Market

Ketar-ketir Suku Bunga AS Naik, BI Ingin Bahas di Presidensi G20

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo ketar-ketir dengan rencana bank sentral Amerika Serikat (The Fed) mengerek suku bunga acuan. Masalah ini bakal dibawa ke forum Presidensi G20.

Perry bilang, keputusan tersebut mempersulit upaya negera berkembang termasuk Indonesia memulihkan perekonomian yang tersengat pandemi COVID-19. “Karena negara berkembang harus mengatasi dampak dari rambatan global, ketidakpastian, dan kenaikan suku bunga itu terhadap arus modal ke negara berkembang,” ujar Perry di Jakarta, Senin (21/3/2022).

Pria sekampung dengan Presiden Jokowi ini, mengatakan, kenaikan suku bunga acuan AS atau Fed Fund Rate (FFR), membatasi kemampuan negara berkembang dalam mendorong bertumbuhnya perekonomian di masing-masing negara.

Untuk itu, kata dia, pemerintah Indonesia perlu mendorong konsep normalisasi kebijakan moneter sebagai isu utama dalam Presidensi G20 di Indonesia. Terutama perlunya normalisasi negara maju dikalibrasi secara baik, direncanakan dengan baik, dan dikomunikasikan dengan baik. Seluruh hal tersebut harus dilakukan agar dampak normalisasi kebijakan pada perekonomian global dan negara berkembang bisa dimitigasi dengan baik.

Perry menyebutkan, normalisasi kebijakan di negara maju sudah mulai berlangsung dan kemungkinan akan lebih cepat dibanding negara lainnya. “Kita sudah melihat bahwa Fed sudah mulai menaikkan suku bunga, semula kami perkirakan lima kali kenaikan, tapi dengan inflasi yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat, kemungkinan akan mendorong bank sentral AS menaikkan tujuh kali, termasuk bulan ini,” ungkapnya.

Dirinya menyampaikan kenaikan suku bunga AS akan berdampak pada kenaikan suku bunga global dan persepsi risiko global. Maka dari itu, normalisasi kebijakan tersebut menjadi salah satu tantangan di tengah pola pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia yang tak seimbang. “Tantangan lainnya adalah dampak panjang ‘luka memar’ atau scarring effect akibat pandemi dan konflik Rusia dan Ukraina,” pungkasnya.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button