Ototekno

Ketika Situs Berita Gantikan Jurnalis Menulis Artikel dengan AI

Di dalam sebuah acara Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada akhir Desember 2022 lalu, ia bercerita sambutan yang hendak disampaikan bukan dibikin oleh dirinya. Teknologi kecerdasan buatan (AI) lah yang membuat dan menyusun sambutan itu. Terobosan baru di dalam dunia kecerdasan buatan yaitu teknologi AI Generatif. Mereka bisa membuat instant produk berbasis teks, gambar, video, suara, musik, pemrograman, dan lain-lain sesuai keinginan penggunanya.

Kini dunia telah memasuki era baru. Kemampuan memproduksi berbagai karya otak dan hati sebagian dipasrahkan pada teknologi kecerdasan buatan bernama AI Generatif (Generative AI). Pengembangan komputer makin berlanjut, teknologi kecerdasan buatan makin dekat dengan urusan keseharian. AI Generatif bukanlah konsep baru.

Teknik pembelajaran mesin di balik AI Generatif telah berkembang selama satu dekade terakhir. Pembelajaran mendalam dan pendekatan General Adversarial Network (GAN) telah digunakan, tetapi pendekatan terbaru bakal membuat perubahan besar.

Sebenarnya AI Generatif telah ada selama bertahun-tahun. Namun dalam 18 bulan terakhir teknologi ini telah mampu menghasilkan karya yang boleh dibilang tergolong sangat bagus.

Teknologi ini mampu menciptakan karya seni, menulis, dan membuat konten lain dengan sentuhan mirip manusia. Sangat mungkin, orang yang melihat dan membaca karya kecerdasan buatan ini tak bisa membedakan mana yang hasil dari manusia dan mana dari produk kecerdasan buatan.

Menulis artikel dengan AI

Namun tak selamanya penggunaan AI itu terbukti ampuh. Dia membuat banyak kesalahan yang harus diperbaiki secara manual seperti yang dialami media teknologi asal Amerika Serikat, CNET.

Penggunaan kecerdasan buatan untuk  menggantikan jurnalis untuk menulis artikel ternyata tak berjalan mulus. Banyak kesalahan yang dibuatnya sehingga harus dikoreksi secara manual.

Melansir Theverge, CNET secara diam-diam mempekerjakan AI untuk menulis artikel penjelasan soal finansial, yang dimulai pada November tahun lalu.

CNET diam-diam mempekerjakan AI untuk menulis artikel penjelasan tentang keuangan sejak November lalu. Penerapan AI pertama kali ditemukan oleh pakar pemasaran online Gael Breton.

Artikel ditulis untuk CNET Money Staff dan membahas topik seperti “Apa itu Zelle dan bagaimana cara kerjanya?”

Pembaca mungkin tidak menyadari bahwa artikel tersebut dihasilkan oleh AI. Mereka hanya diberi tahu ketika mereka mengklik CNET Money Staff.

“Artikel ini dibuat menggunakan teknologi otomatis,” lanjut pernyataan itu, “diedit dan diverifikasi secara sistematis oleh editor dan peninjau kami.” Sejak program tersebut, AI CNET telah menghasilkan kurang lebih 77 artikel. CNET sendiri tidak terbuka untuk bereksperimen karena ingin programnya berjalan serasi mungkin. Terlepas dari peluncuran CNN, CNET mengakui pada akhir Januari bahwa banyak artikel buatan AI-nya mengandung kesalahan “besar”.

CNET juga untuk sementara berhenti menggunakan AI untuk menulis berita.

“Kami menemukan artikel tambahan yang memerlukan koreksi, beberapa membutuhkan koreksi ekstensif, sementara yang lain mengandung kesalahan kecil seperti nama perusahaan yang tidak lengkap atau bahasa yang dikaitkan dengan editor senior yang tidak jelas,” kata pemimpin redaksi Connie Guglielmo dalam artikelnya.

Ia mengungkap 77 artikel produksi AI itu hanya 1 persen dari total konten yang dipublikasikan di CNET. Dari 77 artikel itu terdapat 41 artikel pula yang memerlukan adanya perbaikan yang diduga karena plagiarisme.

Menurut Guglielmo, pengaplikasian AI itu merupakan proyek “pengujian” di tim CNET Money “untuk membantu editor menciptakan serangkaian penjelasan dasar soal topik layanan finansial”. Lebih lanjut, Guglielmo mengungkapkan, AI yang dipakai CNET bukanlah ChatGPT melainkan “AI yang didesain oleh tim internal”.

Guglielmo pun menjelaskan prosedur koreksi yang dibuat para editor terhadap artikel AI tersebut.

“Editor pertama-tama menghasilkan garis besar artikelnya, kemudian meluaskannya, menambahkan dan mengedit draf dari AI sebelum mempublikasikannya.

“Setelah salah satu cerita yang dibantu AI dikutip, untuk kesalahan faktual, tim editorial CNET Money melakukan audit penuh.” tulisnya.

Terlepas dari sejumlah masalah, Guglielmo mengungkapkan CNET tidak akan berhenti menggunakan AI. “Kami hanya rehat dan akan memulai lagi penggunaan AI ketika kami percaya alat tersebut dan proses editorial kami akan mencegah kesalahan manusia dan AI,” kata dia.

Makin mirip manusia

Terlepas dari pro dan kontra soal etika AI, perkembangan kecerdasan buatan memiliki potensi yang sangat luas. Pemanfaatan kecerdasan buatan sebenarnya telah dirasakan langsung publik, misalnya dalam sejumlah fitur atau beberapa aplikasi di ponsel cerdas yang dipakai sehari-hari.

Sejumlah inovasi dalam kecerdasan buatan pun muncul, yang bisa diakses oleh publik dengan mudah dan bebas. Akhir tahun lalu, tepatnya November 2022, ditandai dengan kemunculan chatbot ChatGPT yang menggemparkan. ChatGPT adalah chatbot AI berbasis dialog, yang dapat memahami bahasa manusia dan dapat menghasilkan teks tertulis seperti manusia sebagai tanggapan.

Meski demikian, kemunculan teknologi seperti ini selalu disambut dengan pesimisme. Penilaian pun bermunculan seperti produknya tidak bagus, karyanya tidak bermutu, tak ada nilai seni, dan lain-lain. Akan tetapi sejarah selalu berulang, semua produk pada awalnya memang tak bagus dan ada cacat namun cepat mengalami perbaikan hingga mudah digunakan. Mereka yang menolak kehadiran teknologi seperti ini kelak hanya bisa menyesal.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button