Market

Jokowi dan Luhut Kompak Dorong Pertamina Caplok Pabrik Etanol Brazil, Ada Apa?


Presiden Jokowi dan Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan kompak mendorong PT Pertamina (Persero) mencaplok pabrik etanol di Brazil. Ada apa?

“Saya kira Pertamina perlu ekspansi keluar, itu adalah hal biasa untuk keuntungan perusahaan dan juga untuk melihat bisnis dan ekonomi masa depan,” kata Jokowi seusai memberikan sambutan di HUT Ke-52 HIPMI di Hotel Fairmont Jakarta pada Senin (10/6/2024).

Kebijakan penugasan Pertamina ini, kata Jokowi untuk mengakuisisi pabrik gula dan etanol asal Brazil. Langkah ini mengundang curiga karena industry gula atau etanol bukan bidang Pertamina.

“Kenapa tidak menggandeng PTPN Holding dengan Subholding SugarCo yang memang bidang bisnisnya bergerak di bisnis gula dan etanol melalui PT Sinergi Gula Nusantara (PT SGN) dan PT Energi Agro Nusantara (Enero),” ungkap Direktur Eksekutif CERI yang juga senior HIPMI, Yusri Usman, Jakarta, Sabtu (15/6/2024).

Kata Yusri, apakah kebijakan ini sudah ada naskah akademik dari perguruan tinggi misalnya IPB, UGM dan USU yang dikoordinir Kementerian Pertanian (Kementan), serta Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI).

“Oleh sebab itu, Pertamina harus berhati-hati menindak lanjuti upaya akusisi ini, jangan jadi persoalan hukum di kemudian hari,” tambah Yusri.

Sebelumnya, kabar mengenai rencana Pertamina untuk mengakuisisi pabrik gula dan etanol asal Brazil pertama kali disuarakan Luhut saat memberikan sambutan di HUT ke-52 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).

Dia mengatakan, Pertamina masih masih melakukan uji tuntas atau due diligence dengan mempelajari data perusahaan gula dan etanol asal razil.

Pada forum tersebut, Luhut tak mengatakan secara jelas identitas perusahan gula dan etanol Brazil yang akan diakuisisi oleh Pertamina. Namun ia menjelaskan lewat akuisisi yang dilakukan oleh Pertamina akan meningkatkan kualitas bensin domestik secara bertahap melalui campuran bioetanol.

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, Pertamina sebagai holding sektor energi harus melakukan ekspansi atau pelebaran bisnis hingga ke luar negeri.

Karena itu kata dia, sangat wajar perintah Jokowi dan Luhut untuk melakukan akuisisi perusahaan asing hingga ke Brazil.

“Memang kan Pertamina itu ekspansi harus, dan saat ini Pertamina meng-ekspansi. Dia ekspansi, kan kita nggak cukup nih hanya di Indonesia, sumber minyak kita kan nggak cukup. Memang Pertamina harus ekspansi, dan Pertamina lagi proses ekspansi, di beberapa negara dia sudah masuk,” kata Arya kepada wartawan di Kantor Kementerian BUMN, Rabu (12/6/2024).

Inisiator industri oleochemical yang juga pengusaha sawit, Riza Mutiara mengatakan, India dengan penduduk 1,5 miliar jiwa, mematok harga gula ICUMSA 45 untuk industri hanya Rp5.300 per kilogram (kg). Sementara Indonesia harganya mencapai Rp13.000 hingga Rp17.000 per kg. India malah sudah kelebihan gula.

“Karena industri gula di India itu dilakukan oleh UKM dengan pabrik ukuran kecil-kecil kapasitas 25 tcd/tn tebu per day, dimana investasi pabriknya hanya Rp 2 miliar saja. Kapasitasnya mulai dari 50tcd, 100tcd, 200tcd hingga 300tcd saja, yang bekerja sangat efisien 270 hari per tahun, dengan nilai Rendemen 10% sampai 12%. Otomatis produk sampingan molasesnya jadi ethanol fuel grade 99.7%,” jelas Riza. 

Sementara, lanjut Riza, Indonesia sudah menjadi importir gula terbesar dunia dengan kebutuhan 5 juta ton per tahun hingga 6 juta ton per tahun. 

“Karena gula dikuasai oleh BUMN yang tidak efisien. Kilangnya hanya kerja 90 hari per tahun, tetapi karyawannya digaji per tahun. Gula juga dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Gula juga diduga sudah menjadi mainan politik. Rendemen pabrik gula BUMN hanya sekitar 7 persen, jauh banget bedanya dengan India,” ulas Riza.
 

Back to top button