Market

Gaduh Investasi Anak Usaha TLKM, Eks Menteri SBY Sebut Hubungan Pemilik Saham GOTO dengan Pejabat Negara

Eks menteri di era SBY yang kini menjabat Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan, mencium kuatnya conflict of interest dari aksi beli saham GOTO oleh Telkomsel, anak usaha PT Telkom (Persero) Tbk, senilai US$370 juta, atau setara Rp5 triliun.

Politisi Partai Demokrat ini, menduga ada hubungan erat antara pemilik saham GOTO dengan pejabat sektor BUMN. Karena, investasi yang dilakukan Telkomsel menggunakan uang rakyat, ketika terjadi kerugian maka harus diusut aparat penegak hukum.

“Telkomsel suntik GOTO hingga Rp5 triliun yang notabene uang rakyat. Kita melihat adanya potensi konflik kepentingan di dalam persoalan ini. Bagaimana tidak, pemilik saham besar GOTO adalah lingkaran keluarga dari beberapa nama pejabat pemerintahan di negeri ini. Sehingga banyak masyarakat yang bertanya-tanya,” ungkap Syarief dikutip Inilah.com, Kamis (18/5/2022).

Kata anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini, baik Telkomsel atau Telkom perlu menjelaskan pertimbangan ekonomi memborong saham GOTO hingga Rp5 triliun, yang nilainya sempat merosot sekitar 43% dibandingkan harga saat penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO).

Saat IPO. per lembar saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dibanderol Rp338 per lembar. Sempat naik ke level Rp382 pada hari pertama perdagangan 11 April 2022. Selanjutnya pada Jumat (13/5/2022) saham GOTO sempat merosot hingga Rp194 per lembar.

Anjloknya harga saham GOTO ini menunjukkan mungkin tidak adanya perhitungan yang matang atau risk management yang baik dalam investasi yang dilakukan Telkomsel. Harga saham GOTO turun hingga 26,9 persen dari harga pembelian Telkomsel sebesar Rp265,5/lembar.

“Kita bertanya-tanya, apa daya tarik GOTO ini. Sehingga Telkomsel sangat berani berinvestasi hingga triliunan rupiah? Harusnya ini semua dijelaskan secara terbuka dan transparan oleh Telkomsel. Dan, kita dorong diaudit, sampaikan hasilnya ke publik,” tandas mantan Menteri Koperasi dan UKM era SBY ini.

“Ingat, Telkomsel adalah anak perusahaan PT Telkom. Perusahaan ini adalah milik negara sehingga kerugian perusahaan akibat kebijakan yang salah, masuk kategori merugikan negara. Harus diusut,” tegasnya.

Sementara, pengamat pasar modal, Yanuar Rizky menegaskan, OJK perlu melakukan pemeriksaan ke arah penyidikan atas transaksi Telkomsel beli saham GOTO, sesuai UU Pasar Modal. Terkait akuisisi perusahaan terbuka oleh perusahaan tertutup atau backdoor listing GOTO oleh Telkomsel yang berdampak kepada pemeang saham TLKM.

Mantan komisaris independen PT Pupuk Indonesia (Persero) ini, mengatakan, Telkomsel dengan pemegang saham pengendalinya TLKM. Dan, TLKM dengan pengendalinya secara hukum adalah Menteri BUMN. “Tidak usah pake database afiliasi sampai lapis ke-7, karena kasat mata. Komut GOTO dan Meneg BUMN adalah afiliasi karena hubungan keluarga,” tegas Yanuar, dikutip dari akun Twitter @panca66.

Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga buru-buru menjelaskan aksi bisnis Telkomsel yang sempat tekor karena berinvestasi di GoTo. alhasil, Telkomsel harus mencatatkan kerugian yang belum terealisasi, atau unrealized loss miliaran rupiah.

Arya menjelaskan, harga saham GoTo mulai merangkak naik pada hari ini, Kamis, 18 Mei 2022. Mengutip RTI Infokom, saham GOTO melonjak 12,9 persen ke level Rp280 per saham pada penutupan sesi I. “Dengan harga sekarang maka Telkomsel yang investasi di GoTo sudah untung lagi,” ungkap Arya.

Namun, Arya mengakui Telkomsel sempat rugi ketika harga saham GoTo turun beberapa waktu lalu. Meski begitu, Arya menjelaskan bahwa investasi Telkomsel bersifat jangka panjang, bukan trading atau jangka pendek.

“Ini menunjukkan supaya para pengamat politik itu ya mulailah belajar bisnis, belajar namanya market, bahwa namanya orang investasi apalagi investasinya jangka panjang bukan sekadar naik turun saham tapi harus dilihat bagaimana bisnis yang dibangun oleh atau dimasuki oleh Telkomsel,” papar Arya.

Menurut dia, sebaiknya jangan langsung menyatakan bahwa Telkomsel rugi berinvestasi di GoTo hanya karena harga saham jeblok. Sebab, untung dan rugi bukan hanya dilihat dari pergerakan saham. “Apalagi Telkomsel bukan trading saham, tapi memang berinvestasi di sana (GOTO). Sudah untung nih, yang kemarin teriak rugi, mana dong,” ujar Arya Mahendra Sinulingga yang juga menjabat Komisaris Telkom. [ikh]

 

 

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button