Market

Bongkar Penyelundupan 5,3 Juta Ton Bijih Nikel, Uji Nyali Jokowi

Upaya membongkar tuntas penyelundupan 5,3 juta ton bijih nikel ke China yang merugikan negara Rp14,5 triliun bak mencari jarum di tumpukan jerami. Sulit karena bekingnya begitu kuat. Perlu ketegasan dari Presiden Jokowi kalau benar-benar mau diusut tuntas.

“Ini bobot kasusnya berat, karena bekingnya sampai langit ke-tujuh. Untuk itu perlu komitmen dari Presiden Jokowi. Seperti saat pembubaran Petral atau kasus Sambo. Tanpa penegasan dari presiden, jangan harap kasusnya bakal terang benderang,” papar pengamat ekonomi energi UGM, Fahmy Radhi kepada Inilah.com, Jakarta, Kamis (20/7/2023).

Pada 2014, kata mantan tim anti mafia migas ini, Presiden Jokowi memerintahkan pembubaran Petral yang diduga sarang mafia migas. Tak perlu menunggu lama, Petral pun bubar. Demikian pula kasus penembakan Brigadir J yang menyeret eks Kadiv Propam Mabes Polri, Irjen Ferdy Sambo, terbongkar setelah ada instruksi presiden.

“Bolanya ada di Presiden Jokowi. Ingat, penyelundupan 5,3 juta ton bijih nikel ke China, jelas-jelas bertentangan dengan program hilirisasi yang dicanangkan presiden. Logikanya, Pak Presiden segera instruksi agar kasus itu dibongkar. Semua yang terlibat harus menanggung risiko hukum,” ungkap Fahmy.

Sedangkan posisi Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut B Pandjaitan yang rajin berkomentar soal penyelundupan 5,3 juta ton bijih nikel, menurutnya, masih belum jelas. Sebagai orang dekat Presiden Jokowi, Menko Luhut seharusnya marah besar. Karena itu tadi, penyelundupan bijih nikel merupakan bentuk pembangkangan terhadap program hilirisasi mineral yang digagas Presiden Jokowi.

“Kalau Pak Luhut, saya enggak tahu posisinya di mana. Apakah benar-benar pro hilirisasi atau gimana. Beberapa waktu lalu, Pak Mahfud bagus. Dia sebut ada mafia tambang. Nah, aksi penyelundupan bijih nikel hingga 5,3 juta ton, tentu kerjaan mafia. Bekingnya sangat kuat. Ya itu tadi, sampai langit ke-tujuh,” kata Fahmy.

Kata Fafmy, terbongkarnya aksi penyelundupan 5,3 juta ton bijih nikel ke China yang merugikan negara Rp14,5 triliun peride 2020 hingga Juni 2022, membuktikan bahwa tambang nikel lebih tertarik menjual langsung nikel mentah (bijih nikel) ke China, ketimbang ke smelter. Karena, harganya lebih tinggi.

“Selama kasus ini tidak ada tindakan apa-apa, pasti akan terjadi lagi. Apalagi saat ini sudah tahun politik. Kita harap kasus tersebut dibongkar agar ada efek jera. Selain juga bentuk dukungan terhadap program hilirisasi yang diinisiasi Presiden Jokowi,” kata Fahmy.

Sementara, Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan membanggakan investasi China di sektor hilirasi naik 146 kali lipat dari US$18 juta (Rp270 miliar, kurs Rp15.000/US$) pada 2011 menjadi US$2.632 juta (Rp39,4 triliun).

Akibat kebijakan ini, kata Menko Luhut, nilai ekspor produk hilir nikel tumbuh 40 persen per tahun sepanjang 2014 hingga 2022. Pada 2014 nilainya US$2.186 juta (Rp32,79 triliun) menjadi US$33.810 juta (Rp507,15 triliun) pada 2022.

“Dampaknya, neraca perdagangan kita mengalami surplus selama 38 bulan berturut-turut. Demikian pula, neraca transaksi berjalan yang biasanya defisit, terus mencatat surplus,” imbuhnya.

Tak berhenti di situ. Hilirisasi mineral yang dicanagkan Presiden Jokowi juga membawa berkah untuk perekonomian daerah, khususnya penghasil nikel. Pada 2001-2014, misalnya, perekonomian di Sulawesi Tengah (Sulteng) hanya tumbuh rata-rata 7,5 persen. Namun pada 2015-2022 meroket hingga 11,7 persen.

Demikian pula Maluku Utara yang juga gudangnya nikel, pertumbuhan ekonomi pada 2001-2018 hanya 5,7 persen. Setelah hilirasi yakni 2019-2022 melejit hingga 12,9 persen.

Ironisnya, meski pertumbuhan ekonomi di Sulteng naik, jumlah duafa alias warga miskin justru ‘ngegas’. Per September 2022, persentase penduduk miskin mencapai 12,30 persen. Naik 0,12 persen dibandingkan September 2021.

Sedangkan Maluku Utara, jumlah orang miskin pada September 2022 mencapai 6,33 persen, turun 0,05 persen ketimbang September 2021 sebesar 6,38 persen. Artinya, pertumbuhan ekonomi di dua daerah sentra nikel ini, minim kualitas.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button