Market

Inilah Saham-saham Pilihan Senin, 4 April 2022

Secara grafik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih membentuk tren bullish dengan terus coba mencatatkan rekor tertinggi baru sepanjang sejarah Busa Efek Indonesia (BEI). Inilah saham-saham pilihannya.

Pada perdagangan Jumat (1/4/2022), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir mendarat di zona hijau 7,318 poin (0,10%) ke posisi 7.078,760. Pencapaian tersebut setelah indeks mencapai level tertingginya sepajang sejarah sebelumnya di 7.099,302 atau menguat 27,860. Sementara terendahnya di 7.040,491 atau melemah 30,951.

Mungkin anda suka

Pengamat dan praktisi pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, banyak faktor yang berpengaruh ke bursa saham.

“Sebenarnya, banyak isu yang memengaruhi pasar. Salah satunya (pertama) adalah sebagian pelaku pasar yang masih wait and see dan fokus ke situasi perang Rusia-Ukraina yang hingga saat ini belum ada kejelasan (damai),” katanya kepada Inilah.com di Jakarta, Jumat (1/4/2022) sore.

Menurut dia, faktor perang telah membuat laju IHSG tersendat-sendat. “Jika IHSG berlanjut naik, khawatir perang juga berlanjut sehingga laju indeks jadi tertahan. Kemungkinan itu selalu ada,” ujarnya.

Jika diasumsikan Rusia-Ukraina mencapai kesepakatan damai, menurut Irwan, bukan mustahil terjadi keramaian baru di bursa dengan munculnya optimisme baru tersebut.

“Walaupun saya agak sedikit tidak begitu yakin, tidak semudah itu, karena negosiasinya butuh waktu panjang,” timpal dia.

Momentum Ramadan dan Lebaran

Kedua, sentimen positif dari momentum memasuki bulan Ramadan. “Pada awal-awal bulan suci, biasanya perdagangan saham cenderung sepi dan ramai jelang libur Lebaran. Kalau marketnya bagus, biasanya akan ada tarikan ke atas satu kali sebelum libur,” ujarnya.

Apalagi, kata dia, sekarang, libur Lebaran hampir normal dengan syarat mudik tambahan berupa vaksin booster.

“Tidak seperti dua tahun terakhir yang pembatasannya sangat ketat. Ini membuka akses awal untuk mudik sehingga diharapkan ekonomi akan menular ke daerah-daerah,” papar Irwan.

Kondisi tersebut bakal berdampak positif terhadap ekonomi makro Indonesia. “Ini jadi katalis untuk saham-saham perbankan. Siklusnya seperti itu,” ungkap Irwan.

Ketiga, sentimen negatif dari kenaikan harga BBM jenis Pertamax. “Cuman, per 1 April harga Pertamax dinaikkan. Walaupun dari dulu Pertamax selalu naik-turun di setiap dua minggu. Pertamina menahan-nahan sampai lama dan tiba-tiba sekarang naik dari Rp9.000 ke Rp12.500,” tuturnya.

Akan tetapi, lanjut Irwan, masyarakat masih menikmati Pertalite. “Karena itu, kenaikan Pertamax menjadi tidak terlampau masalah karena konsumennya adalah mobil-mobil yang pemiliknya adalah orang mampu,” ucapnya.

Keempat, faktor Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang naik 1% dari 10% menjadi 11% termasuk transaksi saham.

“Ini otomatis akan memicu kenaikan harga-harga. Inflasi April dugaaan saya akan naik, karena beberapa kenaikan seperti PPN, minyak goreng, kenaikan harga minyak juga berpengaruh ke harga-harga,” papar Irwan.

Apalagi, kata dia, harga minyak goreng sudah naik signifikan. Pada saat yang sama, inflasi April akan terdongkrak oleh kenaikan siklus harga-harga saat Ramadan dan jelang Lebaran.

“Di tengah kenaikan inflasi, Bank Indonesia bisa menaikkan suku bunga acuan bisa juga tidak. Ini tergantung situasi terkini. Sebab, bank-bank sentral di dunia trennya sudah mulai menaikkan suku bunga acuan karena inflasi mereka tinggi,” ujarnya.

Sejauh ini, inflasi Indonesia masih terhitung rendah. Tapi, jika ada kenaikan inflasi yang signifikan, suku bunga acuan BI kemungkinan naik. “Ini juga akan berdampak ke saham. Jika suku bunga naik, bursa saham otomatis anjlok,” ucapnya.

Kelima, faktor pencatatan saham perdana PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). “Dalam sepekan ke depan juga ada saham GOTO yang dapat memicu kemarakan tersendiri. Pasar saham dibayang-bayangi oleh banyak hal, mulai dari perang Rusia-Ukraina hingga ancaman inflasi dan kenaikan suku bunga acuan,” ungkap dia.

Arah IHSG Selanjutnya

Menurut Irwan, grafik harian masih memperlihatkan IHSG yang uptrend dengan sangat jelas. Resistance IHSG pun sudah berada di area baru setelah mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah BEI dengan titik tertinggi di 7.099.

Level all time high itu, kata dia, bukan resistance. Sebab, indeks akan coba dan terus mencoba menciptakan rekor. Jika indeks mengalami jenuh beli alias kelelahan dan turun, baru itu menjadi resistance.

“Sekarang, kita belum tahu resistance-nya di mana karena masih di 7.099. Tapi, kalau untuk daily, bisa ini menjadi resistance. Di lain sisi, untuk support berada di 6.930 yang terdekat. Di level ini saat IHSG alami penurunan,” papar dia.

Peluang Sepekan ke Depan

Dalam sepekan ke depan, kata dia, dengan melihat pola kenaikan IHSG dalam dua pekan terakhir yang rata-rata mencapai 100-150 poin, target IHSG berikutnya di 7.150-7.200. Di lain sisi, support masih sama berada di 6.930.

“Jika situasi normal dalam konteks Rusia-Ukraina dan jika ternyata damai, IHSG bisa melejit. Support-nya masih sama jika melihat chart-nya karena support lebih gampang dibaca ketimbang resistance karena berada di area baru,” tuturnya.

Saham-saham Pilihan

Dalam kondisi IHSG bullish, yang naik terlebih dahulu adalah saham-saham bluechip. Hanya saja, untuk posisi saat ini, saham tersebut sudah tidak lagi berada di awal bullish. Sebab, kenaikannya sudah terjadi sejak Januari akhir. “Sudah jalan dua bulan,” katanya.

Hal itu terutama terlihat dari saham-saham perbankan yang saat ini sudah mengalami kenaikan terlebih dahulu jika melihat grafiknya.

“Kemungkinan, sektor ini sudah mengantisipasi recovery ekonomi duluan. Pandemi cenderung melunak dan pelan-pelan masuk ke fase endemi,” ucapnya.

Saham-saham Perbankan

Pilihan saham bluechip adalah di perbankan (banking). “Tapi saat ini sudah tidak murah. Secara valuasi sudah inline dengan fundamentalnya. Kalaupun berharap naik, tidak banyak,” tegas dia.

Saham-saham pilihannya adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).

Riding the bull saja untuk saham-saham itu. Jadi, ikutin bullish-nya saja. Nebeng, di-hold saja,” saran Irwan.

Hati-hati di Saham BBTN

Untuk saham BBTN agak sedikit hati-hati karena fokus di segmen perumahan. Sektor properti belum memberikan tanda-tanda recovery yang solid. Sebab, di lapangan kebanyakan pengembang masih menghabiskan stok lama.

“Tidak ada euforia properti. Kalau ada euforia, saham-saham proerti ikut terdongkrak seperti 2012 yang euforianya tinggi,” ujarnya.

Lirik Saham-saham Second Liner

Jika saham-saham bluechip sudah mentok, mulailah lirik saham-saham second liner (lapis kedua) yang belum bergerak karena biasanya mendapat giliran untuk naik.

“Jika saham bluechip belum selesai mencapai perkiraan targetnya atau titik jenuhnya, masih bisa nebeng di saham-saham bluechip dalam kategori tersebut,” papar Irwan.

Ia menyarankan para pemodal untuk memecah portofolio, sebagian di blucehip dan sebagian di second liner.

“Kenaikan secondliner biasanya lebih besar potensi profit-nya. Tapi, harus hati-hati. Pilih second liner yang perusahaannya jelas,” ungkap dia seraya mewanti-wanti.

Saham-saham Pertambangan

Saham-saham di sektor pertambangan sedang bulish, terutama batu bara karena harga minyak mentah dunia yang sedang tinggi. “Ini bisa dimainkan berdasarkan chart-nya. Jika turun, beli saja,” ujarnya.

Meski begitu, Irwan menyarankan untuk tetap hati-hati, dengan memperhatikan apakah harga minyak stabil di kisaran tinggi saat ini atau melorot. “Saya duga kecil kemungkinan melorot dalam waktu cepat,” tukasnya.

Sebab, orang-orang secara global sudah haus jalan-jalan. “Apalagi, sudah mau masuk musim panas atau summer,” ujarnya.

Sementara khusus untuk saham-saham berbasis nikel terimbas positif dari harga komoditas ini di pasar internasional yang sedang tinggi . Tapi, ini harus dilihat apakah bersifat temporer atau semi-temporer karena faktor perang.

Pada saat yang sama, Indonesia juga membatasi ekspor nikel yang menjadi bahan baku batrei dan mobil listrik. “Jadi, untuk orang yang beli saham nikel untuk jangka panjang juga bisa jadi pertimbangan,” papar dia.

Belum faktor perang yang juga telah memicu kebanyakan alat tempur rusak. Amunisi banyak yang perlu diperbaiki dan dibuat baru.

“Pembelian cadangan amunisi dan segala macam yang berkaitan dengan nikel juga meningkat untuk berjaga-jaga. Banyak yang hancur di Ukraina butuh pembangunan baru. Misalnya, baja-baja juga ada campuran nikel,” papar Irwan.

Saham Sektor Unggas Menarik

Seiring momentum Ramadan dan Lebaran, yang menarik adalah saham-saham sektor unggas termasuk ayam. Pada saham-saham tersebut biasanya terjadi aksi ‘gorengan-gorengan’.

Saham-saham pilihannya di sektor ini adalah PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).

“Biasanya ada sentimen positif itu, boleh saja sedikit berspekulasi short term trading, kali aja ada tarikan ke atas,” ungkap dia.

Chart saham JPFA chart-nya cenderung sideways tapi sudah siap-siap mendobrak ke atas. Ada gejala dengan tentunya dengan target harga di 1.770 dari 1.645 saat ini dengan support di kisaran 1.550.

“Atas-bawahnya sama-sama seratus dari 1.645. Cut loss di 1.550 dan target harga di atas 1.750 di 1.770. Realisasi untung bisa di 1.750 dan 1.770,” kata Irwan.

Sedangkan peluang untuk saham CPIN masih 50:50. “Saham ini sideway tapi agak berat naiknya ketimbang JPFA yang lebih enteng. Butuh gerakan satu kali tarikan ke atas, baru masuk CPIN,” ujarnya.

Akan tetapi, potensi kenaikan saham CPIN terhitung lumayan. “Sekarang kan di 5.675. Kalau mau masuk, cut los di 5.350 dengan target harga lumaya di 6.200-6.500,” ucapnya.

Jadi, kata dia, untuk sentimen jangka pendek dua saham itu menarik karena faktor Lebaran yang jadi sentimen positif untuk emiten ayam. “Saya melihatnya sih seperti itu,” imbuhnya.

Disclaimer: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Inilah.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.

Back to top button