Market

Inilah Saham-saham Pilihan Rabu, 6 April 2022

Setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tinggal sejengkal lagi menuju target konservatif 2022 di level 7.200. Inilah saham-saham pilihannya.

Pada perdagangan Selasa (5/4/2022), IHSG ditutup menguat 32,081 poin (0,45%) ke posisi 7.148,299. Indeks mencapai level tertinggi di posisi penutupan tersebut yang merupakan rekor tertinggi baru sepanjang sejarah PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara terendahnya berada di 7.110 atau melemah 6,107 poin dari posisi penutupan hari sebelumnya di 7.116,218.

Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan, IHSG yang terus mencatatkan rekor tertinggi baru karena investor asing yang juga terus mencatatkan akasi beli bersih. “Asing masuk terus dengan mencatatkan net foreign buy hampir tiap hari,” katanya kepada Inilah.com di Jakarta, Selasa (5/4/2022).

Karena itu, lanjut dia, saat investor domestik memberi tekanan turun, investor asing tetap bertahan masuk sehingga IHSG terus naik. “Secara year to date, aksi beli bersih dari investor asing sudah sangat signifikan. Sudah tinggi banget dan membuat IHSG kuat banget,” ujarnya.

Nilai total transaksi kemarin mencapai Rp14,47 triliun. Sementara investor asing mencatatkan pembelian bersih (net foreign buy) saham senilai Rp917,1 miliar. Sepanjang 2022 (year to date), investor asing sudah mencatatkan pembelian saham bersih Rp44,85 triliun.

Salah satu alasan asing, menurut dia, karena Indonesia berbeda dengan negara lain dalam konteks perang Rusia-Ukraina. “Bagi negara lain, perang itu berpengaruh negatif. Untuk Indonesia, karena harga komoditas naik kita diuntungkan dari sisi perang,” papar dia.

Alasan lainnya adalah pemulihan ekonomi Indonesia. Jika melihat dari laporan keuangan perbankan untuk full year 2021 rata-rata mencatatkan kinerja bagus. “Dan ini berlanjut ke kinerja di Januari-Februari 2022. Dua hal itu (faktor perang dan pemulihan ekonomi) terutama ya,” ujarnya.

Lebih jauh ia menjelaskan, dengan penurunan kasus baru COVID-19, seharusnya membuat kinerja emiten kembali normal ke sebelum Pandemi. “Mobilisasi masyarakat saya lihat sudah kembali normal ke sebelum COVID-19 di mana-mana macet, mal juga ramai,” timpal Suria.

Kasus baru COVID-19 semakin turun dan positivity rate-nya juga melandai di level 4%-an di DKI Jakarta. “Jadi, ini kecenderungannya COVID-19 mau selesai. Boleh dibilang begitu. COVID-19 bukan concern utama untuk saat ini,” papar dia.

Ancaman Inflasi terhadap Kinerja Emiten

Namun, jika kondisi tersebut diterjemahkan ke dalam kinerja emiten di kuartal I dan II-2022, ungkap Suria, sangat tergantung pada perkembangan inflasi ke depan. “Yang ditakutkan sekarang adalah kenaikan inflasi setelah pemerintah menaikkan harga BBM jenis Pertamax,” tuturnya.

Di negara-negara lain, inflasi sudah naik. Sementara di Tanah Air, harga BBM jenis Pertalite masih bertahan. “Pertalite tidak naik. Harga-harga juga untuk saat ini belum terlalu terasa kenaikannya di level inflasi 2,64% (year on year) per Maret 2022,” ucapnya.

Pasar masih harus melihat pengaruh kenaikan harga Pertamax terhadap inflasi di April ini. “Walaupun pengaruhnya kepada inflasi masih lebih tinggi Pertalite, yang lain-lain juga harganya berpeluang naik,” ungkap Suria. “Harga bahan baku naik, harga jual juga akan naik.”

Akan tetapi, ia menegaskan, secara umum pemulihan ekonomi di Indonesia sudah terlihat. “Buktinya, kinerja bank-bank besar bagus yang berarti ekonomi nasabahnya juga bagus. Nasabah bank berasal dari berbagai sektor. Jika nasabahnya jelek, kondisi bank juga tidak bisa bagus,” tukasnya.

Arah IHSG Selanjutnya

Menurut Suria, target Samuel Sekuritas untuk IHSG akhir 2022 sebenarnya di level konservatif, yakni 7.200. “Dari 7.148 sekarang, target itu seudah dekat banget,” ujarnya.

Sedangkan analis dan Sekuritas lain, kata dia, lebih optimistis di level 7.500-an. “Untuk turun ke bawah 7.000 dalam kondisi saat ini agaknya sudah bagi IHSG. Sebab, investor asing terus dalam posisi net foreign buy,” katanya.

Padahal, secara historis, kondisi pasar di bulan puasa relatif sepi. “Naik dan turun tidak terlalu banyak, umumnya begitu. Kemungkinan, kalau turun tidak turun banyak,” tuturnya.

Untuk bulan puasa kali ini, level 7.000 sudah menjadi support psikologis yang sangat kuat untuk sementara dengan resistance di 7.200. “Mungkin target saya 2022 ini harus ada revisi,” ucapnya.

Terget 7.200 tersebut mencerminkan proyeksi dari pertumbuhan Earning per Share (EPS) rata-rata 16,6 kali dari IHSG. “Dan sekarang, orang ternyata lebih optimistis. Jika IHSG terus mengalami kenaikan, market kita menjadi tidak murah lagi,” beber dia.

Rangking 1 di Asia

Performa imbal hasil alias return IHSG secara year to date menempati rangking pertama di Asia. “Tahun ini, Indonesia bagus baget. Tahun lalu, enggak seperti ini,” katanya.

Namun, sama seperti saham, jika kinerja bagus pada satu titik apakah indeks akan terus naik. “Ke depannya perlu antisipasi kemungkinan akan adanya koreksi-koreksi terlebih dahulu,” ucapnya.

“Kita enggak tahu juga. Sudah naik bisa saja naik terus, seperti saham BBCA (PT Bank Central Asia Tbk) yang sudah mahal tapi terus mengalami kenaikan.”

Saham-saham Pilihan

Menurut dia, saham-saham masih memberikan peluang kenaikan di tengah pencapaian rekor IHSG. Terutama, untuk saham-saham berbasis komoditas baik emas maupun nikel.

Sementara saham-saham perbankan sedang ‘diam; saat ini, khususnya saham-saham bank berkapitalisasi besar (big bank). “Jika saham-saham bank masih bisa melanjutkan penguatan, efeknya akan lebih besar lagi ke IHSG karena market cap-nya besar,” timpal dia.

Untuk pilihan saham di sektor komoditas emas dan nikel, ia menyodorkan saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Harum Energy Tbk (HRUM). “Untuk INCO (PT Vale Indonesia Tbk) saya rekomendasikan tapi sudah naik. Jadi, rekomendasi beli untuk saham ANTM dan HRUM saja,” ucapnya tadas.

Menanti Saham GOTO di Pasar Sekunder

Sebagian investor juga mungkin menunggu kinerja saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang saat ini masuk masa penawaran. “Sebagian lagi mungkin ada yang masuk ke GOTO. Portofolio bisa dibagi-bagi juga. Ini pasti menyesuaikan jika (pemegang saham penentu gerak) indeks-nya mau masuk ke sektor teknologi,” papar Suria.

Disclaimer: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Inilah.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button