Market

Indonesia Tersengat Resesi, Begini Kata Menko Airlangga

Kamis, 12 Jan 2023 – 08:09 WIB

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto jelaskan revisi PP 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/1/2023). (Foto: Tangkapan layar YouTube Setpres RI).

Beberapa waktu lalu, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) meramalkan, sepertiga negara di dunia bakal terseret pusaran resesi. Bagaimana nasib Indonesia?

Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto optimis masih aman. Alasannya, kinerja ekspor Indonesia pada 2023, diyakini tetap bergerak positif. Surplus neraca perdagangan, berpotensi tetap terjadi di tengah ancaman resesi global.

Meski begitu, Menko Airlangga mengakui, nilai ekspor tidak akan semoncer 2022. “Rapat terkait ekspor ada beberapa arahan dari Bapak Presiden (Jokowi) tentu perlu melihat perkembangan perekonomian global yang memang diproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan, Indonesia masih diproyeksikan positif,” kata Menko Airlangga di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/1/2023).

Nilai ekspor 2022, kata dia, mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar US$268 miliar. Berbagai komoditas utama seperti besi baja, bahan bakar fosil, dan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) berkontribusi dalam peningkatan tersebut.

“Bahkan batu bara bisa mengkompensasi impor dari minyak sehingga kita di bidang energi ini positif sebesar hampir 6,8 miliar dolar AS. Iron steel 29 miliar dolar AS, CPO sekitar 30 miliar dolar AS. Sehingga tentu ini menunjukkan ekspor Indonesia relatif kuat,” jelasnya.

Meski akan tumbuh positif, Airlangga menyebutkan proyeksi ekspor 2023 hanya akan naik 12,8 persen, tumbuh melambat dibanding 2022 yang mencapai 29,4 persen. Sementara untuk ekspor yang pada 2022 tumbuh sebesar 25,37 persen, pada 2023 diproyeksikan hanya 14,9 persen. “Kemudian kami memproyeksikan pertumbuhan ekspor itu 2023 lebih melambat dari 2022, karena 2022 ekspor tumbuh 29,4 persen, impor tumbuh 25,37 persen, basisnya sudah tinggj,” jelas Airlangga.

Masih kata Ketum Partai Golkar itu, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ketahanan, atau resiliensi tinggi. Karena memiliki ekspor yang relatif rendah, kurang dari 50 persen.

Saat ini, kata dia, konstribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 45 persen, Jepang 47 persen, Brasil 40 persen, China 39 persen, dan Amerika Serikat 29 persen. Pada 2023, China masih akan menjadi tujuan ekspor dengan pangsa pasar terbesar bagi Indonesia. Jika melihat dari andilnya pada November 2022 yang menyumbang US$57,7 miliar, diikuti Amerika Serikat sebesar US$26,1 miliar.

Keyakinan Menko Airlangga bahwa perekonomian Indonesia aman dari krisis, sah-sah saja. Akan tetapi, keyakinan itu bisa saja melintir. Beberapa waktu lalu, IMF menyebut sepertiga negara di dunia bakal terkena resesi pada tahun ini. Dan, perekonomian Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan China bakal terkoreksi tajam. Kalau benar, jangan harap ekspor bakal bertumbuh di tahun ini.

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, mengatakan, sepertiga dunia akan mengalami resesi ekonomi. Dampak perlambatan tiga sumbu ekonomi dunia, yakti AS, Uni Eropa dan China. “Kami memperkirakan sepertiga dari ekonomi dunia akan berada dalam resesi. Tahun 2023 lebih sulit dari tahun lalu karena ekonomi AS, Uni Eropa dan China akan melambat,” kata Georgiva.

Ekonom Bank of America memprediksi Negeri Paman Sam akan mengalami resesi di kuartal I-2023, ketika PDB terkontraksi 0,4 persen. “Kabar buruknya di 2023, proses pengetatan moneter akan menunjukkan dampaknya ke ekonomi,” kata ekonom Bank of America, Savita Subramanian, sebagaimana dilansir Business Insider, akhir November 2022.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button