Market

Jokowi Minta Komisaris dan Dewas Tanggung Jawab Atas BUMN yang Rugi

Presiden Joko Widodo atau Jokowi akhirnya mengambil sikap tegas atas kinerja Badan Usaha Milik Negara atau BUMN yang menanggung kerugian. Bahkan Presiden Jokowi meminta kepada komisaris dan dewan pengawas bertanggung jawab atas kerugian BUMN tersebut.

Sikap tegas Jokowi ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah atau PP No.23 Tahun 2022. Dalam Pasal 59 Ayat 2 PP tersebut menyebutkan jika komisaris dan dewan pengawas bertanggung jawab penuh atas kerugian BUMN yang mereka kelola.

“Komisaris dan dewan pengawas bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian BUMN apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugas,” tulis pemerintah dalam PP 23 Tahun 2022, dikutip Sabtu (18/6/2022).

Namun, dalam PP tersebut juga memberikan kelonggaran kepada para komisaris dan dewan pengawas untuk lepas tanggung jawab apabila kerugian BUMN itu terjadi. Syaratnya para komisaris dan dewan pengawas sudah melakukan tugasnya melakukan pengawasan.

Selain itu dalam melakukan pengawasan itu komisaris dan dewan pengawas tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung, dan telah memberikan nasihat kepada direksi untuk mencegah kerugian.

Lebih lanjut, PP tersebut juga memberikan kewenangan kepada menteri untuk mengajukan gugatan ke pengadilan terhadap anggota dewan pengawas yang melakukan kesalahan atau lalai, sehingga membuat BUMN yang dikelola rugi.

Setidaknya ada beberapa BUMN yang saat ini mengalami kerugian, di antaranya;

PT Garuda Indonesia

Maskapai penerbangan plat merah ini mencatatkan rugi bersih US$ 1,66 miliar per September 2021, membengkak dari US$ 1,07 miliar per September 2020. Dengan estimasi kurs Rp 14.000 per dolar AS, maka rugi bersih Garuda Indonesia mencapai sekitar Rp 23 triliun.

Selain itu, Garuda Indonesia juga terlilit utang Rp142 triliun. Utang itu terlihat dari keterangan yang tercatat dalam PKPU Garuda Indonesia.

PT Waskita Karya (Persero) Tbk

BUMN bidang konstruksi itu melaporkan kinerja yang anjlok pada kuartal pertama 2022. Bahkan perseroan mencatatkan rugi bersih yang naik 18 kali lebih besar dari kerugian pada kuartal pertama tahun 2021. Dari yang semula rugi bersih sebesar Rp46,09 miliar menjadi Rp 830,64 miliar.

Namun pendapatan Waskita Karya justru naik meski tipis menjadi Rp2,74 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini. Sebelumnya pada kuartal pertama 2021 pendapatan perusahaan sebesar Rp2,67.

PT Indofarma Tbk (INAF)

BUMN yang bergerak dalam bidang obat-obatan ini pada kuartal pertama 2022 mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp51,18 miliar. Padahal pada periode yang sama di tahun sebelumnya, perseroan justru mencatatkan laba sebesar Rp1,82 miliar.

Beberapa faktor yang menyebabkan perusahaan merugi karena turunnya penjualan bersih mereka tahun ini sebesar Rp339,03 miliar.

Angka ini turun tipis dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar Rp373,2 miliar. Selain itu, beban pokok penjualan membengkak menjadi Rp309,08 miliar, dari sebelumnya Rp198,19 miliar.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button