkapkan langsung oleh Dirjen Aplikasi Informasi Semuel A Pangerapan pada peluncuran Status Literasi Digital di Indonesia 2022.

“Hasil survei indeks literasi digital Kominfo 2022 menunjukkan peningkatan sekitar nol koma nol lima poin. Dari sebelumnya 3,49, kini mencapai agregat 3,54 poin,” kata Semuel di Jakarta Pusat, yang mengutip laman Kominfo, Sabtu (4). /2/2023).

Menurutnya, perkembangan tersebut lebih dominan pada aspek budaya digital dan etika digital. Sementara itu, pemangku kepentingan belum mempelajari aspek keamanan digital. “Sekarang 3,48. Lalu untuk keterampilan digital masih 3,52. Etika digital juga mengalami peningkatan sebesar 3,68,” jelasnya.

Semuel mengatakan angka tersebut merupakan hasil survei yang mereka lakukan tahun lalu. Terkait indeks keamanan, Semuel mengatakan aspek ini perlu mendapat perhatian khusus. Karena poin yang didapat masih tergolong rendah. “Skornya hanya 3,12, makanya banyak fenomena di masyarakat, misalnya banyak orang yang tertipu dan ditipu oleh orang yang berniat buruk,” ujar Semuel.

20230201 Peluncuran Status Literasi Digital 2022 Biro Humas Kominfo Pey Hs (6) (1) - inilah.com
Peluncuran Status Literasi Digital 2022 Biro Humas Kominfo.

Survei Indeks Literasi Digital ini sudah dilakukan sebanyak tiga kali sejak tahun 2020. Tujuannya untuk mengetahui kondisi literasi digital di masyarakat.

Pengukuran indeks literasi digital ini menggunakan empat pilar utama, yaitu kecakapan digital (digital skill), etika digital (digital ethics), keamanan digital (digital safety), dan budaya digital (digital culture).

Semuel menjelaskan, mengukur keadaan literasi digital dibagi berdasarkan wilayah yang berbeda. Jadi hasilnya berbeda.

“Kalau kita lihat di Jogja misalnya literasi digitalnya 3,64. Seperti di Kalbar, jumlahnya sama. Ketiga Kalimantan Timur dan keempat Papua Barat dengan skor masing-masing 3,62. Selain itu, Jawa Tengah berada di urutan kelima dengan angka literasi digital sebanyak 3,61 orang,” kata Semuel.

Semuel berharap dalam survei tersebut dapat diketahui sampai sejauh mana tingkat pemahaman literasi digital di masyarakat. Upaya ini mereka lakukan untuk mendukung keberlangsungan program literasi digital agar tepat sasaran.

“Kami ingin mengetahui peta di mana literasi digital harus diterapkan untuk lebih melawannya,” imbuhnya. Perlu diketahui bahwa segmentasi literasi digital ini terbagi menjadi tiga, yaitu pendidikan (3,70 poin), TNI dan Polri (3,74) dan publik (3,50).

Hasil pemetaan ini merupakan gambaran kekuatan dan kelemahan tingkat keterampilan dan pengetahuan digital masyarakat di suatu negara.

Ancaman siber

Apalagi pelbagai ancaman risiko keamanan di jagat maya. Modus kejahatan siber semakin banyak dan terus berkembang.

Dalam beberapa waktu terakhir, marak kasus penipuan menggunakan undangan digital yang dikirim melalui pesan singkat. Penerima yang mengklik undangan itu akan menginstal aplikasi tertentu di gawainya.

Maraknya fenomena penipuan siber ini sejalan dengan hasil Indeks Literasi Digital Nasional 2022. Dari empat pilar yang diukur, keamanan digital meraih poin terendah dengan 3,12 poin. Sementara kecakapan digital 3,52 poin, etika digital 3,68 poin, dan budaya digital 3,84 poin.

Menurut Ketua Umum Siberkreasi Donny Budi Utoyo, masih rendahnya tingkat keamanan digital tidak terlepas dari teknologi kejahatan siber yang berkembang cepat. Oleh sebab itu, literasi digital bukan sebatas mengidentifikasi informasi, tetapi juga kemampuan mengantisipasi saat menerima informasi atau dokumen digital yang berpotensi merugikan.

Jadi, kesadaran untuk meningkatkan keamanan digital harus terus ditumbuhkan. ”Kalau tidak dijaga, bisa tiba-tiba ditagih pinjaman online ilegal atau identitas kita dimasukkan sebagai simpatisan kelompok tertentu,” ujarnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button