Market

Kenali Fomo, Salah Satu Penyebab Investasi tak Untung-untung

Kekeliruan dalam berivestasi sering kali berawal dari hal-hal kecil namun berdampak besar. Investasi pun jadi tak untung-untung. Salah satunya karena faktor Fear of Missing Out (Fomo) alias  rasa takut merasa ‘tertinggal’ atau kehilangan momentum.

“Kalau kesalahan dalam investasi itu sebenarnya simple tapi dampaknya besar sekali, seperti halnya Fomo,” kata Investment Specialist Sucor Asset Management, Toufan Yamin dalam keterangan tertulis yang diterima Inilah.com di Jakarta, Minggu (27/3/2022) malam.

Mungkin anda suka

Fomo adalah rasa takut merasa ‘tertinggal’ karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya.

Rasa takut ketinggalan ini mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik. Begitu juga dalam berinvestasi. “Fomo sudah menjadi sifat dasar alami manusia,” ujarnya.

Ketakutan, ungkap Toufan, telah membuat manusia bisa sampai di titik saat ini. Dari Zaman Batu, ketakutan inilah yang menolong manusia untuk mencapai insting terhadap daya tahan (survival).

“Ketakutan itu sebenarnya membantu manusia, cuman semakin modern manusia justru makin takut pada banyak hal,” terangnya.

Fomo dalam Berinvestasi

Ia menambahkan, dewasa ini Fomo tidak hanya ada pada kehidupan sosial, kepemilikan dan karier, tetapi juga ada dalam investasi.

“Banyak orang melihat pasar modal sebagai tiket atau cara paling cepat untuk kaya, sehingga ikut-ikutan kawanan atau tren secara tidak rasional dan hanya karena ingin melakukan yang lebih baik dari teman-teman lain,” ungkap dia.

Oleh karena itu, menurut dia, investor pemula wajib cerdas dengan membangun strategi investasi yang cocok dan mematuhinya. “Lakukan pendekatan fundamental dalam berinvestasi dan lakukan riset yang memadai serta tahu kapan harus exit,” timpal Toufan.

Kenapa banyak orang yang investasi di saham atau reksa dana tidak untung-untung? “Karena ketika naik baru beli, ketika turun malah jual (cut loss). Ketika orang pada koar-koar beli, seseorang hanya ikut-ikutan beli tanpa tahu kinerja historisnya. Investor wajib rasional,” tegasnya.

Ia pun menjelaskan produk reksa dana milik Sucor Asset Management yang secara data dan histori memiliki kinerja yang baik mulai dari Reksa Dana Sucorinvest Equity Fund, Reksa Dana Sucorinvest Stable Fund dan Reksa Dana Sucorinvest Sharia Money Market Fund.

Produk-produk reksa dana berkinerja positif dari Sucor Asset Management yang aman dan cocok untuk pemula tersebut kini mudah investor beli, salah satunya melalui platform IPOTFund milik PT Indo Premier Sekuritas yang sudah terintegrasi dalam aplikasi IPOT.

Sementara Komika Yudha Keling mengakui selama ini mengaku banyak terkena Fomo dan pompom. Pompom biasa adalah upaya merekomendasikan saham atau produk investasi tertentu oleh influencer di media sosial dengan tujuan mengajak masyarakat membeli atau menjualnya yang seolah-olah menjanjikan keuntungan, tanpa alasan atau fundamental yang jelas.

Kini Yudha menjadi sadar dan lebih rasional dalam investasi. Investasinya tidak lagi memilih produk-produk yang terlalu berisiko. Ia lebih memilih produk yang aman, tapi tumbuh.

“Walaupun lambat, tapi tetap tumbuh. Risikonya didahuluin, bukan pertumbuhannya. Dulu yang dicari pertumbuhannya,” pungkas dia.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button