Market

Imbas Positif Pemerataan Ekonomi, Saham BBTN dan BBNI Jadi Pilihan

Terjadinya pemerataan ekonomi di Tanah Air ditengarai berimbas positif pada saham-saham perbankan. Meski rata-rata sahamnya sudah berada di harga mahal, saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dapat dipertimbangkan.

Pengamat dan praktisi pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, Indonesia mendapatkan keuntungan dari harga-harga komoditas tambang, seperti batu bara yang sedang tinggi. “Salah satunya, terlihat dari penerimaan pajak yang terbilang bagus,” katanya kepada Inilah.com di Jakarta, melalui sambungan telepon baru-baru ini.

Otomatis, kata dia, pembangunan pun berjalan terus, seperti infrastrtur dan jalan. “IKN (Ibu Kota Nusantara) sudah keluar keputusan dan kebijakannya oleh Presiden, mulai pembangunannya dan sudah ada alokasi dananya. Meskipun, itu baru pada tahap-tahap awal,” ujarnya.

Begitu juga dengan jalan tol di Sumatra yang terus dikerjakan pembangunannya. Distribusi logistic pun jadi mengalir lancar. “Intinya, itu semua menunjukkan pemerataan sedang berlangsung bagus,” ucapnya.

Kegiatan UMKM dan permintaan barang meningkat karena memiliki pranatanya. “Ini juga menjadi salah satu alasan pertumbuhan ekonomi Indonesia bagus,” tuturnya.

Saham-saham Pilihan di Sektor Perbankan

Menurut Irwan, yang terpengaruh positif oleh kemajuan-kemajuan tersebut yang paling dasar adalah perbankan. “Meskipun, saham-saham perbankan saat ini sudah tidak lagi murah,” ucapnya.

Namun, ia menegaskan, prospek saham-saham perbankan di tengah pemulihan ekonomi seharusnya bagus. Kredit macet juga diperkirakan menurun.

“Sebab, pandemi sudah dapat dikatakan selesai, tinggal sisa-sisanya. Kenaikan kasus COVID tidak menyebabkan lockdown. Orang-orang tetap berkumpul dan segala macamnya. Kegiatan di sektor riil juga berjalan bagus,” tuturnya.

1. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)

Menurut Irwan, ada beberapa saham perbankan yang masih berada di harga diskon. Salah satunya adalah saham BBTN jika dibandingkan bank lain.

Hanya saja permasalahannya, yang harus dicermati pelaku pasar adalah eksposur kredit BTN yang fokus di sektor properti. “Sektor ini masih kurang menggeliat,” kata dia.

Apalagi, dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), ditakutkan cicilan properti akan terganggu, terutama bagi kelas menengah ke bawah. “Itu catatan saham diskon BBTN,” timpal Irwan.

Padahal, sambung dia, harga batu bara saat ini sedang tinggi-tingginya. Begitu juga dengan harga crude palm oil (CPO). “Entah kenapa sektor properti ini belum menggeliat,” tukasnya.

Secara historis, sektor properti meningkat ketika Indonesia mendapatkan windfall profit dari kenaikan harga komoditas tambang.

“Nah sekarang ke mana duitnya lari, saya melihat tidak lari ke properti. Saya takutnya, itu masuk ke aset kripto, robot trading, dan binary option seperti Binomo yang di sana uang pada hilang triliunan,” papar Irwan.

Berkaca pada commodities boom pada 2012-2013 yang dananya lari ke properti, sekarang pun harapannya begitu. “Tapi, sejauh ini belum ada efeknya. Enggak ada kenaikan-kenaikan berarti,” ujarnya.

Seharusnya, sektor properti mendapatkan limpahan dari tingginya harga komoditas tambang, seperti batu bara yang sudah menguat dalam setahun terakhir.

“Kok enggak kelihatan geliat di sektor propertinya. Saat properti menggeliat, saham BBTN pun mengalami kenaikan,” timpalnya.

Saat harga saham BBTN di Rp1.570 per unit saham, secara fundamental, Price Earnings Ratio atau PER-nya masih sangat rendah di level 5,4 kali dengan Price to Book Value atau PBV di posisi 0,8 kali.

“Ini rendah sekali. Asal bukan untuk trading (investasi jangka pendek), level Rp1.570 itu beli saja sudah kemurahan,” ungkap dia.

Paling tidak, menurut dia, target harga berikutnya berada di Rp1.930. “Ini kelihatan dengan target PER 8 kali. Di level 7-8 kali saja PER-nya sudah naik 30-40 persen,” ujarnya. “Paling tidak di Rp1.900-an dengan PER 7 kali.”

Begitu kira-kira target harga saham BBTN yang Irwan harapkan. “Tapi, orang mungkin berpikir, ngapain sih, saham properti toh belum naik sehingga berdampak ke saham BBTN juga,” tuturnya.

Pada perdagangan Selasa (13/9/2022), saham BBTN ditutup menguat Rp5 (0,3%) ke posisi Rp1.540.

2. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

Di luar saham BBTN, sambung Irwan, adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang harga sahamnya terus menunjukkan kenaikan.

PER BNI masih berada di level 9,2 kali dengan PBV di posisi 1,3 kali. “Kan BNI ini secara bisnis cenderung mirip dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Sementara BMRI sudah di level 10,4 kali dan PBV 2,1 kali,” papar Irwan.

Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sudah berada di level PER 14,0 kali dengan PBV 2,4 kali. “BBRI memang bank pemerintah nomor 1 yang paling kuat,” ungkap dia.

Saham BBNI jadi pilihan juga karena faktor direksinya yang cukup agresif dalam menggaet para artis dalam meng-endorse dan menjadi brand ambasador perseroan.

“Upaya itu dapat menambah jumlah nasabah. Laba BNI pun meningkat signifikan,” ucapnya.

Kinerja manajemen, dinilainya, cukup agresif sehingga awareness masyarakat terhadap produk perbankan BNI juga meningkat. “Dari sisi ini, saya lebih memilih BBNI dibandingkan BMRI,” ujarnya.

Berbeda dengan saham BBRI yang secara PER dan PBV sudah terhitung tinggi. “Saham BBNI inilah yang masih membuka ruang penguatan,” tuturnya.

Kalau lancar-lancar saja, menurut Irwan, target harga saham BBNI di Rp10 ribu itu tidak terlampaui sulit dicapai. “Kalau melihat chart terakhir, target harga di Rp9.500-9.900 saya kira dalam tahun ini bisa dicoba,” imbuhnya.

Pada perdagangan Selasa (13/9/2022), saham BBNI ditutup menguat Rp175 (2%) ke posisi Rp8.975.

Disclaimer: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Inilah.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button