Hangout

Jangan Sepelekan Burnout pada Orang Tua

Burnout pada orang tua tidak boleh diabaikan. Hal itu karena dapat berkembang menjadi bermacam-macam gangguan, antara lain psikosomatik, depresi, gangguan kepribadian, hingga keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.

“Misalnya, ketika ibu overthinking terus menerus karena ingin menjadi ibu yang baik dan segalanya berjalan sempurna, bisa jadi ia akan menyalahkan diri sendiri,” kata Psikolog Tatik Imadatus Sa’adati, S.Psi, M.Psi., seperti yang inilah.com kutip dari siaran pers, Jakarta, Selasa, (01/02/2022).

Perlu diketahui, burnout merujuk pada kondisi seseorang merasa terjebak pada rutinitasnya. Kemudian mengalami kelelahan secara mental dan merasa butuh bantuan, hingga sampai pada titik tidak ingin lagi melakukan pekerjaan tersebut. Selanjutnya, seseorang ingin melarikan diri dari situasi yang dihadapinya.

Burnout berbeda dengan stres. Stres yang negatif atau dikenal dengan distress akan membuat produktivitas seseorang menurun,” kata Tatik Imadatus Sa’adati saat live melalui akun instagram @teman_parenting.

Bentuk yang paling ekstrem dari menyalahkan diri sendiri adalah melakukan self harm atau menyakiti diri sendiri.

“Bahkan, bisa berkembang menjadi keinginan untuk menyakiti bayinya sebab merasa itulah yang menjadi sumber kelelahannya, lalu berujung pada menghilangkan nyawa sendiri atau nyawa sang Bayi,” tambahnya.

Buat baterai emosi kembali stabil

Psikolog yang biasa disapa Ima mengungkapkan, normal apabila sekali waktu ibu merasa lelah, sedih, butuh orang lain, atau ingin me time.

“Terbukalah dengan support system ketika membutuhkan bantuan atau atur strategi dengan pasangan, apa yang bisa dilakukan agar tidak sampai burnout,” paparnya.

Tips mengatasi burnout pada orang tua

Saat merasa burnout, yang pertama bisa dilakukan adalah rehat sejenak dari situasi tersebut.

Mintalah orang lain untuk menggantikan peran ibu untuk sementara waktu dalam mengasuh si Kecil.

Kemudian, lakukan sesuatu yang pasti akan membuat ibu senang dan membuat baterai emosi kembali stabil.

“Misalnya, ibu merasa lebih baik ketika dipeluk oleh suami, maka jangan ragu untuk minta dipeluk suami. Terkadang, perlu juga untuk tidak melakukan apa pun alias bermalas-malasan saja. Seberapa lamanya, tergantung kebutuhan sang Ibu,” tambahnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button