Pemerkosaan massal saat tragedi kerusuhan 1998 hingga kini masih menjadi polemik. Kecaman dari berbagai pihak muncul menyusul pernyataan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon yang menyebutkan pemerkosaan massal tidak ada buktinya.
Namun kali ini kesaksian kembali disampaikan oleh Dokter Spesialis Saraf sekaligus Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ani Hasibuan terkait tragedi 98.
Menurutnya narasi yang selama ini berkembang soal adanya korban pemerkosaan massal selama kerusuhan 98, tidak sesuai fakta medis.
Dirinya yang ketika itu bertugas sebagai dokter jaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat menceritakan pengalamannya saat tragedi 98.
“Saya bertugas langsung di IGD dan turut membantu proses identifikasi jenazah korban kerusuhan. Sebagian besar adalah korban kebakaran, bahkan dalam kondisi terbakar parah hingga gosong, bukan korban pemerkosaan seperti yang selama ini diberitakan,” ujarnya, Selasa (8/7/2025).
Saat itu dirinya bersama rekan-rekan dokter koas dan forensik diperintahkan membantu proses identifikasi jenazah yang dikirim ke RSCM. Semua korban yang diterima berasal dari kebakaran di beberapa mal di kawasan Ciledug dan Jakarta Barat.
“Semua korban yang kami tangani tidak pernah ada laporan medis atau temuan forensik mengenai tanda-tanda kekerasan seksual. Saya bisa pastikan itu,” jelasnya yang ketika itu masih berusia 24 tahun.
Tak hanya itu, dirinya juga menceritakan bagaimana aparat TNI dari Marinir kerap membantu meredam emosi massa. Bahkan ikut berperan melindungi masyarakat dari berbagai etnis.
“Tidak ada indikasi serangan yang tertarget, apalagi berdasarkan etnis atau agama. Kami diantar pulang oleh TNI, karena khawatir terjadi kerusuhan malam hari,” tandasnya.