News

Jokowi Sebut Demokrat Sering ke Istana, Sekjen: Bukan Inisiatif SBY

Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya merespons pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebutkan Partai Demokrat sering berkunjung ke Istana Kepresidenan.

“Kami mengartikan bahwa yang dimaksud Partai Demokrat adalah pimpinan Partai Demokrat yang memungkinkan untuk bertemu Presiden Joko Widodo di Istana,” kata Riefky, Rabu (31/5/2023).

Dia mengaku sempat menanyakan maksud pernyataan Jokowi tersebut ke Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat sekaligus Presiden RI Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Bapak SBY dalam waktu 3,5 tahun ini, tercatat 3 kali bertemu dengan Presiden Jokowi. Pertama, terjadi pada tanggal 10 Oktober 2019 di Istana Merdeka, siang hari,” jelasnya.

Ia menyebut, pertemuan bukan inisiatif SBY. Namun, atas inisiatif dan undangan dari Jokowi. Selanjutnya, pertemuan kedua, saat SBY menghadiri pernikahan putra Jokowi, Kaesang Pangarep di Solo, Jawa Tengah. Pertemuan ini memang berlangsung malam hari. Saat itu,SBY hadir bersama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) beserta istri. Putra kedua SBY yaitu Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas juga hadir bersama istrinya.

“(Pertemuan) ketiga, Bapak SBY bertemu Presiden Jokowi di Kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali pada 15 November 2022, waktunya juga malam hari, karena undangan yang diterima Bapak SBY adalah menghadiri Gala Dinner G20 pada malam hari,” ujar Riefky menambahkan.

“Ketiga pertemuan tersebut yang menentukan tempat dan waktunya adalah Presiden Jokowi, dan Bapak SBY menghormati Presiden Jokowi sebagai Kepala Negara, yang sedang mengemban amanah saat ini,” lanjutnya.

Riefky kemudian memaparkan penjelasan dari AHY, selaku ketua umum Partai Demokrat. Dia menyebut, AHY hanya satu kali bertemu dengan Jokowi selama 3,5 tahun terakhir ini, tepatnya pada 9 Maret 2021.

“Pertemuan itu atas permintaan pihak Istana dan tempat yang dipilih adalah Istana Bogor, dan waktu yang ditentukan adalah malam hari. Jadi waktu pertemuan yang malam hari itu juga bukan atas permintaan Ketua Umum Partai Demokrat AHY,” bebernya.

“Namun, sebagaimana sikap Bapak SBY yang menghormati Presiden Jokowi sebagai Kepala Negara, demikian juga sikap Ketum AHY,” sambungnya.

Pada pertemuan itu, Riefky memaparkan, sebenarnya pihak Istana menyampaikan Presiden Jokowi ingin bertemu dengan SBY guna memberikan klarifikasi atas apa yang dilakukan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko tentang gerakannya mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat yang sah.

Jokowi saat itu didampingi oleh Mensesneg Pratikno. Menurut Riefky, Jokowi menjelaskan, dirinya beliau tidak tahu menahu dengan apa yang dilakukan oleh KSP Moeldoko untuk mengambil alih Partai Demokrat. “Begitulah pengakuan dari Presiden Joko Widodo yang disampaikan kepada Ketua Umum AHY,” sambungnya.

Ia menyebut empat kali pertemuan antara Presiden Jokowi dengan SBY maupun AHY hanya terjadi pada dua hingga tiga tahun yang lalu. “Pertemuan-pertemuan itu bukan yang sering digambarkan oleh publik sebagai pertemuan politik yang lazim dilakukan Presiden Jokowi dengan partai-partai politik pendukung pemerintah,” terang Riefky.

Oleh karena itu, dirinya meminta publik tak beprasangka tidak baik pada Demokrat. “Seolah-olah Partai Demokrat juga ikut mencari jalan untuk bertemu Presiden Jokowi dan meminta waktunya malam hari. Kalau tidak kami klarifikasi, bisa saja Partai Demokrat dituduh “kucing-kucingan” yang semua itu tidak pernah kami lakukan,” tegasnya.

“Jika ada perbedaan pendapat dengan pihak Istana, kami Partai Demokrat termasuk Bapak SBY dan Ketum AHY siap untuk dikonfrontir. Baik dengan Presiden Jokowi maupun pembantu-pembantunya. Ini sangat penting agar kebenaran tegak di negeri yang kita cintai ini,” ujar Riefky.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button