KultumRamadan

Kisah Akhlak Para Wali: Saling Memuliakan

Suatu hari setelah Zaid bin Tsabit selesai menshalatkan jenazah, seseorang mengambil kuda Beliau. Tiba-tiba, ‘Abdullah bin ‘Abbas mengambil alih dari orang itu, lalu memegang kendali kuda tersebut dan menuntunnya untuk diserahkan kembali kepada Zaid bin Tsabit.

Menyaksikan hal itu, Zaid bin Tsabit berkata, “Biarkanlah kuda itu dituntun olehnya duhai sepupu Rasulullah.”

“Demikianlah kami diperintahkan untuk memuliakan para ulama dan orang-orang mulia,” jawab ‘Abdullah bin ‘Abbas.

Mendengar jawaban Beliau, Zaid bin Tsabit segera mencium tangan ‘Abdullah bin ‘Abbas sembari berkata : “Demikianlah kami diperintahkan untuk memuliakan ahlul bait Nabi kami.”

Hikmah di Balik Kisah

Para sahabat Rasulullah SAW adalah manusia-manusia yang berjiwa suci.

Satu dengan yang lain saling menghormati dan mencintai. ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, selain sebagai sepupu Nabi SAW, Beliau juga salah satu orang yang berilmu tinggi di kalangan para sahabat.

Kendati demikian, Beliau tidak enggan dan tidak pula malu, untuk berjalan kaki menuntun kuda yang akan dinaiki oleh Zaid bin Tsabit.

Alangkah indahnya jika di zaman ini, para ulama dapat saling menghormati dan memuliakannya.

Sayangnya, yang banyak justru sebaliknya, saling merendahkan dan menjatuhkan.

Zaid bin Tsabit, kendati memiliki kedudukan yang mulia, Beliau tidak pernah melupakan ahlul bait Rasulullah SAW.

Beliau tidak merasa malu dan rendah untuk mencium tangan ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahkan menyatakan bahwa demikianlah Beliau diajarkan untuk memuliakan ahlul bait Rasulullah SAW.

Habib Hasan bin Sholeh Al-Bahr menyatakan bahwa mencium tangan ahlul bait adalah termasuk usaha untuk mendekatkan diri kepada Rasulullah SAW. Allah Ta’ala mewahyukan :
….قُل لَّا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَىٰ….
Katakanlah : “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (Asy-Syura, 42 : 23)

[Kalam Habib Novel Bin Muhammad Alaydrus]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Ibnu Naufal

Menulis untuk masa depan untuk aku, kamu dan kita.
Back to top button