Kanal

Juara Dunia Kekurangan Dana

Jumat, 09 Sep 2022 – 15:40 WIB

Juara Dunia Kekurangan Dana

Atlet lari gawang putri Dedeh Erawati (Foto: inilah.com)

Dulu, di sekolah, kata guru saya, “Bekerja keraslah, raih prestasi. Hidupmu akan lempang!” Berpuluh-puluh tahun saya percaya nasihat itu. Sampai suatu sore di pertengahan bulan Agustus 2022 saya bertemu Dedeh Erawati.

“Saya mau berlomba di Taiwan. Kejuaraan dunia atletik, cabang lari gawang. World Champion Athletics Master. Tapi belum tentu saya bisa berangkat.” Ceritanya kepada saya.

Masalah yang dihadapi Mbak Dedeh klasik, seperti sering kita baca di berita. Atlet-atlet nasional yang berprestasi kurang mendapatkan perhatian setelah mereka tidak muda lagi. Apalagi cabang olahraga yang tidak populer di Indonesia. Mereka kerap terpinggirkan, jauh dari sorot kamera dan ingar-bingar berita.

Mbak Dedeh adalah atlet nasional untuk cabang olahraga lari gawang, salah satu cabang yang diperlombakan dalam Olimpiade. Ia adalah salah satu dari sedikit atlet Indonesia yang berlaga di Olimpiade Beijing 2008, bahkan mengharumkan nama bangsa sampai babak final.

Mungkin Anda baru tahu ada atlet lari gawang yang berprestasi. Saya juga baru tahu. Lari gawang tentu tidak sepopuler sepak bola, meski kita jarang menang di level bergengsi. Tidak seperti bulutangkis yang semua orang tahu.

Namun, Mbak Dedeh ini benar-benar istimewa. Ia atlet putri yang gemilang. Dalam karir olahraganya di bidang atletik, ia sudah memenangkan puluhan medali. Dari SEA Games, Asian Games, sampai Kejuaraan Dunia.

Tahun 2016 ia memborong 4 medali emas di ajang kejuaraan Asia di Singapura. Tahun 2017 ia meraih medali emas dalam World Master Games 2017 di New Zealand. Dalam lima kali tanding di ajang World Champion Athletics Master, Dedeh meraih 3 medali emas (2016, 2018, dan 2020).

Usianya memang tidak muda lagi, 43 tahun. Makanya ia sudah di level master. Jika bukan satu-satunya, pasti Master Dedeh adalah salah satu dari sedikit atlet atletik Indonesia yang masih terus menorehkan prestasi di level dunia. Hebat kan?

Tapi, perjuangannya tidak mudah. Ia seringkali harus berjuang sendiri. Bahkan memodali sendiri biaya perjalannya untuk kejuaraan-kejuaraan dunia. “Kadang sedih,” Ceritanya, “Latihan modal sendiri, ongkos nabung sendiri, jalan sendiri, serasa tak ada perhatian dari pemerintah. Tapi saya selalu ingin memberikan yang terbaik buat bangsa dan negara.” Katanya.

Bulan Oktober ini Mbak Dedeh bersama 4 atlet atletik Indonesia lainnya akan berlomba di ajang World Champion Athletics Master 2022 di Taiwan. Ia masih bersemangat untuk berlari dan mengibarkan bendera merah putih di ajang-ajang bergengsi dunia. “Tapi saya nggak ada ongkos.” Keluhnya. “Sudah berusaha cari bantuan ke sana-sini, belum diperhatikan.”

Saya bengong ketika mendengarkan cerita itu. Ia sudah ke mana-mana, tapi belum ada yang memperhatikan, padahal perlombaan tinggal sebulan lagi. Saya jadi ragu pada nasihat guru saya; Di negeri ini, prestasi ternyata tidak cukup untuk membuat jalan kita lempang.

“Saya mau bantu, Mbak. Insya Allah mulai bergerak bersama inilahcom.” Janji saya waktu itu.

Mungkin kita memang harus urus semua ini sendiri, jangan mengandalkan pemerintah. Mereka sedang sibuk urus BBM dan politik. Sepulang bertemu Mbak Dedeh dua minggu lalu, saya kerahkan tim inilahcom untuk mulai mengangkat cerita ini. Mengajak sebanyak mungkin orang untuk ikut membantu.

Mbak Dedeh saya kira bukan satu-satunya yang butuh bantuan. Bukan satu-satunya atlet berprestasi yang kurang diperhatikan. Tapi kita bisa mulai membuat perubahan kecil dari membantu Mbak Dedeh dulu. Ia mau bertanding bulan depan, bulan Oktober, tapi belum punya ongkos untuk terbang ke sana.

“Butuh dana berapa Mbak?” Tanya saya waktu itu.

“Setelah kami hitung, butuh sekitar Rp125 juta untuk 5 orang atlet.” Jawab Mbak Dedeh polos.

Duh, sebenarnya uang segitu kecil sekali. Apalagi dibandingkan ongkos branding atau pencitraan calon presiden atau biaya membayar buzzer. Begitulah, nasib atlet seperti Mbak Dedeh memang tak selalu semengkilap sepatu para pejabat, seberapa besarpun prestasi yang sudah ditorehkan. “Tenang Mbak, kita bantu. Kita bergerak bersama.” Ujar saya.

Syukur-syukur setelah cerita ini otoritas terkait ikut tergerak dan membantu. Kalau tidak, kita patungan di sini. Mudah-mudahan dana yang dibutuhkan Rp125 juta untuk 5 atlet bisa terkumpul dalam waktu 1 bulan ke depan.

Mesakke negeri ini. Juara dunia kekurangan dana.

FAHD PAHDEPIE – CEO Inilah.com

Donasi Sekarang

Infografis Dedeh Erawati - inilah.com

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button