Kanal

‘Jam Kiamat’ Diputar Lebih Cepat, Ancaman Perang Nuklir Kian Dekat?

Konflik dunia makin meruncing. Jika sebelumnya hanya melibatkan Rusia dan Ukraina kini melibatkan Amerika Serikat dan sekutunya. Keduanya sudah saling mengintip kekuatan dan menunggu kesempatan. Potensi penggunaan senjata nuklir pun menyeruak. Tak heran ‘Doomsday Clock’ atau ‘Jam Kiamat’ diubah makin cepat.

Sebuah organisasi bernama Bulletin of the Atomic Scientist mengatur ulang ‘Jam Kiamat’ pada Selasa (24/1/2024). Para ahli itu mengubah jarum ‘Jam Kiamat’ lebih cepat menjadi 90 detik menuju tengah malam. Waktu yang semakin mendekati tengah malam ini diyakini menandakan hari kiamat semakin dekat. Ini merupakan pengaturan ulang ‘Jam Kiamat’ pertama sejak tiga tahun terakhir. Saat itu, para ahli menempatkan jarum jam 100 detik menuju tengah malam.

Mungkin anda suka

Kelompok Science and Security Board (SASB) dari organisasi itu setiap tahun memang selalu mengatur ‘Jam Kiamat’. Benda itu berfungsi sebagai indikator bencana global yang diakibatkan oleh tangan-tangan manusia. SASB sendiri mendeklarasikan diri sebagai ‘kelompok terpilih dari para pemimpin yang diakui secara global dengan fokus khusus terhadap risiko nuklir, perubahan iklim, dan disrupsi teknologi’.

Mengutip Anadolu Agency, pengaturan ulang risiko akan ‘kiamat dunia’ itu dilakukan lantaran meningkatnya bahaya atas perang Rusia versus Ukraina. Organisasi tersebut menekankan bahwa konflik di Ukraina yang akan memasuki tahun kedua pada Februari mendatang masih panas dan tak ada yang ingin menyerah.

“Peluang bahwa konflik dapat memburuk pun masih tinggi,” bunyi pernyataan organisasi tersebut. Apalagi, Rusia terus-terusan mengancam akan menggunakan senjata nuklir guna memenangkan perang.

Presiden Bulletin of the Atomic Scientist, Rachel Bronson, menuturkan pengaturan ulang Jam Kiamat ini juga merujuk pada peningkatan ancaman bahaya setelah Presiden Vladimir Putin berulang kali mewanti-wanti bahwa Rusia siap menggunakan senjata nuklir dalam perang di Ukraina.

“Ancaman terselubung Rusia untuk menggunakan senjata nuklir mengingatkan dunia bahwa eskalasi konflik karena kecelakaan, niat atau salah perhitungan adalah risiko yang mengerikan,” kata Rachel Bronson di Washington.

Kekhawatiran akan ‘kiamat dunia’ itu sendiri merujuk pada aksi di sekitar reaktor nuklir Chernobyl dan Zaporizhzhia, yang keduanya terletak di Ukraina. Chernobyl pernah menjadi lokasi kecelakaan nuklir hebat pada 1986 sementara Zaporizhzhia merupakan fasilitas tenaga nuklir terbesar di Eropa dan di antara 10 fasilitas terbesar lainnya di dunia yang saat ini di bawah kendali Rusia.

Kondisi konflik Rusia-AS

Konflik di Ukraina yang akan memasuki tahun kedua pada Februari mendatang memang masih memanas dan keduanya tak ada tanda-tanda ingin menyerah. Keterlibatan AS dan sekutunya dengan memberikan bantuan militer termasuk yang terakhir tank tempur ke Ukraina makin memanaskan situasi.

The Wall Street Journal melaporkan pada Selasa (24/1/2023) bahwa pemerintah AS bersiap mengirimkan sejumlah besar tank M1 Abrams ke Ukraina. Kebijakan ini akan menjadi bagian dari kesepakatan dengan Jerman, yang mencakup pengiriman sejumlah kecil tank Leopard 2 ke Kiev oleh Berlin.

Surat kabar Politico melaporkan bahwa AS dapat mengirim setidaknya 30 tank M1 Abrams ke Ukraina sebagai bantuan militer. Surat kabar itu menyatakan bahwa pengumuman tentang pengiriman tank dapat dilakukan akhir pekan ini, dan peralatan akan dibeli dari kontraktor daripada diambil dari stok AS yang ada.

Sebelumnya, Der Spiegel Jerman melaporkan bahwa Scholz telah memutuskan untuk memasok Ukraina dengan setidaknya satu kompi tank Leopard 2. Selain itu, juga akan menyetujui pasokan serupa senjata buatan Jerman dari negara lain, khususnya Polandia. Pemerintah Jerman secara resmi telah meminta izin penyerahan tank Leopard buatan negaranya ke Ukraina pada Selasa lalu.

Gencarnya turut campur AS dan sekutunya memberikan bantuan militer terhadap Ukraina membuat Rusia dan sang pemimpinya Vladimir Putin geram. Rusia pun tak mau kalah gertak, mulai memancing-mancing AS. Metro melaporkan, dua kapal tempur andalan Kremlin dikabarkan mendekati wilayah perairan AS sebagai langkah unjuk kekuatan militer. Bahkan Vladimir Putin ikut melepas keberangkatan kapal tempur tersebut pada 4 Januari 2023 lalu.

Kapal tempur Fregat bernama Gorshkov telah diawasi secara ketat oleh kapal-kapal NATO (North Atlantic Treaty Organization) dalam pelayaran perdananya. Bahkan, penyelidik NATO menemukan kapal itu dipersenjatai dengan rudal Zircon berkecepatan 6.670 mph yang memiliki jangkauan 625 mil. Situs pemantauan radar menunjukkan Gorshkov, yang baru-baru ini dibuntuti oleh angkatan laut Portugis, melakukan pengalihan tak terduga di Atlantik.

Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov mengatakan bahwa angkatan bersenjata Rusia akan menghancurkan tank M1 Abrams buatan AS dan peralatan militer NATO lainnya jika benar dipasok ke Ukraina. “Jika keputusan untuk mentransfer M1 Abrams ke Kiev dibuat, tank Amerika tanpa ragu akan dihancurkan seperti semua sampel peralatan militer NATO lainnya,” ucapnya.

Mantan penasihat Menteri Pertahanan di era Donald Trump, Kolonel Douglas Macgregor mengatakan AS meyakini bahwa pemerintah Kiev, Ukraina akan segera dikalahkan. Namun sebenarnya pasokan tank yang dikirim negara-negara sekutu ke Ukraina hanya untuk memperpanjang penderitaan.

“Ukraina pasti akan kalah, dan mereka (pemerintah AS) mencoba untuk mencari tahu bagaimana kita memperpanjang penderitaan,” katanya. Menurut dia, AS mendorong Eropa, termasuk Jerman, untuk melakukan tindakan yang dapat dianggap sah di manapun di dunia sebagai tindakan perang melawan Rusia.

Potensi perang nuklir

Kremlin menyalahkan AS dan Aliansi NATO sebagai dalang yang menyebabkan dunia semakin dekat menuju akhir zaman. Juru bicara Kantor Kepresidenan Rusia Kremlin, Dmitry Peskov, pada Rabu (25/1/2023) mengatakan tidak ada prospek detente atau pengurangan permusuhan antara Rusia dan Barat jika melihat garis yang dipilih oleh NATO di bawah kepemimpinan AS.

“Situasi secara keseluruhan benar-benar mengkhawatirkan,” kata Pescov. “Ini membebankan kewajiban kepada kami agar sangat berhati-hati, waspada, dan mengambil tindakan yang tepat,” ucapnya mengutip Reuters.

Vyacheslav Volodin, juru bicara Duma yang merupakan majelis rendah parlemen Rusia memperingatkan bahwa dukungan AS dan NATO terhadap Ukraina akan membawa dunia ke dalam perang yang mengerikan.

“Jika Washington dan negara-negara NATO memasok senjata yang akan digunakan untuk menyerang kota-kota sipil dan berusaha merebut wilayah kami, seperti yang mereka ancam, ini akan mengarah pada tindakan pembalasan dengan menggunakan senjata yang lebih kuat,” kata Volodin di aplikasi perpesanan Telegram.

Tidak diketahui apa yang akan dilakukan Rusia, namun banyak yang khawatir jika ancaman tersebut berkaitan dengan penggunaan nuklir. Namun Presiden Vladimir Putin telah berulang kali mengancam akan menggunakan persenjataan nuklirnya dalam upaya mencegah AS dan sekutunya mendukung Ukraina.

“Ketika integritas teritorial negara kami terancam, kami pasti akan menggunakan semua cara yang kami miliki untuk melindungi Rusia dan rakyat kami. Ini bukan gertakan,” tegas Putin dalam sebuah kesempatan.

Ancaman Putin ini, menurut Presiden AS Joe Biden bukanlah sebuah gurauan. Ia mewanti-wanti terhadap meningkatnya risiko ‘kiamat’, menyusul ancaman Rusia menggunakan senjata nuklir atau biologi dalam perang di Ukraina ini. “Kita belum pernah menghadapi ancaman kiamat sejak Presiden John F. Kenney dan krisis Kuba,” imbuhnya.

Bagamana jika Rusia jadi menggunakan senjata nuklirnya? Tentu akan membuat dilema bagi AS dan sekutunya untuk meresponsnya. Jika dilawan dengan serangan balik nuklir tentu akan menjadi bencana besar bagi dunia. Tak hanya kehancuran di negara-negara yang terlibat perang tetapi juga berdampak kepada seluruh dunia. Tak hanya hari ini tapi juga akan terasa sampai anak cucu kelak.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button