Hangout

Jisoo Blackpink Alami Benjolan di Leher, Apakah Semua Benjolan Berbahaya?

Para penggemar Kim Jisoo Blackpink menyoroti benjolan yang muncul di lehernya saat ia bernyanyi atau berbicara. Ada dugaan bahwa artis Korea Selatan kelahiran 3 Januari 1995 itu mengidap tumor. Apakah setiap benjolan itu berbahaya?

Fans yang membagikan foto pelantun lagu Whistle, Playing with Fire, dan Boombayah itu sempat khawatir dengan kondisi Jisoo. Mereka menduga Jisoo mengidap penyakit seperti tumor jinak atau semacamnya.

“Saya harap dia (Jisoo) benar-benar memeriksakan kondisinya. Seorang praktisi kesehatan di Amerika pernah mengalami kejadian yang sama dan ketika diperiksa, dia mengidap tiroid,” tulis seorang netizen.

Agensi YG Entertainment tak lama kemudian merilis pernyataan terbaru usai muncul sorotan dari penggemar Jisoo tersebut. Mereka menyatakan bahwa Jisoo tidak memiliki masalah kesehatan. “Jisoo dalam kondisi baik selama tur dunia Blackpink,” kata YG Entertainment, kemarin. “Tidak ada masalah kesehatan,” kata agensi tersebut.

Blackpink saat ini sedang menggelar tur dunia Born Pink yang sudah dimulai di Korea Selatan pada Oktober lalu. Kini mereka mengunjungi beberapa negara di Amerika Utara dan Eropa. Blackpink juga akan berkunjung ke Indonesia pada Maret 2023 dalam rangka tur Asia.

Menemukan benjolan di dalam atau di leher seperti yang terjadi pada Jisoo mungkin langsung membuat Anda bertanya-tanya apakah itu tumor atau kanker. Walaupun itu salah satu kemungkinan, penting untuk diketahui bahwa ada banyak penyebab benjolan di leher, beberapa di antaranya patut menjadi kekhawatiran dan banyak juga yang tidak perlu membuat Anda was-was.

Jenis-jenis Benjolan

Mengutip Verywellhealth, paling sering, benjolan leher disebabkan oleh pembengkakan kelenjar getah bening, yakni sekelompok kecil sel yang membantu sistem kekebalan melawan penyerang, seperti virus. Ketika ini terjadi, kelenjar getah bening bisa membengkak. Benjolan juga bisa disebabkan oleh kista, lipoma, bisul, atau gondok bahkan digigit serangga.

Salah satu alasan paling umum Anda merasakan benjolan di leher adalah karena Anda benar-benar merasakan pembengkakan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening ditemukan di leher, wajah, ketiak, dada, perut, dan selangkangan.

Cairan yang disebut getah bening, yang mengandung sel darah putih (limfosit) yang melawan infeksi, mengalir melalui sistem limfatik. Getah bening juga membawa bakteri, virus, dan kuman lain dari jaringan Anda, yang semuanya disaring melalui kelenjar getah bening.

Jika Anda memiliki infeksi aktif, kelenjar getah bening bisa membesar saat bekerja untuk membantu tubuh melawan penyakit. Ketika Anda menjadi lebih baik, mereka akan kembali ke ukuran normalnya. Pembengkakan kelenjar getah bening terasa seperti benjolan kecil dan lembut di bawah kulit. Ukuran benjolannya bervariasi dari kacang polong hingga anggur, sering terasa lembut saat disentuh, dan bisa terasa tidak nyaman.

Penyebab umum pembengkakan kelenjar getah bening adalah infeksi. Seperti infeksi gigi, flu, tonsilis, radang tenggorokan atau mononukleossi. Bisa juga gejala cytomegalovirus yakni sejenis virus herpes atau HIV.

Pembengkakan kelenjar getah bening disebabkan oleh kanker jarang terjadi, terutama limfoma non-Hodgkin. Hanya saja kanker juga dapat menyebar ke kelenjar getah bening dan menyebabkannya menjadi besar dan keras. Kelenjar getah bening mungkin juga tidak bergerak.

Jika kelenjar getah bening membesar juga bisa disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti rheumatoid arthritis. Jika Anda ragu apakah benjolan di leher ini pembengkakan kelenjar getah bening atau bukan, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.

Pembengkakan di leher juga bisa berupa nodul. Nodul adalah pertumbuhan jaringan yang tidak normal dapat berupa tonjolan atau benjolan di mana saja di bagian tubuh. Sebagian besar kasus nodul tidak bersifat kanker. Apakah nodul perlu diobati tergantung pada apakah itu menyebabkan gejala, jika atau seberapa cepat ia tumbuh, dan di mana ia berada di tubuh.

Benjolan di leher Anda bisa juga merupakan kista. Kista adalah kantung jaringan berisi cairan. Mereka dapat terbentuk hampir di mana saja di tubuh. Kista tidak padat dan biasanya terasa lunak. Kista seringkali jinak, tetapi beberapa jenis kanker bisa bersifat kistik. Banyak kista hilang dengan sendirinya. Namun, tergantung pada ukuran dan lokasinya, yang mungkin harus ditangani dengan operasi.

Kemungkinan lainnya dari benjolan adalah lipoma yang merupakan benjolan jinak berisi lemak. Jika Anda merasakan benjolan di leher, bisa jadi itu adalah lipoma. Lipoma tidak bersifat kanker. Benjolan ini mungkin harus diangkat melalui pembedahan tergantung pada ukuran dan lokasinya. Orang yang memiliki satu lipoma atau riwayat keluarga lipoma lebih mungkin untuk mendapatkan penyakit ini.

Alasan umum lainnya untuk merasakan benjolan di leher adalah karena menderita gondok, yang berarti kelenjar tiroid membesar. Penyakit ini muncul di bagian depan leher, seringkali hanya di satu sisi. Karena tiroid bergerak naik turun saat menelan, gondok dan benjolan di tiroid juga akan ikut bergerak.

Gondok seringkali disebabkan oleh kekurangan yodium. Namun sekarang jauh lebih jarang karena garam sudah diperkaya dengan yodium. Gondok biasanya dapat diobati dengan obat-obatan. Dalam beberapa kasus, gondok harus diangkat melalui pembedahan.

Terkadang, benjolan di leher berhubungan dengan infeksi. Bisul adalah infeksi kulit yang dapat terlihat dan terasa seperti benjolan. Benjolan jenis ini dapat terbentuk di mana saja di tubuh tetapi cenderung dekat dengan permukaan kulit. Bisul bisa dalam, keras, dan cukup besar serta bisa mengeluarkan nanah.

Penyebab lainnya adalah gigitan serangga seperti lebah ataupun kalajengking. Bisa jadi racun yang ada dalam serangga itu menyebabkan benjolan sebagai reaksi tubuh.

Tumor Kanker

Sel kanker adalah sel bermutasi dan tumbuh dengan cepat serta bisa sangat sulit untuk dihentikan. Ada ribuan cara untuk mengklasifikasikan jenis tumor. Benjolan kanker umumnya ditemukan di payudara, testis, atau kelenjar getah bening.

Menurut American Cancer Society, benjolan yang berisi cairan dan mudah digulung di jari lebih kecil kemungkinannya menjadi kanker dibandingkan benjolan yang keras, tidak beraturan, berakar, dan tidak nyeri.

Ada banyak gejala kanker salah satunya benjolan yang terlihat bisa menjadi satu. Meskipun tidak semua benjolan bersifat kanker namun bisa menakutkan jika Anda melihatnya. Itulah mengapa penting untuk meminta dokter Anda memeriksanya.

Haruskah kita khawatir?

Mungkin mudah bagi Anda menyimpulkan bahwa benjolan di leher adalah pembengkakan kelenjar getah bening dan tidak perlu dikhawatirkan. Mungkin saja Anda benar. Misalnya, Anda masuk angin, memiliki gejala terkait lainnya, sering mengalaminya saat sakit, dan benjolan tersebut muncul dengan cepat.

Namun, satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti apakah benjolan di leher Anda mengkhawatirkan atau tidak adalah dengan menemui dokter. Ada beberapa ciri benjolan di leher yang bisa menimbulkan tanda bahaya.

Misalnya pembengkakan kelenjar getah bening biasanya memiliki diameter sekitar setengah inchi atau sekitar 1,3 cm sementara benjolan kanker di leher bisa berdiamater 1 inci atau 2,5 cm lebih. Perbedaan lainnya benjolannya keras jika itu termasuk kanker leher berbentuk tidak beraturan. Sementara pembengkakan kelenjar getah bening ketika dipegang lebih elastis dengan bentuk bulat biasa.

Perbedaan lainnya, pembengkakan kelenjar getah bening bergerak saat disentuh dan cenderung menimbulkan rasa sakit dengan kemunculan yang tiba-tiba. Sementara benjolan kanker cenderung tidak menimbulkan rasa sakit serta tumbuh secara bertahap.

Sementara itu, dr Felix G Hartono di akun Instagram-nya menjelaskan tanda-tanda benjolan di leher yang berbahaya. Misalnya saja, keras dan nyeri saat ditekan disertai dengan gejala lain seperti mimisan, nyeri telinga, ataupun suara serak. Atau benjolan itu membuat napas tersumbat dan menyebabkan penurunan berat badan serta demam terus menerus. Terkadag ada pula yang menyebabkan kelumpuhan di wajah.

“Tapi meskipun gak ada tanda-tanda ini kalau misalkan kalian ragu dan takut, ke dokter juga gak apa-apa, agar segera mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat,” kata dokter lulusan Universitas Islam Indonesia itu.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button