Kanal

Kisah Akhlak Para Wali: Burung yang Patah Sayapnya

Jumat, 22 Jul 2022 – 05:52 WIB

Burung

Mungkin anda suka

foto istock

Dikisahkan dari Khalaf bin Buhaim; Hari itu, Ibrahim bin Adham bertemu Syaqiq AI-Balkhi di Makkah. Dalam kesempatan tersebut Ibrahim bertanya kepada Syaqiq,

“Maukah engkau menceritakan kepadaku awal kisah perjalanan spiritualmu?”

Lalu, Syaqiq pun bercerita, “Suatu hari di padang sahara, kulihat seekor burung tergeletak tidak berdaya dengan kedua sayapnya patah. Dalam hati kubertanya,” Siapakah yang memberi makan burung ini hingga ia masih dapat bertahan hidup di tengah padang sahara yang gersang ini.”

Lalu, saat aku duduk di samping burung itu. Sesaat kemudian, tiba-tiba tampak seekor burung terbang mendekat dengan membawa seekor belalang di paruhnya. Burung itu mendarat di sampingnya dan meletakkan belalang tersebut di paruh burung yang patah sayapnya tersebut.

Melihat kejadian tersebut, kukatakan kepada diriku “Sesungguhnya DIA yang telah mengirimkan seekor burung yang normal untuk memberi makanan bagi burung yang patah sayapnya ini di tengah padang sahara seperti ini, DIA juga kuasa memberiku rezeki di mana pun engkau berada.”

Sejak itulah kuputuskan untuk tidak lagi bekerja. Kusibukkan diriku dengan berbagai ibadah,” jawab Syaqiq.

Selesai mendengarkan cerita Syaqiq tersebut, lantas Ibrahim berkata kepadanya.

“Mengapa engkau tidak memilih untuk menjadi burung yang sehat, yang memberi makan kepada yang sakit, sehingga engkau menjadi lebih utama darinya?”

Tidakkah engkau mendengar bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى

”Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah?”

Bukankah di antara tanda seorang mukmin sejati adalah, dia menginginkan satu dari dua derajat yang lebih tinggi dalam segala hal, hingga dia mencapai tingkatan Al-Abrar (orang yang banyak berbakti)?”

Mendengar ucapan Ibrahim bin Adham, Syaqiq AI-Balkhi pun langsung memegang dan mencium tangan Ibrahim bin Adham sembari berkata, “Engkau adalah guruku.”

Hikmah di Balik Kisah

Dalam kehidupan ini hendaknya kita selalu berusaha untuk menjadi manusia yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Semakin banyak manfaat yang kita mampu berikan dan semakin banyak orang yang dapat mengambil manfaat dari kita, maka semakin baik pula diri kita dalam pandangan Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

“Manusia terbaik adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia yang lain.” (HR Qadha’i)

Memberi dan menerima nasihat dengan tulus dan lapang dada tidaklah mudah. Kendati yang dilakukan Syaqiq tidaklah tercela, karena beliau tidak memiliki tanggung jawab kepada keluarga, dapat bersabar serta tidak berkeluh kesah, akan tetapi ketika mendapatkan petunjuk yang megajarkannya untuk memilih sikap yang lebih mulia, beliau dengan senang hati menerima nasihat itu dan tidak sedikitpun tersinggung karenanya. Beliau bahkan mencium tangan Ibrahum bin Adham dan memanggilnya sebagai guru.

(Dikutip dari Ibnu ‘Asakir, Tarikh Dimisyig, Darul Kutubil “Ilmiah, Juz.25, hal.89. 21.)

[Kalam Habib Novel Bin Muhammad Alaydrus]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button