News

Israel tidak Mampu Cegat Drone Hizbullah, Netanyahu Marah Siap Balas


Media Israel menyoroti ketidakmampuan sistem anti-udara Israel untuk mendeteksi dan mencegat drone Hizbullah. Peristiwa ini membuat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Netanyahu marah dan siap melakukan tindakan sangat tegas di Israel utara.

Serangan yang berasal dari operasi Hizbullah terhadap pertemuan militer Israel di pemukiman Elkosh sangat parah. Bahkan media Israel menganggapnya sebagai insiden paling serius di front utara sejak awal pertempuran. Ini mengingat lokasinya jauh dari perbatasan dengan Lebanon dan luasnya kerugian yang ditimbulkan dari serangan Hizbullah tersebut.

Bahkan muncul seruan untuk melakukan penyelidikan atas kegagalan Angkatan Udara Israel dalam mendeteksi dan mencegat drone Hizbullah. Operasi Elkosh yang dilakukan Hizbullah, menurut koresponden Channel 14 Israel dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan baik. Koresponden itu menyebut Hizbullah tampaknya meningkatkan serangannya.

Sebelumnya, Perlawanan Islam di Lebanon itu menyerang situs militer Israel yang baru didirikan di dekat perbatasan Palestina-Lebanon, membunuh dan melukai beberapa perwira dan tentara. Menurut Unit Media Militer Perlawanan, Angkatan Udara tak berawak Hizbullah meluncurkan segerombolan drone bunuh diri ke lokasi militer Israel, yang menurut mereka terletak di Elkosh, barat laut Safad yang diduduki.

Menurut informasi yang dapat dipercaya kepada Al Mayadeen, jumlah warga Israel yang tewas dalam operasi Elkosh yang dilakukan Hizbullah mencapai tiga orang. Parahnya dampak serangan ini menimbulkan pertanyaan terhadap efektifitas sistem anti-udara Israel.

Hizbullah, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Washington, mengumumkan beberapa operasi pada Rabu (5/6/2024), termasuk serangan peluru kendali yang menargetkan sistem pertahanan udara Iron Dome Israel di Ramot Naftali, sekitar 3 km dari perbatasan. Roket yang ditembakkan dari Lebanon memicu kebakaran besar minggu ini, membakar sebagian besar lahan di Israel utara.

Wakil pemimpin Hizbullah Sheikh Naim Qassem mengatakan kepada Al Jazeera keputusan kelompok tersebut bukanlah untuk memperluas perang tetapi akan berperang jika perang dipaksakan. Qassem mengatakan front Lebanon tidak akan berhenti sampai perang Gaza berhenti, Al Jazeera mengutip pernyataannya.

Hizbullah, sekutu kelompok militan Palestina Hamas, mengatakan mereka menyerang Israel untuk mendukung warga Palestina yang dibombardir di Gaza. Sebelumnya mereka mengatakan akan melakukan gencatan senjata ketika serangan Israel di Gaza berhenti.

Sistem tidak Berdaya Melawan Drone Hizbullah

Analis militer Channel 13 Israel, Alon Ben David, menyatakan bahwa Israel tidak mampu sepenuhnya mengatasi tantangan drone milik Hizbullah. Kelompok militan ini sepertinya telah mempelajari kekuatan dan kelemahan Israel selama delapan bulan terakhir.

Ben David menunjukkan bahwa drone Hizbullah dapat menantang sistem deteksi Israel. Sementara radar darat kesulitan mengidentifikasinya, oleh karena itu, sirene tidak selalu aktif. Dia mencatat bahwa Barat juga gagal menangani drone serupa di Ukraina.

Or Heller, koresponden militer Channel 13 Israel, mengindikasikan bahwa Hizbullah berhasil menargetkan pertemuan sekitar 20 tentara Israel dengan drone, menunjukkan bahwa Angkatan Udara Israel gagal mendeteksi atau mencoba mencegat drone tersebut.

Heller melaporkan bahwa operasi tersebut mengakibatkan setidaknya 11 orang terluka, beberapa di antaranya serius. Ia menambahkan bahwa Angkatan Udara Israel sedang menyelidiki alasan drone Hizbullah tidak terdeteksi dan dicegat serta apakah kelompok Lebanon tersebut menggunakan teknik khusus untuk mengatasi sistem anti-udara Israel.

Netanyahu Siap Balas

Sementara itu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Rabu (5/6/2024) bahwa Israel siap mengambil tindakan yang sangat tegas di Israel utara. Ia mengatakan akan memulihkan keamanan “dengan cara apa pun” di wilayah yang menjadi sasaran Hizbullah yang didukung Iran selama berbulan-bulan.

Konflik antara Hizbullah dan Israel, yang terjadi bersamaan dengan perang Gaza, semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir, menambah kekhawatiran bahwa konfrontasi lebih luas dapat terjadi antara kedua musuh bersenjata lengkap.

“Siapa pun yang berpikir bahwa mereka dapat merugikan kami dan kami akan berdiam diri adalah kesalahan besar. Kami siap melakukan tindakan yang sangat tegas di wilayah utara,” kata Netanyahu saat mengunjungi wilayah tersebut. “Dengan satu atau lain cara, kami akan memulihkan keamanan di wilayah utara.”

Pertempuran tersebut – yang merupakan permusuhan terburuk antara Hizbullah dan Israel sejak kedua negara berperang pada tahun 2006 – telah memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka di kedua sisi perbatasan.

Serangan Israel telah menewaskan sekitar 300 pejuang Hizbullah di Lebanon dan sekitar 80 warga sipil tewas, menurut penghitungan Reuters. Serangan dari Lebanon telah menewaskan 18 tentara Israel dan 10 warga sipil, kata Israel.

Israel akan Kalah Perang dari Hizbullah Sejak Hari Pertama

Dalam konteks terkait, Mayor Jenderal (Res.) Giora Eiland, mantan kepala Dewan Keamanan Nasional Israel, mengatakan kepada Channel 12 Israel bahwa Israel tidak memiliki kemampuan untuk mengalahkan Hizbullah dan menghancurkan ratusan ribu rudal dan drone miliknya. Eiland berpendapat bahwa jika Israel menyatakan perang terhadap Hizbullah, maka Israel akan kalah perang sejak hari pertama.

Ia menekankan bahwa Hizbullah memiliki kapasitas yang sangat tinggi untuk melanjutkan perang. Ia memperingatkan bahwa ketidakmampuan untuk menghancurkan rudal dan drone akan menyebabkan kekalahan yang mengerikan bagi Israel. Ia khawatir seluruh lini internal Israel, termasuk infrastruktur, akan lumpuh total. 

Israel Hadapi Drone Perlawanan Jenis Baru

Charles Abi Nader, analis keamanan dan militer Al Mayadeen, menyatakan bahwa pendudukan Israel sedang menghadapi drone jenis baru yang diluncurkan oleh Perlawanan. Ia menegaskan bahwa operasi Elkosh menandai titik penting, yang menunjukkan ketidakmampuan pendudukan Israel untuk melindungi pangkalan dan pasukannya di kedalaman 7 hingga 8 km. Abi Nader menekankan bahwa situs-situs militer Israel yang baru didirikan akan mudah diserang oleh Perlawanan meskipun lokasinya berada di wilayah tidak terlihat. 

Sementara itu, koresponden Al Mayadeen di Lebanon selatan, Abbas Sabbagh, mengatakan bahwa drone Hizbullah telah menjadi mimpi buruk baru bagi pendudukan Israel. Ia mencatat bahwa sebagian besar operasi Hizbullah yang melibatkan drone satu arah tidak memicu sirene di pemukiman Israel.

Back to top button