Market

Hati-hati November, Rupiah Bisa Ambles Rp16 Ribu per Dolar AS

Pelaku pasar merespons negatif keputusan BI mengerek suku bunga acuan menjadi 4,75 persen. Bulan depan, nilai tukar (kurs) rupiah dikhawatirkan tembus Rp16 ribu per dolar AS.Pelaku pasar merespons negatif keputusan BI mengerek suku bunga acuan menjadi 4,75 persen. Bulan depan, nilai tukar (kurs) rupiah dikhawatirkan tembus Rp16 ribu per dolar AS.

Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan menerangkan, respons negatif dari pelaku pasar terhadap keputusan BI mengerek suku bunga acuan atau BI-7 Day Reserve Repo Rate (BI-7DRRR) menjadi 4,75 persen, jelas sekali alias tak bisa dibatnah. Pada penutupan perdagangan Jumat (21/10/2022), mata uang Garuda melemah ke level Rp15.631 per dolar AS. “Jelas sekali, menunjukkan kebijakan BI tidak sejalan dengan harapan pasar atau investor,” paparnya, Sabtu (22/10/2022).

Bisa dipastikan, kata Anthony, dana ‘pulang kampung’ alias capital outflow dari Indonesia, bakalan gede angkanya. Kondisi ini bakal semakin menekan nilai tukar rupiah.

Anthony mempermasalahkan selisih suku bunga acuan BI dengan bank sentral AS yakni the FED, sangat tipis. Hanya 1,5 persen. Di mana, suku bunga the FED sebesar 3,25 persen, sedangkan BI 4,75 persen. “Masalahnya, tidak lama lagi, selisih suku bunga yang sangat sempit ini berpotensi menjadi lebih sempit lagi. Ini yang memicu tekanan terhadap kurs rupiah dan capital outflow,” ungkapnya.

“Karena the FED akan mengadakan Rapat pada 1-2 November yang akan datang. Publik memperkirakan the FED akan menaikkan lagi suku bunga acuannya, mungkin 0,75 persen, atau bahkan 1,0 persen. Lebih tinggi dari kenaikan suku bunga acuan BI yang hanya 0,5 persen ini,” imbuhnya.

Anthony bilang, the Fed kemungkinan besar akan mengerek suku bunganya tinggi-tinggi. Mengingat inflasi di negeri Paman Sam itu, boleh dibilang belum turun signifikan. Pada September 2022 tercatat 8,2 persen. Hanya turun 0,1 persen dari inflasi Agustus yang mencapai 8,3 persen.

“Ternyata, inflasi bulanan pada September 2022 cukup tinggi yakni 0,4 persen, dibandingkan Agustus 2022 dan sebelumnya rata-rata 0,1 persen. Artinya, tingkat suku bunga belum memadai untuk menekuk inflasi. Jadi, the Fed akan mengerek suku bunga lebih tinggi lagi,” paparnya.

Kalau benar, rapat The Fed pada awal November ini, menetapkan kenaikan suku bunga acuan 1 persen, menjadi 4,25 persen, maka tekanan terhadap rupiah semakin keras. Bisa-bisa tembus menjadi Rp16 ribu per dolar AS. “Valas semakin kering, rupiah menuju kutub selatan, ke bawah, alias turun,” ungkapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button