Hangout

Kenali Hipotermia Seperti yang Dialami Penonton Dieng Culture Festival

Suhu dingin membuat banyak penonton Dieng Culture Festival (DCF) 2022 mengalami hiportemia. Mereka terpaksa dievakuasi untuk mendapatkan perawatan. Apa sebenarnya hipotermia serta bagaimana gejala dan cara mengobatinya?

Suhu di kawasan Dieng memang sangat dingin mencapai 11 derajat celsius saat DCF digelar. Sejumlah penonton terpaksa ditandu keluar dari arena DCF karena kedinginan. Akun Twitter Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Sabtu (3/9/2022), menyebut tim relawan gabungan telah bekerja keras untuk melakukan evakuasi para penonton DCF.

Mungkin anda suka

“Ribuan penonton berjubel. Mohon yang mau datang pastikan pakaian hangatmu & kondisi harus sehat,” tulis akun @BPBD_Banjarngra. BPBD mengimbau bagi penonton yang kondisi tubuh sudah menurun untuk segera kembali ke penginapan.

DCF XIII berlangsung pada 2-4 September 2022 di Kompleks Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, berharap DCF XIII yang masuk dalam Kharisma Event Nasional (KEN) ke depan dapat menjadi agenda wisata bertaraf internasional.

Apa Itu Hipotermia?

Para pengunjung DCF banyak yang mengalami hipotermia karena suhu dingin yang menusuk tulang di kawasan Dieng ini. Hiportemia juga seringkali terjadi terhadap para pendaki gunung yang memang mendapat terpaan suhu dingin ketika berada di ketinggian.

Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh yang berpotensi berbahaya, biasanya disebabkan oleh paparan suhu dingin yang terlalu lama. Saat suhu tubuh turun, jantung, sistem saraf, dan organ lainnya tidak dapat bekerja secara normal. Jika tidak diobati, hipotermia dapat menyebabkan kegagalan total pada jantung dan sistem pernapasan dan akhirnya bisa menimbulkan kematian.

Respons terhadap hipotermia bervariasi di antara individu terutama terkait dengan perbedaan kemampuan tubuh menahan suhu dingin. Selama terpapar suhu dingin, mengutip WebMD, tubuh kehilangan sebagian besar panas bahkan hingga 90 persen, keluar melalui kulit. Sisanya keluar bersamaan dengan menghembuskan napas dari paru-paru.

Kehilangan panas melalui kulit terjadi terutama melalui radiasi lebih cepat ketika kulit terkena angin atau kelembaban. Paparan karena direndam dalam air dingin akan menyebabkan kehilangan panas 25 lebih cepat daripada jika terkena suhu udara dingin.

Hipotalamus, pusat pengontrol suhu otak, bekerja untuk menaikkan suhu tubuh dengan memicu proses pemanasan dan pendinginan tubuh. Selama paparan suhu dingin, menggigil merupakan respon protektif untuk menghasilkan panas melalui aktivitas otot. Dalam respons pengawet panas lainnya yang disebut vasokonstriksi, pembuluh darah menyempit untuk sementara.

Biasanya, aktivitas jantung dan hati menghasilkan sebagian besar panas tubuh. Tetapi ketika suhu inti tubuh mendingin, organ-organ ini menghasilkan lebih sedikit panas, yang pada dasarnya menyebabkan ‘penutupan’ pelindung untuk mempertahankan panas dan melindungi otak. Suhu tubuh yang rendah dapat memperlambat aktivitas otak, pernapasan, dan detak jantung.

Gejala dan Faktor Risikonya

Gejala hipotermia untuk orang dewasa dapat berupa kondisi tubuh yang menggigil, yang mungkin berhenti saat hipotermia berlanjut. Menggigil sebenarnya adalah pertanda baik bahwa sistem pengaturan panas seseorang masih aktif.

Gejala lainnya adalah pernapasan melambat dan dangkal, kebingungan bahkan bisa hilang kesadaran, mengantuk atau kelelahan bisa juga berbicara cadel atau bergumam. Beberapa kasus seringkali terjadi kehilangan koordinasi, ditandai dengan tangan yang meraba-raba, bahkan langkah sering tersandung.

Pada hipotermia berat, seseorang mungkin tidak sadarkan diri tanpa tanda-tanda pernapasan atau denyut nadi yang jelas. Kulitnya akan terasa dingin dan terlihat memerah. Biasanya juga mengalami kelelesuan dan merasa tidak berenergi.

Healthline mengungkapkan beberapa kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami hipotermia. Misalnya dari sisi usia, bayi dan lansia memiliki risiko tertinggi terkena hipotermia. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan untuk mengatur suhu tubuhnya. Orang-orang dalam kelompok usia ini harus berpakaian dengan tepat untuk cuaca dingin. Anda juga harus mengatur suhus AC untuk membantu mencegah hipotermia di rumah.

Faktor lainnya adalah kelompok orang yang memiliki penyakit mental dan demensia. Penderita skizofrenia dan gangguan bipolar, menempatkan pada risiko yang lebih besar untuk hipotermia. Demensia, atau kehilangan ingatan yang sering terjadi dengan kesulitan komunikasi dan pemahaman, juga dapat meningkatkan risiko hipotermia.

Anda yang sering mengonsumsi alkohol atau narkoba juga lebih mungkin kehilangan daya perasa dalam cuaca dingin yang berbahaya. Alkohol sangat berbahaya karena memberikan kesan palsu menghangatkan bagian tubuh. Pada kenyataannya, malah menyebabkan pembuluh darah melebar dan kulit kehilangan lebih banyak panas.

Kondisi medis tertentu juga dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mempertahankan suhu. Antara lain hipotiroidisme, yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan terlalu sedikit hormon. Juga terkena radang sendi, dehidrasi, diabetes hingga penyakit Parkinson, yang merupakan gangguan sistem saraf yang memengaruhi gerakan tubuh.

Pencegahan dan Pengobatan Hipotermia

Tindakan pencegahan adalah kunci untuk menghindari hipotermia. Langkah paling sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan pakaian yang Anda kenakan. Berpakaianlah berlapis-lapis pada tempat bersuhu dingin, meskipun tidak merasa di luar terasa sangat dingin. Tutupi semua bagian tubuh, dan kenakan topi, sarung tangan, dan syal.

Berhati-hatilah juga saat berolahraga di luar ruangan pada hari yang dingin atau saat mendaki meskipun tubuh berkeringat. Keringat dapat mendinginkan tubuh dan membuat lebih rentan terhadap hipotermia. Tetap kering juga penting. Hindari berenang dalam waktu lama dan pastikan mengenakan pakaian antiair saat hujan dan salju.

Bagaimana jika seseorang terkena hipotermia? Hipotermia adalah kondisi yang berpotensi mengancam jiwa yang membutuhkan perhatian medis darurat. Jika perawatan medis tidak segera tersedia sebaiknya, lepaskan semua pakaian basah, topi, sarung tangan, sepatu, dan kaus kaki. Lindungi orang tersebut dari angin dan kehilangan panas lebih lanjut dengan pakaian atau selimut yang hangat dan kering.

Pindahkan perlahan ke tempat perlindungan yang hangat dan kering sesegera mungkin. Mulailah menghangatkan orang itu dengan pakaian ekstra atau menggunakan selimut hangat. Jika ada, Anda bisa menggunakan selimut listrik ke area tubuh, bantalan pemanas di batang tubuh, ketiak, leher, dan selangkangan. Namun, berhati-hatilah karena peralatan ini dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.

Tawarkan cairan hangat, tetapi hindari alkohol dan kafein yang mempercepat hilangnya panas. Namun harap diingat, jangan mencoba memberikan cairan kepada orang yang tidak sadar. Jika orang hipotermia tidak sadar, atau tidak memiliki denyut nadi atau tanda-tanda pernapasan, segera hubungi bantuan darurat.

CPR (resusitasi jantung paru) harus segera diberikan jika denyut nadi tidak dapat dirasakan dan tidak ada tanda-tanda pernapasan. Rasakan denyut nadi hingga satu menit penuh sebelum memulai CPR, karena detak jantung mungkin sangat lambat dan Anda tidak boleh memulai CPR jika ada detak jantung.

Dalam kasus hipotermia lanjut, perawatan di rumah sakit diperlukan untuk menghangatkan kembali suhu inti. Perawatan hipotermia mungkin termasuk cairan yang dihangatkan, oksigen yang dipanaskan dan dilembabkan, lavage peritoneal (‘pencucian’ internal rongga perut), dan tindakan lainnya. Komplikasi selama pemulihan dapat mencakup pneumonia, aritmia jantung, fibrilasi ventrikel (irama jantung yang berbahaya), henti jantung (detak jantung berhenti mendadak), dan kematian.

Hiportemia memang bisa mengancam Anda jika pergi ke daerah berhawa dingin. Namun, pencegahan dan pemahaman tentang pengobatan kondisi ini bisa meminalisir risiko sehingga Anda pun masih tetap bisa menjalani healing atau bersenang-senang menikmati liburan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button