Hangout

Kisah Pilu Anak Maestro Ismail Marzuki, Sepanjang Indonesia Merdeka Tidak Punya Rumah

Kisah pilu anak maestro Ismail Marzuki, sepanjang Indonesia merdeka tidak punya rumah. Anak satu-satunya dari Ismail Marzuki, Rachmi Aziya (71), menjelaskan butuh rumah yang layak.

Sedari dulu, hidup sebagai anak pahlawan yang memiliki puluhan karya lagu nasional, Rachmi mengaku selalu hidup ngontrak.

Bahkan anak semata wayang Ismail Marzuki itu menceritakan sejak ayahnya masih ada bersama ibunya, Eulis Zuraida, hingga meninggal dunia, tetap hidup sederhana dan hanya tinggal di rumah kontrakan.

“Satu (hal) dari masih ada ibu, saya mau ada perhatian tempat tinggal yang layak yah, yang enggak kebocoran,” kata Rachmi saat ditemui INILAH.COM di Cinangka, Sawangan, Jumat, (12/11/2021).

Kisahnya yang begitu pilu dia ceritakan betapa sulitnya hidup, dia pernah mengalami kesulitan bayar rumah kontrakan sampai satu tahun. Hal itu terjadi usai ibunya meninggal dunia.

“Ini rumah ngontrak. Waktu itu rumah di A16 waktu ibu masih ada. Terus ibu meninggal 2001, saya cari kontrakan yang lain. Saya belum bayar setahun telat tiga bulan. Saya dapat kontrakan di sini. Orangnya (yang punya) bijaksana. Saya kalau telat (bayar) bilang. Orang yang punya rumah bilang, Ibu Rachmi uang bisa dicari, tapi Jalan penyakit kan susah, jadi kalau bu Rachmi sekeluarga sehat. Itu lebih penting. Itu bu Rachmi ada (uang untuk bayar kontrakan), kalau enggak ada jangan dulu kasih ke saya,” ungkap Rachmi .

Karena mengalami pemasukan yang tidak menentu, Rachmi kerap bilang ke pemilik kontrakan agar tidak menaikkan tarif harga sewa rumah per tahunnya.

Pendapatan dari Royalti Lagu Sang Ayah

Rachmi hanya mendapatkan pendapatan dari royalti lagu-lagu sang ayah. Itu pun jika ada yang membayar langsung kepadanya.

“Ini masih ngontrak. Jadi saya minta jangan dinaik-naikin ya. Sebelah (rumah) saja sudah Rp22 juta setahun. Kalau ini setahun Rp6,5 juta. Saya ngontrak di sini dari harga Rp500 ribu setahun . Ya alhamdulillah rejekinya ada saja,” tambahnya.

Meski hingga kini tidak memiliki tempat tinggal sendiri, dia tidak ingin meminta-minta kepada orang lain. Terlebih kepada orang yang kerap menggunakan lagu – lagu ayahnya.

Dia pun tidak ingin merasa dikasihani. Jika ada yang berniat baik memberikan rumah, dia mengaku lebih memilih tinggal di pinggiran Ibukota dibandingkan di Jakarta.

Karena, bagi Rachmi yang sudah memiliki 11 cucu itu, rasa nyaman tinggal di rumah kontrakan saat ini tidak bisa tergantikan.

Memiliki kedekatan dengan tetangga dan masyarakat sekitar sulit dicari lagi jika pindah jauh dari daerah tempat tinggalnya saat ini.

“Tapi seumpama ada (yang mau kasih rumah) , saya enggak mau loh di Jakarta, saya maunya daerah sini saja. Karena saya sudah cocok, sudah membaur dengan orang sini. Kalau pindah lagi, kita mesti adaptasi lagi, lain lagi. Kalau di sini kan orang sudah pada tahu. Lagi juga enak hawanya,” ungkapnya.

Ismail Marzuki menghasilkan ratusan karya lagu. Beberapa di antaranya Oh Sarinah, Rayuan Pulau Kelapa, Melancong di Bali, Halo-Halo Bandung, Mars Arek-arek Surabaya, Indonesia Tanah Pustaka, Gugur Bunga di Taman Bhakti, Sepasang Mata Bola, Selamat Datang Pahlawan Muda, Selendang Sutra dan sebagainya. Ismail Marzuki meninggal dunia pada 25 Mei 1958 dalam usia 44 tahun.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button