Kanal

Jujur Pengantar Kebaikan

Selasa, 20 Des 2022 – 04:05 WIB

Ilustrasi kejujuran (Foto: istock)

Ilustrasi kejujuran (Foto: istock)

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah [9]: 119)

Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana-mana. Demikian sebuah ungkapan bijak menuturkan. Ya, kejujuran adalah sebuah sikap yang menunjukkan jati diri seseorang yang sebenarnya.. Seseorang yang senantiasa bersikap jujur baik dalam ucapan mau tindakan, meskipun pahit dan berisiko, bisa dipastikan bahwa dia memiliki integritas moral yang baik.

Dalam salah satu sabdanya, Nabi Muhammad saw., pernah menegaskan, “Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkan jalan menuju surga.” (HR. Bukhari)

Islam sangat menjunjung tinggi kejujuran. Dalam Islam, sikap jujur (shidiq) bahkan menjadi salah satu sifat mutlak seorang Nabi atau Rasul. Orang-orang yang berlaku jujur (shiddiqin), dalam Alquran disandingkan dengan para Nabi, orang-orang yang mati syahid (syuhada) dan orang-orang saleh.

Sebaliknya, kebohongan adalah awal dari sebuah kehancuran. Seseorang yang sudah biasa berbohong, baik dalam ucapan maupun tindakan, pada hakikatnya tengah menjerumuskan dirinya dalam kehinaan. Dia sedang menggali kuburannya sendiri. Karena, serangkaian tindak kebohongan yang dia lakukan lambat laun pasti akan terbongkar juga. Ibarat kata, sepandai apapun seseorang menyembunyikan bangkai, lama kelamaan akan tercium juga baunya.

Kalau kita lihat dan amati kondisi saat ini, tampaknya kejujuran sudah menjadi barang langka. Demi menjaga citra diri di hadapan publik, dengan dalih gengsi, karena alasan ingin ‘dianggap’ oleh orang lain, sering kali manusia-manusia modern dewasan ini tidak jujur pada diri sendiri, lebih-lebih kepada orang lain. Mereka lebih senang memakai topeng, daripada menunjukkan wajah aslinya. Padahal, semakin lama topeng-topeng tersebut mereka kenakan, semakin jauh mereka dari jati diri sesungguhnya. Dan, hakikatnya semakin menyiksa diri mereka sendiri karena harus hidup dalam kepura-puraan.

Orang-orang yang ingin dianggap sebagai orang kaya, misalnya, padahal kenyataannya bertolak belakang dengan kehidupan mereka sesungguhnya, akan bersikap dan bertindak seolah-olah sebagai orang kaya. Semakin dia memaksakan diri mengikuti gaya hidup orang kaya, semakin tersiksa pikiran dan jiwanya. Karena dia harus berpikiri keras bagaimana dapat memenuhi tuntutan seolah-olah menjadi orang kaya.

Para pedagang yang hanya menjalankan usaha atau bisnisnya dengan tujuan komersial, yakni meraih untung sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara, tanpa mengindahkan nilai-nilai moral (agama), akan sangat mudah berlaku curang alias berbohong. Tidak jarang kita jumpai, mereka berlaku tidak jujur dalam menjalankan roda bisnisnya. Dalam perkataan, misalnya, mereka bahkan berani bersumpah atas nama Allah untuk meyakinkan pembeli agar tertarik untuk membeli barang dagangannya. Dalam tindakan, ada pedagang yang mengurangi timbangannya dengan beragam cara, dengan tujuan mendapat keuntungan lebih banyak dari kondisi timbangan normal.

Para pejabat publik, demi memenuhi pundi-pundi kekayaannya, seringkali melakukan tindak kebohongan; korupsi, kolusi, penyalahgunaan wewenang dan jabatan, menjadi hal yang dianggapnya lumrah.

Para intelektual, demi memenuhi persyaratan angka kredit untuk kenaikan pangkatnya, tidak jarang melakukan perilaku tak terpuji; plagiarisme, data fiktif, serta tindak kecurangan lainnya, yang dianggap biasa untuk memuluskan kariernya.

Bagaimana pun, kebohongan yang sudah terlanjur mereka lakukan, jika tidak segera mereka sadari dan hentikan, akan menjerumuskannya pada kesengsaraan dan penderitaan. Penjara di dunia sudah menanti orang-orang yang tidak berlaku jujur. Penjara akhirat juga sudah siap menampungnya, jika mereka tidak segera bertobat.

Untuk itu, berlakulah jujur baik dalam ucapan ataupun tindakan. Betapapun pahitnya, yakinlah bahwa kejujuran akan lebih dihargai dan mendapat tempat di hati orang lain daripada kebohongan. [Didi Junaedi, Qur’anic Inspiration]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button