Market

Inilah Saham-saham Pilihan Selasa, 25 Januari 2022

Potensi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Selasa (25/1/2022) ditengarai lebih besar dibandingkan potensi kenaikannya. Menurut analis, pasar masih wait and see terkait kapan tren kenaikan kasus Omicron mencapai puncaknya. Inilah saham-saham pilihannya.

Pada perdagangan Senin (24/1/2022), IHSG ditutup anjlok 71,207 poin (1,06%) ke posisi 6.655,166. Indeks mencapai tertingginya di 6.712 atau melemah 14,111 poin dan terendahnya di 6.645,409 atau melemah 80,964 poin dari posisi pembukaan di angka merah 6.700,822.

Pengamat dan praktisi pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, jika dihitung harian, pelemahan IHSG Senin merupakan sesuatu yang normal. “Salah satunya dipicu oleh kenaikan tren kasus Covid-19 dan varian Omicron,” katanya kepada Inilah.com di Jakarta, Senin (24/1/2022).

Pelaku pasar menantikan (wait and see) seperti apa puncak tren kenaikan kasus Omicron, apakah akan seperti varian Delta dulu atau justru lebih baik. “Saat ini kan tren kenaikan Omicron belum mencapai puncaknya,” ujarnya.

Kasus Omicron di Indonesia terus bertambah. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia total menjadi 1.626 per Senin (24/1/2022). Varian Omicron di Indonesia ini memiliki selisih 151 kasus dibandingkan hari sebelumnya. Secara mingguan, kasus di Indonesia ini tumbuh 113,03%.

Dalam situasi wait and see, kata dia, bisa saja sebagian pelaku pasar yang sudah lumayan untung merealisasikan profit-nya. Yang posisi portofolionya terlalu banyak, juga melakukan pengurangan terlebih dahulu terutama untuk pelaku pasar yang konservatif. “Mereka mengambil tingkat keamanan yang konservatif,” ucapnya.

Apalagi, kata Irwan, posisi IHSG saat ini sebenarnya sedang berada di area puncak sehingga wajar pasar melakukan aksi profit taking.

Arah IHSG Selasa, 25 Januari 2022

Arah IHSG Selasa ini, menurut dia, masih tergantung pada pergerakan indeks Dow Jones. Namun, peluang kenaikan dan penurunan IHSG masih 50:50 dengan kecenderungan melemah.

“Pasar masih menunggu tren kenaikan Covid-19 ini mentok. Jika tren kenaikannya berkurang atau bahkan melandai, pelaku pasar akan mulai kembali mengakumulasi saham. Saat ini pasar khawatir, Omicron merebak di luar dugaan,” ungkap Irwan.

Selain itu, kata dia, pasar juga mempertimbangkan kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan terjadi pada Maret 2022 untuk pertama kalinya. “Ini memungkinkan peralihan dana atau capital outflow yang kembali masuk ke AS. Ini menjadi salah satu yang diperhitungkan juga oleh pelaku pasar,” tuturnya.

Dengan melihat daily chart -nya, IHSG masih terhitung sideways pada kisaran 6.450-6.750 dalam empat bulan terakhir. “Pergerakannya masih bolak-balik di kisaran tersebut,” kata dia.

Dari grafik harian, level terendah pada Jumat (21/1/2022) pekan lalu merupakan salah satu support di 6.600 dan berikutnya di 6.530. Sementara level resistance-nya merupakan level tertinggi Senin (24/1/2022) di 6.712 dan disusul puncaknya di 6.726.

“Dari sisi chart-nya saya masih menduga peluang turun IHSG lebih besar dibandingkan kenaikannya,” ungkap Irwan.

Saham-saham Pilihan dengan Potensi Untung 100%

Irwan menegaskan, jika Omicron akan berakhir seperti Delta yang membentuk titik puncaknya, Februari 2022 merupakan puncak tren bagi Omicron. “Jika tidak separah Delta, di mana rumah sakit penuh dan banyak sekali yang meninggal, maka yang menarik menjadi pilihan adalah saham-saham di sektor konstruksi,” papar dia.

Sebab, yang sedang terpukul hebat sekarang adalah saham-saham di sektor konstruksi. Pada saat yang sama, sektor ini mendapat katalis positif dari momentum pembangunan Ibu Kota Negara yang baru atau IKN. “Gongnya sudah dimulai dan proyek pembangunannya sudah dan terus diproses hingga 2024,” tuturnya.

Oleh karena itu, kata dia, akan ada proyek-proyek baik dari pemerintah maupun swasta nantinya untuk pembangunan ibu kota baru itu yang nilainya mencapai Rp500 triliun dalam beberapa tahun ke depan.

“Saya rasa, saham-saham konstruksi bisa diintip-intip untuk investasi jangka menengah panjang dengan time frame 2-3 tahun karena harganya sekarang sudah berada di bawah,” ucapnya.

Terutama, Irwan lebih condong untuk merekomendasikan saham-saham konstruksi BUMN:

  1. PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)
  2. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
  3. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP)
  4. PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT)
  5. PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)
  6. PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP)
  7. PT PP Properti Tbk (PPRO)
  8. PT PP Presisi Tbk (PPRE)

“Serta turunan-turunannya yang sudah IPO dan menginduk ke perusahaan konstruksi tersebut,” ujarnya.

Irwan meramalkan, dalam 2-3 tahun ke depan saham-saham itu berpeluang profit hingga 100%. “Ini merupakan target konservatif. Sebab, potensial upside-nya ke harga puncak saham-sahamnya sebesar 200-300%,” ungkap dia.

Pembangunan IKN sudah resmi disetujui DPR. Tinggal menunggu eksekusi. “Mumpung sekarang harga saham-sahamnya murah menjadi menarik dikoleksi. Selama ada anggarannya, proyek IKN akan jalan terus,” papar Irwan.

Sementara itu, untuk saham-saham tambang, harganya saat ini sedang tinggi-tingginya seiring dengan kenaikan harga komoditasnya. Karena itu, rekomendasinya adalah trading jangka pendek saja untuk saham-saham tambang.

Saham-saham pilihannya di sektor tambang adalah:

  1. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
  2. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)

Hanya saja, kata dia, untuk saham ANTM terkait feronikelnya agak sedikit meragukan dari sisi sentimen fundamentalnya. Namun, untuk jangka menengah, permintaan bahan baku batrei tetap cukup kuat. “Penurunan saham ANTM bisa dilihat sebagai peluang untuk masuk,” tuturnya.

Menurut dia, pasar masih ragu apakah benar bahan baku batrei dari Indonesia akan digunakan untuk mobil listrik. Pasar mempertanyakan apakah batrei mobil akan berubah lagi menjadi hidgrogen sesuai dengan perkembangan teknologi.

Apalagi pemasok batrei besar untuk mobil listrik tidak mengambil bahan baku dari Indonesia sehingga berdampak pada penurunan saham ANTM.

“Saya rekomendasikan trading pendek saja baik untuk saham PTBA maupun ANTM memanfaatkan technical rebound. Saham PTBA sedang break ke atas karena kenaikan harga batu bara,” imbuhnya.

Disclaimer: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Inilah.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button