Market

Dalam Proses Pemulihan, Luhut Berterima Kasih ke John Kerry dengan Pencairan Dana Pertamina

Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan sudah mulai bisa membahas tema-tema berat rupanya. Padahal pekan lalu beredar rekaman video sedang belajar berjalan dalam proses pemulihan di Singapura.

Menko Luhut bercerita soal urusan negara terhadap tamu yang menjenguknya seperti saat menerima kunjungan Special US Presidential Envoy for Climate, John Kerry. Dalam keterangan resminya, Luhut bercerita tentang dana milik PT Pertamina sebesar US$300 juta yang setara dengan Rp4,7 triliun bila berasumsi kurs Rp15.680 per dolar AS). Dana tersebut ternyata nyangkut di Venezuela sekitar 4 tahun lamannya tanpa bisa digunakan BUMN pertambangan tersebut.   

Dalam pertemuan santai tersebut, keduanya membahas potensi besar Indonesia dalam pemanfaatan Carbon Capture Storage (CCS atau penyimpanan penangkapan karbon) di depleted reservoir dan saline aquifer, yang memiliki potensi hingga 400 giga ton dan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi emisi di sektor migas dan sektor lainnya.

“Inisiatif ini dapat menghasilkan dana miliaran dolar yang akan sangat bermanfaat bagi rakyat Indonesia, serta membantu memacu perkembangan teknologi negara kita, sejalan dengan komitmen kita terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan,” kata Luhut dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (11/11/2023).

Luhut juga menyampaikan harapannya untuk diskusi lebih lanjut dan meminta John Kerry agar dapat menghubungi White House Senior Advisor to the President for Energy and Investment, Amos Hochstein, guna membahas kerja sama di bidang mineral kritis.

Pada kesempatan yang sama, Luhut juga menyampaikan rasa terima kasih kepada AS atas pembebasan dana Pertamina sebesar 300 juta dolar AS yang sempat mengendap di Venezuela.

“Kita sebelumnya mengalami kendala karena permasalahan antara Amerika dan Venezuela, yang menyebabkan dana Pertamina tertahan selama hampir 3-4 tahun, dan Amerika telah membantu menyelesaikan hal tersebut,” ungkapnya.

Luhut menambahkan, bantuan ini menandakan hubungan baik dan kepercayaan yang kuat antara Indonesia dan Amerika, yang membuka jalan untuk kerja sama lebih lanjut di masa depan.

Selain bertemu dengan John Kerry, selama masa pemulihannya Luhut juga tetap melakukan serangkaian dialog penting, di antaranya berkomunikasi via telepon dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan juga dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

Dengan Menlu Wang Yi, Luhut menyampaikan rasa apresiasi dan kebahagiaan Presiden Xi atas peresmian Kereta Cepat Jakarta Bandung yang telah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo secara langsung beberapa waktu yang lalu.

Luhut menyampaikan kegembiraannya atas peresmian Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) yang saat ini begitu ramai digandrungi masyarakat.

“Rata-rata penumpang harian Kereta Cepat Whoosh saat ini mencapai hingga 18 ribu, dengan peningkatan jadwal perjalanan sejalan dengan bertambahnya minat masyarakat menggunakan kereta cepat,” terangnya.

Sementara itu, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong membuka peluang kerja sama di bidang kesehatan antara Singapura dan Indonesia, termasuk rencana pembangunan ekosistem kesehatan di Bali yang serupa dengan Singapura.

“Di Bali, kita punya RSUP Sanglah. Tugas kita adalah melatih SDM dan management-nya. Ini membutuhkan waktu sekitar tiga sampai lima tahun, jadi kita harus segera memulainya. Kerja sama dengan Singapura dalam membangun ekosistem kesehatan yang berkualitas akan sangat bermanfaat,” kata Luhut.

Nah, untuk menindaklanjuti hal tersebut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin bersama Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo akan bertemu dengan Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung untuk meninjau fasilitas kesehatan di Singapura yang akan dijadikan benchmark atau tolok ukur.

Back to top button