Monday, 01 July 2024

Ini Kronologi Atlet Senam di Depok tak Lolos PPDB Jalur Prestasi

Ini Kronologi Atlet Senam di Depok tak Lolos PPDB Jalur Prestasi


Kisah kurang mengenakkan diterima Cyla (12) atlet senam berprestasi kota Depok yang tidak diterima di sekolah impiannya lantaran gagal lolos Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2024 via jalur prestasi.

Cyla gagal menembus persaingan jalur prestasi di SMP Negeri 3 Depok meski sempat membawa harum nama Kota Depok lewat cabang olahraga gymnastic.

Juara O2SN Tingkat Provinsi 

Medali milik Cyla, atlet gymnastic Depok yang tidak lolos jalur prestasi.

Salah satu prestasi tertinggi yang diraihnya yakni menjuarai Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Sekolah Dasar tingkat Provinsi. Cyla yang mewakili Depok saat itu keluar sebagai pesenam terbaik.

Menerima fakta menyakitkan tersebut, Kartika Anindita, orang tua Cyla, tak mampu menyembunyikan perasaan kecewanya.

Kronologi Cyla tidak Lolos Jalur Prestasi

Dalam wawancara ekslusifnya dengan Inilah.com, Sabtu (29/06/2024), Kartika menceritakan awal mula anaknya tidak diterima oleh sekolah negeri setempat.

“Jadi sehabis juara O2SN itu guru-guru di sekolah Cyla sudah saranin untuk lanjut ke jenjang SMP, pretasi itu bisa dipakai untuk masuk ke sekolah mana saja di Depok, tinggal langsung tunjuk. Karena ini poinnya bakal dihitung tinggi kalau lewat jalur prestasi. Apalagi kejuaraan ini berada di bawah Kemendikbud langsung,” ujar Kartika.

Singkat cerita, ketika lulus dari sekolah dasar, Kartika tidak langsung mendaftarkan sang anak via jalur prestasi ke SMP Negeri 3 Depok. Cyla lebih dulu mendaftar lewat jalur zonasi ke sekolah yang berada tak jauh dari rumahnya.

(Foto: Medali O2SN yang diraih Cyla, atlet Depok yang tidak lulus jalur prestasi. Dokumentasi: Inilah.com)

Nahasnya, sang putri tidak lolos jalur zonasi. Alhasil Cyla harus memanfaatkan jalur prestasi dan dia memilih mendaftar ke SMP Negeri 3 Depok.

Berbekal sertifikat kejuaraan O2SN tingkat Provinsi yang memiliki bobot cukup tinggi senilai 21 poin, Kartika cukup percaya diri sang anak mampu menembus sekolah impiannya.

Setelah melakukan pendaftaran, Cyla kemudian diminta untuk melalukan uji kompetensi di sekolah sebagai salah satu rangkaian dari penerimaan siswa jalur prestasi.

Kartika menyebut, saat itu Sekolah membatasi hanya ada 11 dari 40 orang yang nantinya akan diterima melalui jalur siswa berprestasi untuk tahun ajaran 2024/2025.

“Uji kompetensi waktu itu dilakukan tertutup, itu dilakukan dari pagi sampai siang. Panitia waktu itu bilang hasil lolos atau tidaknya bisa diterima besok. Saya waktu itu sudah cukup yakin, karena anak saya punya sertifikat yang bobotnya cukup bagus, masak enggak dapat kan,” katanya.

Sayangnya, saat hari pengumuman, putri Kartika dinyatakan tidak lolos lantaran berada di urutan ke-12. Namun, Kartika menaruh curiga, lantaran para siswa atau siswi beprestasi yang diterima di sekolah tersebut, justru memiliki bobot sertifikat yang lebih rendah ketimbang sang anak.

“Saya kaget, ternyata posisi 1-11 itu bobot sertifikatnya yang paling tinggi 16 loh skornya. Sedangkan anak saya sertifikatnya itu punya skor 21. Saya ingat banget panitia PPDB ngomong begini acuan utama diterima atau tidaknya itu berdasarkan dari skor sertifikat. Jadi kalau uji kompetensi hanya melihat kemampuan sang anak,” kata Cyla.

Yang lebih membuat Kartika geleng-geleng kepala yakni siswa yang diterima PPDB bahkan ada yang hanya punya prestasi setingkat Kecamatan, dengan boboin sertifikat 2,5 poin.

“Dari situ saya kaget dan coba sayangin sekolah, mana tau anak saya ada yang kurang dalam uji kompetensi dan lain-lain. Takutnya pelaksanaan uji kompetensi terutama cabor senam tidak ideal di sekolah, dan saya coba tawarkan di hall tempat Cyla biasa latihan. Mengingat kalau anak yang senang renang, itu di kolam renang kan,” paparnya.

Prestasi Dianggap tidak jadi Prioritas di Sekolah 

(Foto: Cyla saat menaiki podium juara 1. Dokumentasi: Pribadi)

Namun demikian, Kartika justru mendapatkan jawaban yang tidak terduga dari pihak sekolah. Mereka menyatakan bahwa prestasi Cyla memang berbobot tinggi, namun cabor gymnastic tidak menjadi prioritas sekolah.

“Sekolah memprioritaskan cabor-cabor yang umum, kayak sepak bola dan basket. Dan sering ada pertandingannya di kota Depok. Saya tahu di Depok jarang ada atlet senam, tapi anak saya ini sudah mau mewakili Depok juga di Porprov Jawa Barat 2026 nanti,” kata Kartika.

Kartika pun terpukul lantaran, informasi seperti itu tidak pernah ia dapatkan sebelum mendaftarkan sang anak ke sekolah yang ia inginkan. Ia juga tidak mengetahui adanya pengkotakan cabang olahraga pada jalur prestasi PPDB 2024.