Hangout

Hati Resah Lihat Dunia Pendidikan, Gardian Muhammad Dirikan Gerakan Mengajar Desa Gandeng 4.570 Anak Muda

Berawal dari keresahan terhadap dunia pendidikan khususnya di daerah Cianjur, Gardian Muhammad mendirikan Gerakan Mengajar Desa (GMD) sejak 2019.

Pria kelahiran Cianjur 15 Agustus 2000 itu kini sudah memiliki relawan pengajar terbesar di Indonesia, ada sekitar 4.570 orang.

Mahasiswa universitas Diponegoro semester lima itu menjelaskan, para relawan tersebut mendapat sebutan Tutor Inspiratif yang berasal dari 114 kabupaten/kota dan 28 Provinsi.

“Kami mengirim per tim 15-20 orang selama 7 hari di sana (desa), kami menginspirasi, saling berbagi pengalaman, mengubah pola pikir masyarakat desa yang mengaggap pendidikan itu tidak penting menjadi penting, sesederhana itu,” kata Gardian selaku Chief Executive Officer (CEO) GMB, saat berkunjung ke INILAH.COM, Jakarta, Rabu, (01/12/2021).

Gardian menjelaskan, adanya metode belajar yang asik membuat anak-anak yang diajarkan lebih tertarik. GMD memiliki 10 subjek yang dielaborasi dengan kurikulum yang terdapat dari pemerintah.

Semua yang diajarkan, lanjut Gardian, bisa memberikan pemahaman yang lebih mudah karena salah satunya adalah belajar melalui visual.

“kita ada 10 subjek yang memang kita elaborasikan antara kurikulum dari pemerintah. Kami mengajarkan kelas 1 SD sampai kelas 3 SD. Jadi kita menyesuaikan yang lebih aplikatif. Misalnya, kita punya kurikulum sosial science kita mengajarkannya yang lebih asik, dan bisa mereka pahami lebih mudah,” tambahnya.

Kekurangan yang biasa di temui pada anak-anak di pedasaan adalah tidak mudah mendapatkan akses internet, tidak adanya ponsel, sehingga mereka tidak bisa mendapatkan derasnya informasi yang bisa diraih di dunia digital.

“Contohnya misalnya kita belajar soal peta atau geografi, tidak harus membaca buku tetapi juga mengajarkan lewat melihat visual atau video. Cara-cara yang baru itu dapat anak-anak pahami. Karena di desa, media ke arah sana itu masih kurang,” ungkapnya.

Pandemi Tidak Menghentikan Langkah GMD

Pandemi yang sudah hampir dua tahun melanda Indonesia ini ternyata tidak menghentikan langkah GMD untuk mencerdaskan anak-anak di pedasaan.

Dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah, para anggota yang tergabung dalam GMD bisa tetap memberikan bantuan pendidikan.

“Ada fakta yang menarik sebenarnya, selama pandemi sebenarnya di desa itu mereka tidak belajar sama sekali. Yang seharusnya mereka belajar, karena memang dialihkan dari yang offline ke online, di desa itu kan terbatas, fasilitas sangat terbatas, memang untuk online ini mereka enggak punya akses internet, ke semua punya gadget. Sehingga, guru-guru di sekolah itu justru malah terbantu karena adanya kita,” ungkapnya.

Gardian menjelaskan dengan prinsip putra daerah mengabdi untuk daerah asalnya, adalah bentuk nyata seseorang bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi daerahnya.

“Jadi di GMD dengan prinsip itu, putra daerah bisa mengabdi untuk daerahnya dengan cara memberikan pendidikan untuk anak-anak,” paparnya.

Masa Depan dengan Aplikasi Smart-Desa

Tidak tanggung-tanggung, Gardian bersama tim tengah mempersiapkan aplikasi Smart-Desa yang akan menjadi platform pelayanan publik pemerintah desa.

Aplikasi ini juga untuk memudahkan pelayanan administrasi dan pengembangan ekonomi desa.

“Salah satunya hasil UMKM desa. Karena masih banyak yang tidak terekspose dan akhirnya tidak laku,” paparnya.

Rencananya, aplikasi tersebut akan dirilis pada 2022.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button