Market

IHSG Coba Merangsek Naik di Tengah Sentimen Omicron dan Normalisasi Kebijakan Moneter AS

Hingga penutupan sore nanti, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi sideways cenderung melemah seiring negatifnya sentimen Omicron dan normalisasi kebijakan moneter AS. Meski begitu, beberapa saham mendapat rekomendasi positif.

Pada sesi pertama perdagangan Jumat (7/1/2022), IHSG hingga pukul 09.33 WIB melaju naik 35,938 poin (0,54%) ke posisi 6.689,289. Posisi tertingginya di 6.699,527 atau menguat 46,176 poin dan terendahnya di 6.647,713 atau melemah 5,638 poin dari posisi pembukaan di angka positif 6.669,511.

Kepada Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan, Indeks di Wall Street kembali dilanda aksi jual. “Pelemahan tersebut sebagai dampak  beberapa faktor, di antaranya rilis risalah rapat The Fed yang lebih hawkish terkait percepatan Taper Tabtrum,” katanya dalam riset dikutip Jumat (7/1/2022).

Begitu juga dengan kenaikan Fed Fund Rate (FFR), naiknya yield obligasi AS ke level tertinggi dan terus meningkatnya Kasus Baru Covid. “Semua itu, membuat Indeks DJIA turun kembali sebesar 0,47%,” ujarnya.

Sentimen turunnya Indeks DJIA dikombinasikan dengan kembali naiknya yield obligasi AS tenor 2 tahun dan 10 tahun yang masing-masing sebesar 5.49% & +1.37% serta turunnya harga beberapa komoditas seperti, emas 2,04%, CPO 1.28% dan Nikel 0,85%.

Kondisi tersebut terjadi di tengah peluang akan kembali naiknya yield obligasi Indonesia dan akan kembali melemahnya Rupiah. “Ini berpotensi menjadi negatif pendorong IHSG bergerak sideways cenderung turun,” ungkap dia.

Edwin memperkirakan, laju IHSG akan berada dalam kisaran support 6.604 dan resistance 6.700. Dia merekomendasikan beli saham ADRO, ITMG, PTBA, HRUM, AGII, ASII, ISAT, JPFA, MIKA, dan ADHI dengan syarat dan ketentuan berlaku.

Dikutip dari Morning Breafing, Kepala riset Panin Sekuritas Nico Laurens mengatakan pelemahan yang terjadi di Wall Setreet dipicu oleh antisipasi pasar terhadap normalisasi kebijakan moneter di AS yang ditengarai lebih cepat dibandingkan ekspektasi.

Sementara dari sisi rilis data ekonomi AS cukup variatif seperti jobless claim di mana tingkat pengangguran mingguan meningkat di atas estimasi 155 ribu menjadi 207 ribu. Di lain sisi, dari sektor swasta mengalami perbaikan karena kenaikan data tenaga kerja dua kali lipat dibandingkan ekspektasi 375 ribu menjadi 807 ribu.

Menurut dia, investor akan melihat tren Omicron belakangan ini. Apakah akan berpengaruh signifikan bagi tenaga kerja. Sebab, selanjutnya akan dirilis juga data tingkat pengangguran AS yang diperkirakan 4,1%. Dari sisi politik, juga ada tensi di AS karena Presiden AS Joe Biden menyalahkan Donald Trump terkait kejadian di US Capital pada periode sebelumnya.

Begitu juga dengan Eropa di mana investor masih mengantisipasi akan terjadinya lock down di kawasan tersebut yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. Dari sisi normalisasi kebijakan moneter, di mana The Fed melakukan akselerasi pembelian obligasi atau kenaikan suku bunga, akan diikuti oleh bank sentral negara-negara lain dan dikhawatirkan pasar.

Di pasar Asia, juga sama di mana fokus investor ke Omicron. Dampaknya mutasi virus ini memang tidak terlalu parah. Akan tetapi, WHO menyatakan Omicron bisa mematikan bagi masyarakat di negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang rendah. Di AS sendiri, 95% kasus baru didominasi Omicron.

Oleh karena itu, menurut Nico, risiko pasar hari ini masih relatif tinggi. Akselrasi normalisasi kebijakan moneter AS jadi sentimen negatif. Lalu, ekpektasi pertumbuhan ekonomi yang lemah di Asia, yang terefleksi dari China di mana Provinsi Beijing dan Henan diproyeksikan tumbuh 5% dan 7% dari sebelumnya 6% dan 7%.

Dalam situasi tersebut, Willliam Hartono, Technical Analist Panin Sekuritas merekomendasikan saham-saham yang menjadi pilihan investor asing, yaitu ARTO, BBCA, EMTK, TLKM, dan ASII.

Disclaimer: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Inilah.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button