Arena

KLB PSSI, Perlu atau Tidak?

Jumat, 28 Okt 2022 – 13:24 WIB

KLB PSSI

Foto: ist

Guna mencegah terulangnya musibah Tragedi Kanjuruhan, sejumlah pemilik klub sepak bola mengusulkan digelarnya kongres luar biasa (KLB) untuk memilih pengurus baru Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

Tuntutan untuk segera diadakan KLB diinisiasi oleh dua klub anggota PSSI, yakni Persis Solo dan Persebaya Surabaya. Mereka sepakat bahwa PSSI dianggap gagal dalam menjalankan perannya sebagai federasi sepak bola nasional dalam Tragedi Kanjuruhan.

Sejarah mencatat bahwa PSSI telah menggelar KLB belasan kali. Namun, perubahan yang diinginkan nyatanya tidak semudah mengembalikan tangan. Bahkan, kerap KLB hanya untuk menjadi panggung perebutan demi kepentingan politik dan menaikan popularitas. Sebagai contoh, masih kita ingat bahwa KLB pada 9 Juli 2011 silam di mana terpilihnya Djohar Arifin Husin sebagai pengganti Nurdin Halid. Hingga munculnya dua kompetiai.

Pesimisme senada dilontarkan oleh Saiful Arifin, salah seorang suporter Arema mengatakan bahwa penyelenggaraan KLB saat ini belum tepat karena berdasarkan pengalaman sebelumnya bahwa KLB kerap menjadi tempat bagi kepentingan politik antara dua kubu yang berseberangan.

“Kalau menurut saya tidak perlu ada KLB. Toh KLB pasti ditunggangi oleh mereka yang tidak sejalan dan tidak sepaham dengan pengurus PSSI Sekarang,” ungkap Saiful pada Kamis (27/10/2022).

“Dan ini adalah alat untuk menjatuhkan atau melengserkan Ketum PSSI sekarang. KLB tidak menyelesaikan masalah, stop KLB!” sambungnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh penggemar sepak bola asal Bandung, Gilang Rifaldi. Ia menyatakan bahwa PSSI di bawah kepemimpinan Iwan Bule telah menorehkan prestasi yang harus menjadi salah satu poin yang harus diperhatikan sebelum terjadinya KLB.

“Selain tuntuntan TGIPF secara moral, urgensi KLB ini seperti apa? Berbanding objektif yang ada, bagaimana value semua indikator? Prestasi Timnas senior, junior, putri? Liga Indonesia 1, 2, 3? Apakah negatif?” ujar Gilang, pada Kamis (27/10/2022).

PSSI di era kepemimpinan Mochamad Iriawan alias Iwan Bule nyatanya telah menorehkan prestasi cemerlang. Sejak ditunjuk sebagai Ketua PSSI pada November 2019, pria berusia 60 tahun itu telah membuat lompatan terhadap prestasi sepak bola Indonesia.

Di awal kepemimpinannya, ia membuat heboh dengan merekrut pelatih kelas dunia asal Korea Selatan, Shin Tae-yong yang pada Piala Dunia 2018 sanggup membawa Korea Selatan mengalahkan tim raksasa sepakbola dunia, Jerman dengan skor 2-0 yang membuat juara bertahan Piala Dunia 2014 itu tersingkir dengan status peringkat terakhir Grup F di bawah Korsel.

Ditemui disela-sela pertemuannya dengan Mensesneg yang terjadi pada Rabu 26 Oktober 2022 Iwan Bule mengatakan bahwa melalui Mensesneg Pratikno, pemerintah menginginkan dilanjutkannya Transformasi Sepak bola Indonesia. “Kemudian, Ya. Memperbaiki sepak bola nasional ke depannya, itu saja,” kata Iwan Bule.

Menilik dari apa yang telah dilakukan oleh Iwan Bule dan kepengurusan PSSI saat ini seharusnya publik bisa memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbenah Apalagi, saat ini dukungan pemerintah dengan mendatangkan FIFA sampai mereka berkantor di Jakarta seharusnya bisa digunakan untuk kolaborasi untuk menuju sepak bola yang lebih baik.

“Mereka sudah ada di kita, sudah ada di PSSI. Besok tangga; 29 Oktober 2022 Kemenpora, Kemenkes, Kemendagri, KONI, Kepolisian, FIFA, AFC, dan juga PSSI akan berkantor untuk persiapan Piala Dunia U-20,” lanjut Iwan.

KLB memang selalu diniatkan untuk memperbaiki sepak bola Indonesia, namun pada kenyataannya justru sering dimanfaatkan demi kepentingan politik dan perebutan kursi kepemimpinan PSSI yang justru merugikan insan sepak bola sendiri.

Back to top button