Market

Hindari Polemik, OJK Wajib Jadi ‘Wasit’ Investasi Telkomsel di GoTo

Pengamat pasar modal mendesak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengurai masalah investasi Telkomsel di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) senilai Rp6,7 triliun. Otoritas yang mengatur, mengawasi dan melindungi industri jasa keuangan tersebut wajib menjadi ‘wasit’ yang adil.

Pengamat Pasar Modal Satrio Utomo mengatakan, perekonomian Indonesia ke depan akan banyak dikuasai oleh bisnis digital, seperti GOTO. “Apalagi kontribusi GoTo sudah mencapai sekitar 2 persen Produk Domestik Bruto atau PDB nasional,” katanya di Jakarta, Jumat (8/7/2022).

Hanya saja, kata dia, terlepas dari aspek bisnis dan potensinya serta untuk menghindari polemik berkepanjangan, ia menyarankan perlunya keterlibatan OJK untuk mengurai hal ini.

“OJK itu wasit industri keuangan. Untuk membuktikan apakah ada ‘sesuatu’ di aksi korporasi terkait dengan emiten di pasar modal, ada baiknya OJK memeriksa. Saham yang diperdagangkan juga harus dijalankan dengan baik dan perlu diketahui investor,” ujarnya.

Aksi Korporasi yang Menguntungkan

Penasihat Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Edwin Sebayang menilai langkah Telkomsel untuk berinvestasi ke GOTO merupakan aksi korporasi yang menguntungkan dari aspek bisnis.

Menurut dia, saat ini Telkom sebagai emiten harus terus berekspansi menciptakan sumber pendapatan baru dan tidak lagi hanya mengandalkan bisnis voice.

“Jadi saya menilai, apa yang dilakukan Telkom dengan berinvestasi di GoTo lewat Telkomsel sudah tepat. Ini pure aksi korporasi yang ujungnya akan mendongkrak pendapatan Telkom. Mereka memang butuh ekspansi,” ujar Pengamat Pasar Modal dari MNC Asset Management ini.

Ia memastikan Telkom harus bisa memanfaatkan big data yang dimiliki, agar bisnis telekomunikasi tidak stagnan dan menciptakan persepsi negatif ke investor.

Dengan big data yang dimiliki Telkomsel dan ekosistem digital yang dimiliki GoTo, Edwin menyakini hasil positif akan didapat Telkom dalam beberapa waktu ke depan.

“Alibaba, Amazon sudah menikmati hal seperti ini. Ini bisnis model baru yang punya potensi keuntungan besar. Saya melihat bisnis GoTo juga sudah matang, bukan startup yang baru mulai,” katanya.

Edwin memprediksi saham GoTo dalam jangka waktu setahun mempunyai potensi menuju level Rp500 per saham, sehingga jika Telkomsel membeli saham GoTo di harga Rp270 sebanyak 23,7 miliar saham, terdapat kemungkinan 80 persen keuntungan dari harga saham yang dibeli.

Oleh karena itu, ia menilai investasi yang dilakukan Telkomsel sejatinya juga untuk jangka panjang, bukan sekadar mengharapkan keuntungan dari kenaikan harga saham atau dividen semata.

“Saya yakin, banyak potensi bisnis yang bisa digarap GoTo, tak hanya sekadar bisnis pengantaran, misalnya,” kata Edwin.

Terkait kecurigaan sebagian pihak mengenai aksi korporasi ini, ia mengatakan hal tersebut terjadi karena ketidaktahuan dari pihak yang menuduhkan, mengingat hitung-hitungan dari aspek bisnis ini yang menguntungkan.

Kepemilikan Lokal di Gojek dan Tokopedia

Dalam kesempatan terpisah, anggota Komisi VI DPR RI Intan Fauzi menegaskan tujuan Telkomsel berinvestasi ke GoTo tidak terlepas dari kepemilikan lokal di Gojek dan Tokopedia. Oleh karena itu, BUMN Indonesia di bidang telekomunikasi sudah selayaknya terjun ke dunia digital dengan serius.

“Kita membantu pertumbuhan para staf lokal dan sebagainya. Kemudian ini terkait tujuan jangka panjang. Jangan sampai nanti justru kita tertinggal dengan potensi digital yang di depan mata, lalu akhirnya malah dibanjiri dengan perusahaan asing,” kata anggota Panitia Kerja (Panja) Investasi Telkomsel ke GoTo ini.

Ia juga menyakini aksi korporasi ini sudah melalui due diligence oleh kantor akuntan publik maupun oleh kantor hukum, sehingga investasi tersebut sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sebelumnya, Telkomsel tercatat telah menikmati investasi di GoTo senilai Rp450 miliar di 2021 dan Rp150 miliar pada triwulan I-2022. Keuntungan tersebut bisa dilihat dari peningkatan pengguna Gojek yang menggunakan Telkomsel secara year-on-year.

Kemudian, termasuk juga peningkatan penetrasi jumlah penggunaan paket swadaya Telkomsel oleh pengemudi Gojek. Pengemudi Gojek sebagai pengecer (reseller) juga tumbuh secara tahunan, seiring dengan pertumbuhan transaksi pembelian paket di GoPulsa dan paket data di aplikasi MyTelkomsel yang menggunakan GoPay.

Sementara itu, merchant GoFood juga bisa menggunakan paket data Telkomsel. Jika Telkomsel bersinergi dengan GoTo maka ada potensi revenue dari pembelian paket data oleh mitra Gojek, yang jumlahnya bisa mencapai Rp125 miliar per bulan atau Rp1,5 triliun per tahun.

Di luar itu, manfaat lain dari sinergi Telkomsel dan GoTo adalah terbentuknya ekosistem digital nasional.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button