Market

Inilah Saham-saham Pilihan Jumat 14 Januari 2022

Analis memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat (14/1/2022) melaju sideways atau mendatar dengan kecenderungan melemah. Inilah saham-saham pilihannya.

Pada perdagangan Kamis (13/1/2022), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 11,291 poin (0,17%) ke posisi 6.658,356. Posisi tertingginya berada di angka 6.667,941 atau menguat 20,876 poin dan terendahnya 6.626,339 atau melemah 20,726 poin dari posisi pembukaan di angka hijau 6.659,973.

Menurut Pendiri Indonesia Investment Education Rita Efendy, pasar saham domestik belum memiliki katalis yang sangat kuat untuk menguat lebih jauh. Sebab, banyak kebijakan dari pemerintah yang berubah-ubah cepat, seperti domestic market obligation (DMO) dan ekspor batu bara yang dihentikan kemudian diperbolehkan kembali.

Selain itu, ada kebijakan pajak ekspor untuk sejumlah produk nikel. Begitu juga dengan vaksin booster yang awalnya berbayar kemudian berubah menjadi gratis.

“Perubahan kebijakan dalam hitungan hari, itu kadang membuat investor menunggu apakah IHSG akan bertahan atau melanjutkan kenaikan,” katanya kepada Inilah.com di Jakarta, Kamis (13/1/2022).

Rita menegaskan, investor memantau dahulu alias wait and see apakah kebijakan-kebijakan itu berubah lagi atau tidak. “Karena itu, jika IHSG melanjutkan kenaikan dan tidak ada perubahan kembali dalam kebijakan-kebijakan pemerintah, mereka baru akan masuk,” ucapnya.

Selain faktor itu, IHSG juga belum terlalu confirm untuk bullish secara teknikal. Chart memperlihatkan pola indeks yang sideways dengan potensi turun di satu sisi tapi ada juga potensi naik di sisi yang lain.

“Hal ini terjadi sambil menunggu katalis positif untuk mendorong indeks naik. Walaupun, investor asing masih mencatatkan aksi beli bersih (net buy) dalam beberapa hari terakhir,” papar dia.

Kemarin, ada beberapa investor asing yang mengumpulkan beberapa saham big caps, seperti saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Di lain sisi, asing banyak melakukan penjualan  di saham PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT). “Tapi, secara umum tampaknya, investor besar dalam posisi mengumpulkan ‘barang’,” timpal Rita.

Sementara investor ritel, lanjut dia, banyak yang trading jangka pendek karena indikasi pasar yang masih belum jelas. Investor ritel dengan dana jangka pendek cenderung melakukan one day trading atau short term trading yang biasa dikenal scalping atau hit and run.

“Jangka waktu trading mereka sangat pendek dan ini sedang menjadi tren dalam beberapa bulan terakhir. Begitu saham turun sedikit, mereka langsung stop-loss,” tuturnya.

Arah IHSG Jumat 14 Januari 2022

Untuk perdagangan Jumat (14/1/2022), laju IHSG secara teknikal berpeluang sideways cenderung melemah. Sebab, indeks kemarin dibuka di 6.660 dan mencapai level tertingginya di 6.667 tapi tutup di 6.658.

Secara teknikal, lanjut Rita, support IHSG berada di 6.600. “Ada harapan, jika indeks menyentuh support ini, akan kembali naik. Sebaliknya, jika 6.600 jebol, support berikutnya di 6.480 dan 6.600 dapat bertahan, indeks potensial menguat ke resistance 6.915,” paparnya.

Selain faktor teknikal, menurut Rita, kebanyakan pelaku pasar saham merealisasikan keuntungan di hari Jumat untuk posisi net cash. “Pada pekan depan, pasar kemudian melihat bagaimana perkembangannya, seperti ke mana arah IHSG dan berita apa yang lebih positif sehingga dapat mendorong penguatan IHSG. Saat ini, banyak pelaku pasar yang trading dengan patokan news ini,” ungkap dia.

Saham-saham Pilihan

Karena pasar cenderung sideways, menurutnya, memegang saham-saham small caps agak berisiko karena berpeluang mengalami aksi hit and run jika suatu saham naik dan cut loss jika turun. Rita menyodorkan beberapa saham pilihannya:

  1. Saham PT Harum Energy Tbk (HRUM)

Saham HRUM turun signifikan 6% Kamis. Saham ini memiliki support di 9.600 dan layak dipantau apakah dapat bertahan di support tersebut. Jika bertahan, saham ini bisa tutup di 11.800. Selain itu, saham ini juga terangkat oleh kenaikan tajam harga nikel karena faktor berita pajak ekspor nikel di Tanah Air.

  1. Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

Secara teknikal, saham UNVR mengindikasikan kenaikan. Selain itu, sektor konsumen seperti UNVR cenderung lebih defensif dalam situasi pasar yang susah diprediksi.

Laju IHSG sebentar naik dan sebentar turun. Meski tidak ada berita yang terlalu negatif, IHSG dapat terkoreksi turun. Padahal, indeks Hang Seng naik ke 24.600. Begitu juga dengan Dow Jones Future yang menghijau dan bursa regional lainnya.

Nah, saham UNVR cocok untuk investasi jangka panjang. Strateginya, dikawal dengan technical chart. Jika tembus ke atas 4.430, saham ini secara teknikal berpotensi naik ke 4.800 dan stop loss di 4.200.

“Sebaliknya, jika kembali turun ke 4.200, saham ini batal naik dan bisa kembali sideways atau cenderung mengalami penurunan,” kata Rita.

  1. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)

Saham ini cocok untuk investasi jangka panjang bukan untuk trading harian. Secara fundamental, emiten ini memiliki net cash yang dibuktikan dengan aksi buy back oleh perseroan sebelumnya.

Selain itu, SIDO sering membagikan dividen dengan jumlah yang sangat besar. Dividend Payout Ratio-nya mencapai 104%. Emiten ini juga melakukan ekspansi ke luar negeri dengan ekspor.

Secara teknikal, SIDO juga cukup atraktif setelah menembus level tertingginya sepanjang sejarah (all time high). “Kata orang teknikal, kalau break all time high, target berikutnya adalah sky is the limit,” ucapnya.

Dalam situasi pasar saat ini, kata dia, saham SIDO juga terbilang defensif. “Target harga fundametal saham ini berdasarkan konsensus analis berada di kisaran 1.100-1.200,” ujarnya.

Memang, Rita mengakui, di harga 900-an, ‘daging’ saham UNVR tidak terlalu tebal. “Tapi, memegang saham ini lebih nyaman dan aman. Sebab, pergerakan sahamnya tidak terlalu bergejolak,” timpal dia.

  1. Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)

Saham ini menciptakan new low pada Kamis. Tapi, emiten ini berinvestasi di bank digital PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI). Dengan masuknya BUKA ke ekosistem Chairul Tandjung, BBHI menjadi bank dengan ekosistem terbesar karena sudah memiliki Transtudio, Transmart, dan TransTV.

“Masuknya BUKA ke sana akan menjadi katalis positif untuk jangka panjang. Saham BUKA dan BBHI cukup menarik untuk perkembangan ke depannya,” papar dia.

Jika BUKA masuk ke BBHI melalui rights issue dengan harga di bawah dan harga BBHI jauh di atas, maka unrealized profit-nya untuk BUKA sangat tinggi.

Untuk jangka pendek terutama bagi investor ritel, target harga saham BUKA di 480-482. Sedangkan untuk investasi, jika saham ini bisa tembus 450-465 secara teknikal bisa kembali menguat ke 600-an.

Jika Anda beli saham BUKA di harga saat IPO di 850 tanpa adanya BBHI, sekarang dengan harga 400 dan sudah masuk di bank digital, seperti BBHI saham BUKA menjadi lebih menarik. “Untuk stop loss di bisa dilakukan di 322 untuk long term,” ungkap Rita.

Namun, jika disimpan untuk jangka panjang pun juga tak masalah. Sebab, IPO GoTo juga sudah di depan mata dan akan menjadi sentimen positif untuk saham BUKA. Sebab, jika ada satu lagi emiten Unicorn melakukan IPO, pelaku pasar akan membandingkannya.

“BUKA sekian valuasinya sudah terdiskon, lalu GoTo berapa valuasinya sehingga akan menjadi katalis menarik,” tuturnya.

Hal itu, bisa dilakukan investor sambil menunggu kebangkitan saham-saham teknologi. Menurut Rita, jika IPO GoTo berhasil, saham-saham teknologi berpeluang berbalik rebound di mana BUKA merupakan saham teknologi dengan kapitalisasi terbesar ketiga di Bursa Efek Indonesia.

Jika saham BUKA naik, saham PT Elang Mahkota Teknologi Tb (EMTK) juga akan terbawa naik karena emiten ini merupakan salah satu pemegang saham BUKA.

Pada perdagangan kemarin, sebanyak 279 saham menguat, 298 saham melemah, 154 saham stagnan, dan 158 saham tidak ditransaksikan.

Nilai transaksi di pasar reguler mencapai Rp9,36 triliun dan Rp940 miliar di pasar negosiasi. Total transaksi mencapai Rp10,3 triliun. Sementara itu, investor asing mencatatkan pembelian saham senilai Rp3,1 triliun dan penjualan saham senilai Rp2,5 triliun. Alhasil, investor asing mencatatkan nilai pembelian bersih atau net foreign buy senilai Rp587,8 miliar.

Disclaimer: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Inilah.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button