News

Jurus Dewa Mabuk Pengungkapan Kasus Brigadir J

Sabtu, 16 Jul 2022 – 02:15 WIB

Irjen Ferdy Sambo - inilah.com

Irjen Ferdy Sambo

Langkah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membentuk tim gabungan khusus mengusut  kasus tewasnya Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat (Brigadir J) di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, seperti pendekar menggunakan jurus dewa mabuk. Tiga hari tim bekerja, tidak terlihat kinerjanya.

Kasus yang dianggap banyak pihak cukup sederhana rupanya memakan waktu yang tidak singkat untuk mengurainya. Sudah sepekan Brigadir J tewas mencurigakan di rumah dinas Kadiv Propam, kepolisian seperti gagap mengurai sengkarut kasus saling tembak polisi di rumah dinas Jenderal Sambo ini.

“Seluruh dunia melihat ada orang yang membunuh orang. Ada pistolnya, ada pelurunya. Itu lima peluru masuk (ke tubuh Brigadir J). Orang menembak pelurunya jelas. Apalagi yang mau diilmiahkan?” kata eks Kabais TNI Soleman Ponto, kepada Inilah.com, di Jakarta, Jumat (15/7/2022) malam.

Ponto meyakini kasus ini sangat sederhana dan tidak sulit untuk mengungkapnya. Polri tak perlu menggunakan metode ilmiah (scientific crime investigation) dalam pengungkapan kasus tewasnya anggota polisi di rumah jenderal.

Lambannya penanganan kasus malah memunculkan spekulasi yang semakin liar. Purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir Laksda menyebutnya seperti ada yang ditutup-tutupi oleh Polri dari kasus tersebut.

“Polisi menutup-nutupi dan melindungi pembunuh. Polri harus hati-hati, masyarakat tak bodoh. Mengapa Polri harus melindungi pembunuh? Jangan lindungi pembunuh,” kata dia.

Kepentingan

Semakin lamban pengungkapan kasus tersebut, semakin liar spekulasi yang mewarnainya. Seorang sumber Inilah.com menilai adanya kekuatan politik dan bisnis yang berkepentingan mengamankan posisi Irjen Ferdy Sambo.

Mengenai soal kepentingan tersebut, Ponto tidak mau menanggapinya. Dia hanya fokus pada kasus hukum yang penuh kejanggalan hingga memakan nyawa brigadir muda.

Sekalipun begitu, Ponto mengakui, jurus dewa mabuk yang digunakan Polri untuk melindungi posisi Ferdy Sambo. Malahan dia menuding sosok Bharada E atau RE yang disebut Polri menembak Brigadir J untuk membela diri dan nyonya rumah adalah pemilik rumah dinas tersebut.

“Sudah seminggu E belum keliatan. Jangan-jangan E itu Ferdy Sambo. Bagi seorang laki-laki martabatnya itu ada di pasangannya, kalau pasangannya diganggu, maka bisa gelap mata,” ujar Ponto.

Kejanggalan penanganan kasus tewasnya Brigadir J diakui Menko Polhukam Mahfud MD. Dalam suatu acara wawancara dengan TV berita, secara telak, eks Ketua Mahkamah Konstitusi menyebut tidak konsistennya Polri menyampaikan peristiwa dan kronologi kejadian berdarah itu sebagai indikator utama kejanggalan. Termasuk alasan Polri baru memberi konferensi pers tiga hari setelah kematian Brigadir J.

“Kenapa tiga hari baru diumumkan, itu satu proses penanganan. Kalau alasannya tiga hari karena hari libur, lha, apakah hari libur masalah pidana itu boleh ditutup-tutupi begitu? Sejak dulu enggak ada, baru sekarang orang beralasan hari Jumat libur, Hari Raya, lalu diumumkan Senin, itu kan janggal bagi masyarakat,” kata Mahfud.

Dicopot

Polri juga belum merespons desakan agar Kadiv Propam dicopot atau nonaktif. Padahal pencopotan Jenderal Sambo merupakan salah satu jaminan yang bisa diberikan kepada publik bahwa penanganan kasus ini dilakukan secara objektif.

Anggota Komisi III DPR, Trimedya Panjaitan meyakini penonaktifan Ferdy Sambo bisa menyelamatkan citra Polri sekarang ini. “(Pencopotan) ini bagaimana meningkatkan kepercayaan masyarakat, begitu,” kata Trimed.

Wakapolri Komjen Gatot Eddy ketika mengadakan konferensi pers di Kantor Komnas HAM, meminta publik bersabar dan memberi kesempatan tim gabungan khusus Polri bekerja. Ketika ditanyai soal desakan Kadiv Propam nonaktif, menurutnya hal itu sudah berproses. “Jadi saya minta teman-teman menunggu saja,” ujar Gatot.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button