Market

Jhonlin tak Terlibat Dugaan Penipuan Batu Bara oleh Adani Group di India


Pemberitaan sejumlah media nasional tentang skandal dugaan penipuan batu bara Adani Group di India dan mengaitkannya dengan PT Jhonlin Baratama, sangat tidak berdasar. 

PT Jhonlin dalam proses pembelian batu bara oleh perusahaan raksasa asal India itu, hanya berperan sebagai penjual, dan tidak terlibat sama sekali dalam dugaan penipuan. Apalagi juru bicara Adani Group sudah membantah tudingan tersebut. 

Mencuatnya dugaan penipuan oleh Adani group ini diduga ada kaitannya dengan miliader Yahudi berkebangsaan Amerika Serikat, George Soros. Tuduhan serupa pernah mengemuka pada tahun 2015-2016 lalu. 

Awalnya, Proyek Pelaporan Kejahatan dan Korupsi Terorganisir atau Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) membongkar dugaan penipuan batu bara yang menyeret Adani Group.

Berdasarkan dokumen OCCRP, Adani Group membeli batu bara dari PT Jhonlin dengan harga 28 dolar AS per ton. Pada Desember 2013, kapal MV Kalliopi L membawa batu bara itu, meninggalkan Indonesia menuju India.

Batu bara itu digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN-nya India.

Dalam transaksinya, melibatkan Supreme Union Investors yang berbasis di British Virgin Islands, sebagai perantara. Sehingga proses ini benar-benar murni bisnis.

Selanjutnya, Supreme melayangkan tagihan kepada Adani di Singapura, untuk pengiriman tersebut. Harganya 34 dolar AS per ton dan menyatakan batu bara tersebut mengandung 3.500 kalori per kilogram (kg).

Oleh Adani, batu bara tersebut dijual ke perusahaan Pembangkitan dan Distribusi Tamil Nadu (Tangedco) dengan harga 92 dolar AS per ton. Tiga kali lipat dari harga belinya. Adani Group juga mencantumkan spesifikasi batu bara tersebut mengandung 6.000 kalori per kg.

Dengan asumsi harga rata-rata batu bara sebesar 86 dolar AS per ton, OCCRP menyebut, keuntungan Adani Group dan perantaranya mencapai 46 dolar AS per ton.

Untuk 22 pelayaran totalnya 70 juta dolar AS, atau setara Rp1,12 triliun (asumsi kurs Rp16.000).

Juru bicara Adani Group sudah membantah tudingan tersebut. Dia menyatakan, kualitas batu bara miliknya, sudah diuji secara independen di tempat pengangkutan, serta oleh bea cukai  dan ilmuan Tangedco.

“Batu bara yang dipasok telah melewati proses pemeriksaan kualitas yang rumit oleh berbagai lembaga di berbagai tempat. Jelas bahwa tuduhan pasokan batu bara berkualitas rendah, bukan hanya tidak berdasar dan tidak adil. Tetapi juga sangat tidak masuk akal,” kata juru bicara Adani yang enggan disebut namanya.

Dugaan Campur Tangan George Soros

Serangan OCCRP terhadap Adani group ini, diduga kuat ada kaitannya dengan miliader Yahudi berkebangsaan Amerika Serikat, George Soros.

Soros memang berseberangan dengan rezim di India saat ini yang dipimpin PM Narendra Modi. Di sisi yang lain, konglomerat Gautam Adani, pemilik Adani Group sangat dekat dengan PM Modi.

Tak heran jika informasi dari OCCRP jadi topik utama di media-media India sejak 22 Mei 2024. Mereka mengutip dari media Inggris, Financial Times.

Juru bicara Adani pernah menyampaikan bahwa batu bara miliknya sudah dites baik secara independen maupun oleh bea cukai India.

Dikatakan pula, sorotan ini hanya daur ulang tuduhan dari 2015-2016. Dampaknya, harga saham Adani anjlok sampai 50 persen.

Soros lewat Open Society Foundations telah menggelontorkan dana 18 miliar dolar AS untuk kegiatan-kegiatan seperti ini, tak hanya di India, tapi di seluruh dunia.

Secara terbuka, Soros menyebut PM Modi harus bertanggung jawab atas kesalahan finansial ini. Bahwa kasus Adani akan melemahkan kekuasaan Modi. Bakal membangkitkan demokrasi di negara itu.

Atas pernyataan Soros, pemerintah India meradang dan tak tinggal diam. Dalam sebuah konferensi di Sydney, Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar membantah tuduhan Soros.

Dia menyebut, komentar miliarder Hungaria-AS itu adalah khas “pandangan Eropa-Atlantik”.

Back to top button